HAKIKAT PENGINDERAAN JAUH

A. HAKIKAT PENGINDERAAN JAUH

Penginderaan jauh atau disingkat inderaja, berasal dari bahasa Inggris yaitu remote sensing. Pada awal perkembangannya, inderaja hanya merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan iptek, ternyata inderaja seringkali berfungsi sebagai suatu ilmu. Everett dan Simonett mengemukakan bahwa hakikat penginderaan jauh sebagai suatu ilmu, karena terdapat suatu sistematika tertentu untuk dapat menganalisis informasi tentang permukaan bumi. Ilmu ini harus dikoordinasi dengan beberapa pakar ilmu lain seperti ilmu geologi, tanah, perkotaan, dan sebagainya.

Adapun ahli lainnya, yaitu Lillesand and Kiefer (1990), berpendapat bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji.

Maksud dari alat yang tidak kontak langsung ialah alat yang digunakan pada saat perekaman objek tidak terdapat di permukaan bumi. Alat tersebut berada di angkasa maupun luar angkasa. Alat tersebut dinamakan sensor. Untuk membantu sensor berada di angkasa pada saat perekaman objek dinamakan wahana. Wahana yang digunakan seperti satelit, pesawat udara, balon udara, gantole, dan sebagainya. Sensor menghasilkan data yang dinamakan citra . Hasil perekaman objek pada citra ialah berupa foto udara dan foto serta citra satelit. Hasil perekaman objek pada citra ialah berupa foto udara dan foto serta citra satelit.

Gambar 3.2

Contoh hasil penginderaan jauh dari satelit Di Salt Lake City, Utah. (Sumber: Lillesand & Kiefer, 1990: halaman 64 lembar VIII)

Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang diamati, hasil liputan, dan atau rekaman suatu alat pemantau. Misalnya, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil kita buat itu merupakan citra bunga tersebut.

Menurut Hornby, citra adalah gambaran yang terekam oleh kamera atau alat sensor lain. Adapun menurut Simonett, dan kawan-kawan, citra adalah gambar rekaman suatu objek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang diperoleh dengan cara optik, elektroptik, optik-mekanik, atau elektromekanik.

Di dalam bahasa Inggris terdapat dua istilah, yaitu “image” dan “imagery”, yang berarti citra dalam bahasa Indonesia. Data citra masih merupakan data mentah. Agar dapat dimanfaatkan, maka citra harus diinterprestasikan atau diterjemahkan atau ditafsirkan terlebih dahulu.

(a) (b)

Gambar 3.3 Perubahan foto udara (Sumber: Laboratorium Geografi-UPI, 2006)

Penggunaan jasa penginderaan jauh meningkat dengan pesat pada lima dasawarsa terakhir ini. Hal tersebut didasarkan pada beberapa alasan, antara lain sebagai berikut:

1. Hasil penginderaan jauh dapat menggambarkan objek permukaan bumi yang relatif menyerupai, lengkap, dan dapat meliputi daerah yang luas.

2. Dapat diinterpretasi secara tiga dimensi dengan bantuan alat stereoskop (lihat gambar 3.4 dan 3.5).

3. Objek yang tak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk hasil penginderaan jauh, terutama dengan bantuan gelombang inframerah termal yang digunakan pada saat perekaman.

4. Data yang dihasilkan relatif cepat dan menjangkau daerah-daerah yang sulit dijelajahi melalui jalur darat.

5. Dapat menginterpretasi daerah bencana dan kandungan sumber daya alam suatu daerah.

6. Hasil penginderaan jauh dapat dibuat ulang dalam waktu singkat. Mengapa penginderaan jauh dipelajari dalam geografi? Penginderaan

jauh merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan data permukaan bumi. Data tentang permukaan bumi merupakan objek kajian ilmu geografi. Dengan demikian, penginderaan jauh sangat diperlukan dalam ilmu geografi.

Gambar 3.4 Gambar 3.5 Stereoskop cermin model N-2 Zeiss

Stereoskop cermin penyiaman dengan alat pengukur micrometer

old Deffl (Sumber: Lillesand dan Kiefer, 1990:

(Sumber: Lillesand dan Kiefer, 1990: halaman 124)

halaman 125)

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24