seperti menutup kemungkinan itu, serta mengkaitkan masalah Tibo cs ini ke masalah SARA agama.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas lah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Peneliti berusaha untuk menemukan bentuk – bentuk
pemberitaan yang dilakukan oleh kedua surat kabar terhadap Tibo cs, yang memuat ideologi masing – masing, dengan cara melakukan penafsiran –
penafsiran terhadap teks berita kedua media.
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti merumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah : “Bagaimanakah surat kabar harian Sumut
Pos dan Waspada membingkai eksekusi mati Tibo cs dalam pemberitaannya”.
I.3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas dan memfokuskan arah penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti menetapkan pembatasan masalah
sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan hanya pada harian Sumut Pos dan Waspada.
2. Penelitian dilakukan hanya pada berita terkait mengenai hukuman eksekusi mati Tibo cs, setelah upaya grasi ditolak presiden.
3. Penelitian dilakukan pada teks berita mulai November 2005 sampai dengan September 2006.
Universitas Sumatera Utara
I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui cara harian Sumut Pos dan Waspada menyajikan berita tentang hukuman eksekusi mati Tibo cs.
2. Untuk mengetahui keberpihakan harian Sumut Pos dan Waspada dalam masalah Tibo cs.
3. Untuk mengetahui kecenderungan bingkai yang diberikan oleh harian Sumut Pos dan Waspada dalam pemberitaan tentang hukuman eksekusi
mati Tibo cs. Dan untuk menunjukkan kecenderungan bingkai pada berita masing – masing kedua harian, dilihat melalui Problem
Identification masalah apa, Causal Interpretation penyebab masalah yang dapat berupa apa atau siapa, Moral Evaluation keputusanpilihan
moral, dan Treatment Recommendation solusi penyelesaian masalah.
I.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan referensi bagi studi terhadap pemberitaan media massa
media cetak. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah
penelitian tentang konstruksi realitas dalam pemberitaan media massa. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi kegiatan pemberitaan surat kabar yang diteliti. 4. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti
tentang analisis media massa.
Universitas Sumatera Utara
I.5. KERANGKA TEORI
Dalam pelaksanaan penelitian, seorang peneliti memerlukan kerangka teori sebagai pedoman dasar berpikir dan berfungsi untuk mendukung analisa variabel
– variabel yang akan diteliti. Maka dari itu, peneliti memilih teori – teori berikut sebagai kerangka teori dalam penelitian ini.
I.51. Analisis Framing
Analisis framing adalah versi yang paling baru dari pendekatan analisis wacana untuk menganalisa teks media. Analisis ini dilontarkan oleh
Beterson pertama kali pada tahun 1955. Frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan
politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori – kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Lebih jauh, konsep tersebut
dikembangkan oleh Goffman pada 1974. Goffman mengatakan frame merupakan kepingan perilaku – perilaku yang membimbing individu dalam
membaca realitas. Analisis framing merupakan sebuah model analisis yang berasal dari
paradigma konstruktivisme mengungkap rahasia di balik semua perbedaan bahkan pertentangan media yang dapat digunakan untuk menguak fakta
yang tersembunyi. Model analisis yang dapat membantu dalam mengetahui bagaimana realitas di lapangan dibingkai oleh media. Sebab media yang
berada di tengah – tengah realitas sosial, terlebih dahulu akan memahami realitas tersebut, memaknainya, dan akan mengkonstruksinya dengan
bentukan dan makna tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Kita keliru bila menganggap bahwa kata – kata itu mempunyai makna. Kita lah yang memberi makna pada kata. Dan makna yang kita berikan
kepada kata yang sama bisa berbeda – beda, bergantung pada konteks ruang dan waktu Dedy Mulyana, 2001:255.
Analisis framing, analisis yang digunakan untuk melihat konteks sosial-budaya suatu wacana. Khususnya hubungan antara berita dan
ideologi, yakni proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita membangun, mempertahankan, mereproduksi, mengubah, dan meruntuhkan
ideologi. Untuk menganalisa siapa mengendalikan siapa dalam suatu struktur kekuasaan, pihak mana yang diuntungkan dan dirugikan, siapa si
penindas dan si tertindas, tindakan politik mana yang konstitusional dan yang inkonstitusional, kebijakan publik mana yang harus didukung dan tidak
boleh didukung, dan sebagainya. Analisis ini lah yang dipakai untuk melihat bagaimana upaya media
menyajikan sebuah event yang mengesankan objektivitas, keseimbangan, dan non partisan dan mengemasnya sedemikian rupa sehingga khalayak
mudah tergiring ke dalam kerangka pendefenisian realitas tertentu yang dilakukan oleh media melalui pemilihan kata, bahasa, penggunaan simbol
dan sistem logika tertentu. Dalam perspektif komunikasi sendiri, analisis framing dipakai untuk
membedah cara – cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke
dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai sudut pandang yang
Universitas Sumatera Utara
dimilikinya. Dengan kata lain, analisis ini merupakan sebuah pendekatan untuk mengetahui bagaimana seorang wartawan dalam memandang dan
memahami suatu masalah, menyeleksinya, dan membuatnya menjadi sebuah berita. Dan pada akhirnya, caranya memandang sebuah masalah itulah yang
menentukan fakta mana yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan, dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut nantinya.
Pippa Noris, Montague Kern, dan Marion Just dalam buku Framing Terrorism Pippa Noris et al, 2003 :11 pun menyimpulkan mengenai
framing, “the essence of framing is selection to prioritize some facts, images, or developments over others, thereby unconsciously promoting one
particular interpretation of events.” Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep framing Robert N.
Entman yang mengelompokkan konsep framing ke dalam dua dimensi. Yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek – aspek tertentu dari
realitasisu. Entman mengatakan bahwa media menjalankan framing dengan cara menseleksi isu – isu tertentu dan dapat mengabaikan isu – isu lainnya
yang media tersebut anggap tidak penting. Pada akhirnya isu yang dipilih tersebut dikonstruksi sedemikian rupa sehingga memiliki makna agar dapat
diingat oleh khalayak. Dari kedua dimensi tersebut, terdapat pula empat elemen konsep
framing. Yaitu, elemen pendefenisian masalah define problemproblem identification, elemen memperkirakan masalah diagnose causescausal
interpretation, elemen membuat keputusan moral make moral judgementmoral evaluation, dan elemen penekanan penyelesaian
Universitas Sumatera Utara
treatment recommendationsuggest remedies. Dan dengan ke empat elemen inilah peneliti membedah teks – teks berita eksekusi Tibo cs pada
kedua harian Sumut Pos dan Waspada.
I.5.2. Berita
Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia. Dalam gambaran yang sederhana, seperti yang dilukiskan oleh para pakar
jurnalistik, berita adalah apa yang ditulis oleh surat kabar, apa yang disiarkan oleh radio, dan apa yang ditayangkan oleh televisi. Berita
menampilkan fakta, tetapi tidak semua fakta merupakan berita. Berita biasanya menyangkut orang – orang, tetapi tidak setiap orang dapat
dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan AS Haris Sumadiria, 2005
: 63. Menurut Paul De Massener, berita adalah sebuah informasi yang
penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu
peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak
Errol Jonathans dalam Mirza, 2000:68-69. Namun, bagaimanakah wartawan mempersepsikan faktaperistiwa yang akan diliput?
Seperti yang dikatakan MacDougall, setiap hari ada jutaan peristiwa yang terjadi di dunia ini, dan semuanya dapat dijadikan berita. Karenanya,
berita adalah peristiwa yang telah ditentukan sebagai berita, bukan peristiwa itu sendiri. Harus dinilai terlebih dahulu semua peristiwa itu. Lalu dengan
Universitas Sumatera Utara
berpedoman kepada nilai – nilai tersebut lah, akan dapat ditentukan bagian mana saja dari peristiwa yang layak diberitakan, dan dapat pula ditentukan
bagaimana bentuk serta cara mengemasnya. Adapun bentuk – bentuk berita yang sering ditampilkan pada media –
media, seperti straight news report, depth news report, comprehensive news, interpretative report, feature story, depth reporting, investigative reporting,
dan editorial writing. Dan dari semua bentuk berita di atas, berita kedua harian yang diteliti dalam penelitian ini adalah bentuk straight news, depth
news, dan feature story. Berita langsung, straight news, suatu laporan yang langsung mengenai
suatu peristiwa. Biasanya berita dalam bentuk ini dimulai dari what, who, when, where, why, how 5W1H. Biasanya berita dalam bentuk ini disebut
juga berita lugas. Lalu bentuk depth news, suatu pemberitaan yang menghimpun informasi lebih mendalam daripada 5W1H. Ada kajian –
kajian lain yang menuntut wartawan untuk mencari kelengkapan berita lainnya yang dapat membuat berita lebih berisi. Serta bentuk feature story,
bentuk berita yang menyajikan sebuah kreatifitas, subjektifitas wartawan dalam menyampaikan realitas. Bentuk berita yang seolah – olah membawa
pembaca lebih dekat dengan peristiwa. Berita feature ini terkadang dapat menggugah perasaan yang membacanya.
I.5.3. Paradigma Konstruksionis
Mohammad A.S. Hikam mengatakan dalam studi mengenai pemakaian bahasa terdapat tiga pandangan, yaitu pertama, pandangan positivis-empiris.
Ciri dari pemikiran ini adalah adanya pemisahan antara pemikiran dan
Universitas Sumatera Utara
realitas. Tata bahasa, kebenaran sintaksis adalah bidang utama dari positivis- empiris. Yang kedua, pandangan kritis. Pandangan ini menekankan pada
konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa
menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya. Karena sangat berhubungan dan dikuasai oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.
Ketiga, yaitu yang akan dipakai dalam peneliti dalam penelitian ini, adalah pandangan konstruksionisme. Pandangan ini banyak dipengaruhi
oleh pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan positivis- empiris yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Dalam pandangan
konstruksionisme ini, bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai
pernyataan. Pandangan ini justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan – hubungan sosialnya. Oleh karena
itu, studi analisis bahasa-dalam pandangan konstruksionisme- dimaksudkan untuk membongkar maksud dan makna – makna tertentu dari teks
beritabahasa. Sebuah upaya pengungkapan maksud tersembunyi implisit dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pandangan ini
memandang berita merupakan sebuah konstruksi dari realitas. Berita bukan peristiwa atau fakta yang riil. Realitas bukan dioper begitu saja sebagai
berita. Ia adalah hasil interaksi antara wartawan dengan peristiwafakta.
Universitas Sumatera Utara
I.6. KERANGKA KONSEP
Adapun kerangka konsep yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah model framing yang dikemukakan oleh Robert N. Entman. Konsep framing oleh
Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dipandang sebagai penempatan
informasi dalam konteks yang khas, sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi yang lebih besar daripada isu yang lain.
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar : seleksi isu dan penekanan penonjolan aspek – aspek tertentu dari realitasisu. Dalam praktiknya,
framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan
berbagai strategi wacana – penempatan yang mencolok menempatkan di headline depan atau bagian belakang, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung
dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orangperistiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi,
simplifikasi, dan lain – lain. Konsepsi mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan secara
luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Problem identification pendefinisian masalah adalah elemen yang pertama kali dapat kita
lihat mengenai framing. Elemen yang akan menunjukkan bagaimana suatu peristiwaisu dilihat. Sebagai apa atau sebagai masalah apa. Causal interpretation
memperkirakan masalah adalah elemen yang kedua, yang akan menjelaskan peristiwa tersebut disebabkan oleh apa atau oleh siapa. Moral evaluation
membuat keputusan moral merupakan elemen ketiga, akan menunjukkan nilai
Universitas Sumatera Utara
moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah, untuk melegitimasi atau mendeligitimasi suatu tindakan. Treatment recommendation menekankan
penyelesaian, elemen ke empat yang menjelaskan penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalahisu.
I.7. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL