PERKEMBANGAN KANTOR URUSAN AGAMA PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE K.H. ZUBAIR (1957 -1962)
BAB VI PERKEMBANGAN KANTOR URUSAN AGAMA PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE K.H. ZUBAIR (1957 -1962)
Dalam masa sesudah Konperensi Tretes sampai saat ini, pimpinan kantor telah berganti dari Sdr. K.H.Syaifudin Zuhri, K.H. Muslich, K.H. A. Zabidi dan K.H. Zubair. Mula-mula Kantor Urusan Agama Propinsi Jawa Tengah berkantor bersama-sama dengan Kantor Gubernur di Gedung Papak. Setelah terjadi kebakaran Gedung Papak pada akhir tahun 1953, kantor terpaksa dipindah-pindah dari Hotel Djogdja Jl. Pattimura Nomor 7, Gedung PHI, Jl. Kranggan Bart Nomor 169 dan akhirnya pindah di kantor baru di Jl. Patimura Nomor 5 Semarang. Kantor Urusan Agarna Propinsi Jawa Tengah berkumpul menjadi satu dengan Kantor Pendidikan Agama Daerah Tk. I dan Inspenda Wilayah VII. Pada periode ini, terdapat kerja sama yang balk antara instansi-instansi lingkungan Departemen Agama dengan KODAM VII, Kantor Gubernur Kepala daerah Jawa
Tengah, dan instansi-instansi niveau Propinsi Jawa Tengah terutama dengan Dinas-dinas Mental. Panglima aktif memimpin rapat-rapat koordinsi yang merundingkan soal-soal keamanan daerah dan aliran-aliran kepercayaan yang tidak sehat. Dalam hal ini kepala KUAD Tingkat I Jawa Tengah menjadi anggota aktif Badan Koordinasi Keamanan Daerah Darurat Perang/Daerah Perang. Di samping itu menjadi pula anggota aktif badan-badan koordinasi kesejahteraan sosial, badan koordinasi kesejahteraan kanak-kanak, dan badan koordinasi pemberantasan buta huruf. Dalam penyelenggaraan hari-hari besar Islam kita selalu kerja sama erat dengan bagian Rohani Islam Kodam VII dan Rohani Islam Korem Semarang.Tiap- tiap penyelenggaraan perayaan hari besar Islam selalu kita undang Panglima, Gubernur\KDH Jawa Tengah, dan para Kepala-kepala Jawatan niveau Propinsi, serta mendapat perhatian baik sekali. Dalam menghadapi aliran-aliran kepercayaan tidak sehat yang banyak terdapat di Jawa Tengah, kita mendapat bantuan pengawasan dari Kejaksaan Jawa Tengah, Kodam VII, CPM, Polisi, dan Pamong Praja. Menghadapi pembangunan semesta menurut pola Manipol/Usdek, terutama menghadapi pembangunan masyarakat desa, KUAD Tingkat I Jawa Tengah turut aktif duduk sebagai anggota Badan Koordinasi PMD di Propinsi. Hanya sayang pada tahun-tahun yang lalu kita selalu mengalami kesulitan dalam pembiayaan proyek- proyek yang telah ditetapkan bersama, mengingat untuk keperluan tersebut tidak tersedia biaya dari Departemen Agama, padahal dari departemen-departemen lainnya selalu tersedia biaya-biaya mengenai proyek-proyek dalam bidangnya masing-masing. Hal ini perlu kiranya mendapat perhatian lebih balk di hari-hari mendatang.
Juga pimpinan Sekretariat dalam masa seperti tersebut di atas mengalami beberapa pergantian. Pertama-tama dipegang oleh Saudara. R. Abdullali Muhammad Dirdjo, berturur-turut berganti kepala Saudara R. D. Danuwiyoto, Saudara R.Hadisoejanto dan kini berada ditangan Saudara R.S. Adiwarjona. Dalam pembagian tugas Kepala Sekretariat mewakili Kepala Kantor sewaktu- waktu Kepala berhalangan, dan mempunyai tugas rutin memimpin teknis dan administrasi kantor, sehari-hari dan mengawasi jalannya tata usaha Kaud-kaud tingkat II dan penguad dalam daerahnya. Kantor-kantor di Jawa Tengah, pada umumnya tata usaha berjalan baik, hanya akhir- akhir ini terdapat keseretan berhubung kenaikan harga alat-alat kantor yang membubung tinggi. Guna kelancaran jalannya roda jawatan, anggaran belanja ongkos kantor perlu disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan alat yang sangat diperlukan sehari-hari. Inspeksi dan pengawasan ke daerah-daerah yang pada tahun 1955 s/d 1958 berjalan lancar, mulai tahun 1959 mengalami keseretan karena ongkos perjalanan dinas untuk keperluan tersebut. Yang didapat dari pusat sangat minim sekali, sehingga sampai terjadi suatu daerah tidak mendapat pemeriksaan dari KUAD Tingkat I maupun dari KUAD Karesidenan selama lebih dari satu tahun. Keadaan semacam ini jika tidak mendapat perbaikan dengan cara menyediakan biaya perjalanan dinas yang cukup untuk keperluan pemeriksaan dan pengawasan dikawatirkan jalannya roda pemerintahan di daerah-daerah akan menjadi kurang Juga pimpinan Sekretariat dalam masa seperti tersebut di atas mengalami beberapa pergantian. Pertama-tama dipegang oleh Saudara. R. Abdullali Muhammad Dirdjo, berturur-turut berganti kepala Saudara R. D. Danuwiyoto, Saudara R.Hadisoejanto dan kini berada ditangan Saudara R.S. Adiwarjona. Dalam pembagian tugas Kepala Sekretariat mewakili Kepala Kantor sewaktu- waktu Kepala berhalangan, dan mempunyai tugas rutin memimpin teknis dan administrasi kantor, sehari-hari dan mengawasi jalannya tata usaha Kaud-kaud tingkat II dan penguad dalam daerahnya. Kantor-kantor di Jawa Tengah, pada umumnya tata usaha berjalan baik, hanya akhir- akhir ini terdapat keseretan berhubung kenaikan harga alat-alat kantor yang membubung tinggi. Guna kelancaran jalannya roda jawatan, anggaran belanja ongkos kantor perlu disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan alat yang sangat diperlukan sehari-hari. Inspeksi dan pengawasan ke daerah-daerah yang pada tahun 1955 s/d 1958 berjalan lancar, mulai tahun 1959 mengalami keseretan karena ongkos perjalanan dinas untuk keperluan tersebut. Yang didapat dari pusat sangat minim sekali, sehingga sampai terjadi suatu daerah tidak mendapat pemeriksaan dari KUAD Tingkat I maupun dari KUAD Karesidenan selama lebih dari satu tahun. Keadaan semacam ini jika tidak mendapat perbaikan dengan cara menyediakan biaya perjalanan dinas yang cukup untuk keperluan pemeriksaan dan pengawasan dikawatirkan jalannya roda pemerintahan di daerah-daerah akan menjadi kurang
Laporan-laporan akan lebih praktis jika disusun secara daftar dan berisi angka- angka yang dibicarakan, yang oleh pusat akan lebih mudah disusun menj adi statistic/grafik. Laporan-laporan yang berbentuk cerita dan penjelasan-penjelasan oleh daerah selalu dikirim jika terjadi hal-hal yang menyangkut soal keamanan, politik, aliran kepercayaan tidak sehat, sengketa kepegawaian dan kecurangan keuangan. Dan dari laporan-laporan khusus ini pusat lebih mudah menyusun
keadaan dan menyelesaikan persoalannya secara islah. Di daerah Jawa Tengah terdapat banyak aliran kepercayaan tidak sehat, yang pada umumnya tidak melanggar hukum negara dan tidak pula mengganggu keamanan daerah. Hanya beberapa dari organisasi tersebut yang mendapat pengawasan khusus dari KUAD Tingkat I Jawa Tengah dan menjadi perhatian juga dari pengawasan Kejaksaan Jawa Tengah, Kodam VII, Gubernur KDH Jawa Tengah dan Komandan CPM Jawa Tengah, ialah :
instruksi/peraturan-peraturan guna
memprbaiki
1. Sapta Dharma, yang mempunyai anggota yang dalam melakukan praktekpengobatan mengadakan pembedahan dengan alat senjata tajam sangatsederhana (bendo/clurit), sehingga mengakibatkan si sakit meninggal dunia. Yang menarik perhatian alat-alat negara adalah bahwa akhir-akhir ini keanggotaan Sapta Dharma itu banyak menarik alat-alat negara yangbersenjata, polisi dan tentara.
2. KWN, yang banyak terdapat di daerah Banyumas, juga telah menjadi perhatian istimewa dari Ketentaraan dan PP, karena mereka telah mendirikan balai pernikahan di Desa Mandiraja (Kab. Banjarnegara). Persoalan ini sampai saat ini masih berada di tangan pihak berwajib di Banjarnegara.
3. ADARI, di daerah Surakarta yang juga mengadakan pernikahan di kalangan para anggotanya, dan akhir-akhir ini oleh jaksa setempat diajukan di muka hakim dengan tuduhan karena uang pendapatan pernikahan tersebut tidak disetor ke kas negara. Perkaranya sampai saat ini belum tuntas.
4. Darul Hadist, terdapat di daerah Klaten, Karanganyar, Sragen, dan Magelang. Di daerah Klaten telah diambil tindakan oleh pihak militer setempat karena caranya memberi pelajaran dianggap mengacau masyarakat dan menimbulkan perpecahan di antara umat Islam. Mereka sekarang dilarang mengadakan pengajian-pengajian dari kepercayaan Darul Hadist. Di daerah Karanganyar dan Sragen diadakan blokade oleh alat-alat negara sehingga mereka tidak dapat memperluas pengaruhnya. Di daerah.Kajoran Kab. Magelang para penganjur dari Darul Hadist tersebut dipanggil oleh polisi setempat dan diadakan proses verbal, seterusnya mereka dilarang aktif mempengaruhi masyarakat setempat dengan kepercayaan Darul Hadistnya.Yang menjadi perhatian dari para alat Negara ialah penganjur Darul Hadist itu semuanya mendapat sumber kepercayaannya dari Jawa
Timur. Alangkah baiknya bila dalam konperensi dinas ini dapat diperoleh rumusan bersama untuk menghadapi aliran Darul Hadist yang dalam prakteknya bersifat memecah belah. Sub Bagian Keuangan dalam pengalaman mengadakan inspeksi ke daerah-
daerah mendapat kenyataan bahwa di daerah terdapat banyak petugas-petugas dari Sub Bagian Keuangan yang mempunyai kecakapan kurang, sehingga menyebabkan kurang lancarnya pengusutan administrasi keuangan. Guna kelancaran pengusutan/pengawasan keuangan perlu diadakan pendidikan khusus petugas- petugas inspeksi keuangan dan administrasi keuangan.
Sub Bagian Keuangan yang tadinya dapat menjalankan tugas sehari-hari dengan normal, sekarang menghadapi banyak sekali kesulitan akibat meningkatnya harga kebutuhan alat-alat kantor, sedangkan anggaran belanja tidak mendapatkan tambahan, malahan rnengalami penghematan. Hai ini betul-betul menyulitkan penyelenggaraan tugas dinas di daerah. Kadang-kadang hal ini malah sampai hampir memacetkan tata usahanya, kalau para bendaharawan tidak memberanikan dini menempuh jalan pinjam ke pihak ketiga. Dan hal inipun selanjutnya menambah kesulitan administrasi lagi, dengan timbulnya sisa kurang yang selalu memusingkan para bendahara. Patut kiranya oleh pusat diperjuangkan tambahan anggaran belanja ongkos kantor yang sesuai dengan kebutuhan. Keadaan perlengkapan kantor KUA Kecamatan dalam daerah Jawa Tengah adalah sangat menyedihkan. Kebanyakan dari perlengkapan kantor itu merupakan barang pinjaman atau barang sewaan. Tambahan pula arsip-arsip penting mengenai NTCR yang seharusnya disimpan bertahun-tahun, sekarang terpaksa disimpan secara tidak teratur dan sangat membutuhkan lemari-lemari yang layak. Ini semua perlu mendapat perhatian dari pusat. KUA Kecamatan dalam daerah Jawa Tengah hampir seluruhnya masih menempati perumahan-perumahan partikelir. Keadaannya jauh dari pada layak suatu kantor pemerintah. Hanya di beberapa daerah antara lain Kendal, Grobogan, Jepara dan beberapa daerah lainnya keadaan gedung KUA kecamatan agak lumayan, karena menyewa rumah-rumah yang dibangun oleh PKM setempat. Untuk selanjutnya memerlukan rencana pembangunan kongkrit mengenai Kantor-kantor Agama Kecamatan dan juga KUAD-KUAD Tingkat II pada umumnya masih menempati rumah partikelir yang tidak sesuai. Diantara yang memerlukan perhatian istimewa adalah KUAD Tk. II Temanggung, Wonosobo, Sukoharjo, Karanganyar dan PENGUAD Surakarta. Kendaran dinas di KUAD Tingkat II sangat dibutuhkan mengingat tugas Kepala- kepala KUAD Tingkat ll selain mengadakan inspeksi dan pengawasan ke KUA Kecamatan dalam daerahnya, juga harus kerap kali mengikuti perjalanan Kepala Daerah setempat mengadakan inspeksi daerah. Dapat digambarkan bagaimana sulitnya harus menjalankan tugas dinas yang kerap kali harus menggunakan kendaraan bermotor, tetapi kendaraan tidak tersedia. Idem pada KURD Tingkat I yang mempunyai tugas dinas lebih berat dari KUAD Tingkat II berhubung lebih luasnya daerah. Lagi pula sudah menjad i peraturan di daerah-daerah bahwa pada tiap-tiap upacara resmi disediakan panggung kehormatan di mana para Kepala Jawatan niveau Propinsi mengambil tempat. Selesai upacara dari panggung kehormatan itulah para pembesar Propinsi dijemput oleh masing-
masing kendaraannya. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan seorang Kepala Jawatan Niveau Propinsi melihat Panglima, Gubernur KDH, Kepala Polisi dan Kepala-kepala Jawatan lainnya mendapat jemputan kendaraan yang cukup baik, sedangkan KUAD Tk. I terpaksa harus pulang dengan kendaraan jeep atau otto sedan yang sudah tua/fakir. Soalnya bukan mewah-mewahan, tetapi kiranya bukan maksud pemerintah yang menurut peraturan-peraturan yang berlaku memberikan tugas dinas dan tanggung jawab yang hampir sama beratnya kepada petugas di Propinsi, tetapi di samping itu memberi alat dinas (dalam hal ini kendaraan) yang jauh berbeda. Kiranya hal ini dapat dipahami oleh pusat. Keadaan sosial para pegawai pada masa ini berhubung dengan meningkatnya harga kebutuhan hidup sehari-hari, perlu mendapat perhatian dari pusat. Antara lain untuk meringankan beban tersebut di atas. Dapat kiranya diusahakan pemberian bantuan kepada para pegawai negeri berupa distribusi barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari dengan harga murah dan dalam jumlah yang mencukupi, misalnya beras, gula pasir, bahan pakaian, sabun cuci, minyak tanah, dsb. Sub. Bagian Kepegawaian dalam melayani bidang kepegawaian KUAD Tingkat I sebagai alat pemerintah yang sedang tumbuh sesuai dengan perkembangan pemerintah pusat akhir-akhir ini mendapat banyak kesulitan dikarenakan perubahan formasi di daerah-daerah yang menurun (Pn. PMA Nomor 39 Tahun 1958). Ini mendapat perhatian pusat, karena tidak mungkin pekerjaan dinas berjalan lancar, lapangan-lapangan pekerjaan ditambah, tetapi tenaga-tenaga yang menjalankan tugas tersebut, formasinya dikurangi. Guna kelancaran dinas perlu diadakan tambahan formasi dari KUAD Tingkat I di KUA Kecamatan. Formasi Bagian Kristen dan Roma Katholik yang sampai sekarang tergantung pada kebijaksanaan Kepala KUAD Tingkat I, Kepala Bagian Kristen/R.K, dan Kepala Bagian Kepegawaian Dagri juga menimbulkan kesulitan tidak sedikit pada Kepala KUAD Tingkat I. Alangkah baiknya jika hal ini diperoleh penyelesaian dalam konperensi dengan jalan menentukan formasi untuk bagian-bagian tersebut di daerah-daerah. Dalam rangka penertiban dalam bidang kepegawaian, salah satu penghambatnya adalah belum adanya daftar ranglijst yang tersusun rapi di pusat maupun di daerah. Tanpa ranglijst yang tersusun rapi, maka mudah timbul mutasi-mutasi dan kenaikan pangkat yang bersimpang siur dan mudah menimbulkan rasa iri hati di antara para pegawai, sehingga sangat diperlukan tersusunnya ranglijst yang rapi. Menghadapi peremajaan dan pengangkatan pegawai baru terjadi pula hal-hal yang perlu diterbitkan, sehingga peremajaan tidak akan berarti penggantian tenaga- tenaga tua berpengalaman dengan tenaga-tenaga muda yang sama sekali tidak mempunyai pengalaman/kecakapan bekerja. Harus diusahakan pengangkatan
tenaga-tenaga muda yang cakap dan jujur serta mempunyai bakat bekerja secara baik dan berdisiplin. Dengan adanya pemusatan persetujuan kenaikan pangkat/angkatan pegawai golongan A s/d C yang SP-nya yang sebelumnya menjadi kompetensi KUAD Tingkat I Jawa Tengah, maka penyelesaian SP-SP dimaksud mengalami banyak kelambatan. Telah tiba saatnya sekarang untuk memberi hak mengangkat dan sebagainya para pegawai golongan A s/d C sepenuhnya pada KUAD Tingkat I kembali seperti sedia kala.
Guna tata tertib penyelesaian soal-soal kepegawaian perlu sekali dipegang teguh hierarki yang telah ditentukan. Penyimpangan akan menimbulkan simpang siur dan surat-menyurat yang memberatkan pengeluaran alat kantor dan tenaga. Dalam daerah Jawa Tengah banyak terdapat tempat-tempat di mana dulu berstatus asistenan, tetapi karena suatu hal sekarang hanya dikepalai oleh seorang Mantri Polisi, dan daerahnya berstatus seperti asistenan penuh. Bagi daerah-daerah semacam hal yang telah diusulkan penentuan formasi cabang KUA Kecamatan yang sampai kini belum ada keputusan, dapat diselesaikan dalam konperensi ini. Idem formasi untuk kota-kota cabang KUA Kecamatan bentukan baru disebabkan karena keamanan/kesulitan daerah. Terhadap para pegawai/keluarganya yang menderita sakit dan harus mendapat perawatan/pengobatan perlu sekali diadakan bantuan berwujud persediaan uang biaya pengobatan di KUAD Tingkat I dan II. Pembayaran restitusi yang harus menunggu keluarnya otorisasi dari Dagri memakan waktu terlalu lama, sehingga mengakibatkan para pegawai yang sedang mengalami kesusahan itu terpaksa harus menambah lagi kesulitan dengan pinjam uang dari pihak ketiga guna membiayai perawatan/pengobatan.
Dalam menghadapi pertumbuhan jawatan, antara lain adanya tugas tambahan dari para petugas di KUA Kecamatan mengenai penerangan yang berhubungan dengan PMD dan Haji, perlu diadakan tambahan formasi di KUA Kecamatan. Belakangan ini berdasarkan laporan yang masuk, banyak terjadi penyelewengan mengenai pengurusan/penyetoran uang NTR yang antara lain sebabnya adalah terlambat diterima blanko-blanko NTR yang berakibat banyak NTR yang tidak mendapat surat NTR karena kehabisan blanko. Maka guna menjaga kelancaran pencetakan/pengiriman blanko-blanko NTR dimaksud sebaiknya pencetakan blanko-blanko itu diserahkan kepada KUAD Tingkat I. Dan beberapa orgaisasi kebatinan di Jawa Tengah, ada yang menjalankan perkawinan bagi para anggotanya dengan mengeluarkan blanko surat nikah. Hal ini, kecuali perlu ditertibkan mengenai hukum perkawinannya, banyak menimbulkan kesulitan mengenai pendaftaran anak, jika yang bersangkutan itu pegawai negeri. Seperti halnya dengan peraturan biaya sumpah, maka biaya bedolan yang berlaku mulai tahun 1956 itu perlu disesuaikan dengan keadaan sekarang. Disamping kita harus mengeluarkan peraturan-peraturan pelaksanaan mengenai bedolan yang dirasakan agak berat, supaya lambat laun pelaksanaan NTR melulu diadakan di balai pernikahan. Akibat peremajaan pegawai banyak terdapat pegawai PPN baru yang perlu diuj i kecakapannya tentang hukum agama dan hukum munakahat, guna menjaga supaya jangan sampai terjadi kesalahan-kesalahan pelaksanaan NTR. Untuk itu perlu kiranya disusun oleh pusat bahan-bahan testing yang menguji mereka yang akan diangkat menjadi naib, dan sebagainya.
Dalam menghadapi soal-soal kemasjidan terdapat peraturan-peraturan dari pusat yang pelakanaannya kadang-kadang mengalami kesulitan karena tidak sesuai dengan keadaan setempat. Untuk selanjutnya baik kiranya sebelum dikeluarkan satu peraturan terlebih dahulu dimintakan bahan-bahan dari daerah.
Menghadapi pembangunan semesta di mana termasuk pembangunan dalam Menghadapi pembangunan semesta di mana termasuk pembangunan dalam
Dalam melayani bantuan-bantuan masjid banyak terjadi pengiriman bantuan langsung dari Jawatan Urusan Agama/Departemen Agama RI kepada panitia yang bersangkutan. Hal ini menyulitkan KUAD Tingkat I dan II dalam pengawasan penggunaan uang bantuan tersebut. Seyogyanya pengiriman bantuan masjid selalu lewat KUAD Tingkat I dan II. Tanah-tanah wakaf yang hasilnya digunakan buat kemakmuran masjid mengalami banyak kesulitan, dan perlu sekali mendapat penyelesaian secara cepat. Untuk keperluan ini mohon dikirim utusan khusus Dari Jaura/Dagri guna menyelesaikan tanah-tanah wakaf dengan pemerintahsetempat. Jika penyelesaian mengenai hal tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan cepat, kita khawatirkan tanah wakaf akan terkena landreform Urusan Haji yang menurut Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 1960 dan Bersama Menteri Agama, Dalam Negeri, Kesehatan, Keamanan Nasional dan Veteran Nomor 8 Tahun 1960 tanggal 03 Oktober 1960 adalah merupakan tugas berat dan meliputi bidang yang luas. Berat karena langsung melayani kebutuhan puluhan ribu umat Islam dalam menunaikan peribadatannya karena pekerjaannya meliputi juga bidang-bidang luar negeri,kesehatan, imigrasi, douane, perkapalan, pergudangan dan angkutan. Oleh karena itu perlu sekali diberi status yang kuat dan organisasi yang sehat dan untuk keperluan tersebut di pusat perlu dibentuk suatu Jawatan atau Biro Urusan Haji, sedang di daerah dibentuk Bagian Urusan Haji. Guna menyusun organisasi yang sehat dan baik, diperlukan tenaga-tenaga yang jujur, mempunyai bakat dan kecakapan soal tata usaha/administrasi, mempunyai cukup inisiatif dalam menjalankan tugasnya dan supel/bijaksana dalam melayani para jamaah. Hal tersebut di atas dapat terlaksana dengan mengadakan pendidikan khusus mengenai urusan haji kepada para petugas yang mencukukupi syarat-syarat. Pengalaman kerja sama dengan PHI pada penyelenggaraan haji tahun 1960 membuktikan kepada kami, bahwa kerja sama tersebut tidak menghasilkan kelancaran seperti yang diharapkan, tetapi sebaliknya malahan mengakibatkan keseretan-keseretan dalam penyelenggaraan. Karena itu perlu dipertimbangkan apakah dalam penyelenggaraan urusan haji tahun 1961 masih juga akan diadakan kerja sama dengan PHI. Kami berpendapat tidak ada alasan untuk itu Andaikata masih diperlukan perlengkapan-perlengkapan yang terdapat pada PHI. Hal ini dapat diatur dengan cara menyewa (asrama, alat pemeriksaan di gudang, dan sebagainya). Sedangkan penyelenggaraan dan pimpinan seluruhnya berada di tangan KUAD Tingkat I/KUAD Pelabuhan. Penyelenggaraan embarkasi/debarksi dalam kompleks pelabuhan(sewa gedung, perlengkapan gudang guna pemeriksaan, pengeras suara, penerangan. tenaga kuli, dsb) sebaiknya diserahkan kepada PELNI dan Agen Perkapalan beserta biayanya, karena mereka lebih ahli daiam hal tersebut. Idem mengenai biaya-biaya ekstra buat petugas-petugas dari douane. Guna kelancaran penyelenggaraan urusan haji terasa sangat perlu adanya perlengkapan kantori/mebeler yang cukup. Untuk ini perlu disediakan biaya khusus
(terutama almari untuk menyimpan surat-surat urusan haji yang penting dan berharga).
Biaya penyelenggaraan perlu diadakan rincian yang jelas sesuai dengan urgensi dan ketentuan harga pada saat ini, berpedoman pada Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1960 tanggal 03 pebruari 1960.
Guna menjaga kelancaran, mencegah dualisme dan mengurangi pekerjaan dobel, baik kiranya untuk tahun 1962 pendaftaran pelamaran haji penyelenggaraannya diserahkan kepada Kantor-kantor Agama. Parnong Praja. dalam hal ini hanya berkewajiban memberi surat keterangan penduduk kepada calon yang akan mendaftar haji. Begitu juga mengenai pembagian kotum