Perkembangan Suku Bunga Deposito

keuangan global sejak september 2008. namun demikian penurunan pertumbuhan perbankan di Indonesia masih cukup rendah dibandingkan negara – negara lain. Kondisi perbankan di Indonesia sangat rentan terhadap krisis dan kondisi keuangan global. Terbukti pada tahun 1997 kondisi perbankan sempat terpuruk yang mengakibatkan likuidasi beberapa bank akibat kredit macet karena sektor riil tidak berjalan dengan baik. Berkurangnya kepercayaan masyarakat pada bank mengakibatkan penarikan dana secara besar – besaran dan memberikan dampak negatif terhadap likuiditas bank. Hal ini membawa permasalahan solvabilitas pada bank dimana bank harus membayar bunga lebih tinggi untuk mendapatkan dana. Perbaikan kinerja perbankan yang semakin baik tidak terlepas dari stabilitas ekonomi makor dan moneter seperti menurunnya suku bunga SBI, inflasi dan rupiah. Stabilitas sistem perbankan dan stabilitas moneter merupakan dua aspek yang saling terkait dan menentukan satu sama lain. Dengan demikian apabila kondisi moneter cenderung stabil maka semakin kecil pula resiko pasar yang dihadapi perbankan sehingga akan mendukung terjadinya stabilitas sistem perbankan. Sebaliknya, dalam hal tekanan inflasi dan pelemahan nilai tukar sehingga memerlukan pengetatan moneter dengan kenikan suku bunga yang tinggi, maka resiko pasar yang dihadapi perbankan juga akan semakin besar sehingga akan berpengaruh negatif terhadap stabilitas sistem perbankan.

4.4. Perkembangan Suku Bunga Deposito

Suku bunga perbankan sudah menjadi masalah serius sejak diluncurkan deregulasi 1 Juni 1983. Sebab, dalam masa sebelum kebijakan 1 Juni 1983 itu, suku bunga hanya mengikuti yang dikeluarkan Bank Indonesia berdasarkan Instruksi Presiden No.28 tahun 1968. Namun, sejak deregulasi itu, bank-bank mulai Universitas Sumatera Utara menetapkan suku bunganya sendiri. Dalam masa itu, hingga Oktober 1988 dapat dilihat terjadi gejolak yang cukup berarti, sebab pada masa itu bank-bank pemerintah masih sangat dominant mempengaruhi pasar. Pada masa-masa awal Paket Oktober pakto 1988 bahkan sampai sekarang, senjata yang selalu digunakan oleh kalangan perbankan adalah suku bunga. Sejumlah bank dan bahkan sebagian besar bank menggunakan suku bunga sebagai strategi dalam mengumpulkan dana dari masyarakat. Jadi, penurunan suku bunga tidak bisa dilihat sebagai efisiensi suatu bank, tetapi karena pengaruh bank-bank pesaing. Setiap penurunan suku bunga selalu mengakibatkan perpindahan dana ke bank-bank lain yang menetapkan suku bunga yang lebih tinggi. Dalam situasi normal, kondisi seperti ini tidaklah menjadi masalah, namun dalam situasi rentan likuiditas perilaku “perang bunga” sangat berpengaruh. Demikian pula, sejumlah bank menetapkan “premi rate” terhadap nasabah-nasabah tertentu dengan sejumlah dana tertentu pula. Ada bank yang selalu likuid dan ada bank yang kesulitan likuiditas. Tingkat suku bunga deposito pada tahun 1986 sampai tahun 1988 yakni sebesar 16,38, 18,44, dan 19,58, jika diperhatikan ada kecenderungan suku bunga deposito meningkat, hal ini berarti swasta nasional cenderung ingin menambah likuiditas banknya dalam jangka panjang. Sebelum krisis moneter tahun 1997 tingkat suku bunga deposito tertinggi pada tahun 1991 yakni sebesar 23,09. Merupakan suku bunga tertinggi yang ditawarkan bank swasta dalam menarik dana dari masyarakat. Setelah terjadi krisis moneter, dimana bank-bank yang ada di Indonesia mengalami krisis likuiditas yang tinggi akibat adanya rush maka setiap bank cenderung menaikkan tingkat suku bunga deepositonya untuk dapat mengatasi krisis Universitas Sumatera Utara likuiditas yang dialami. Dalam hal ini bank swasta nasional menawarkan tingkat suku bunga depositonya sebesar 25,48. Perkembangan BI Rate selalu diikuti oleh suku bunga pasar uang. Sepanjang tahun 2007, suku bunga PUAB ON rupiah secara rata-rata menurun lebih besar daripada BI Rate, sejalan dengan kondisi pasar uang yang masih mengalami kelebihan likuiditas. Sementara itu volatilitasnya relatif tidak berbeda dengan kondisi pada tahun 2006. Pergerakan suku bunga yang seperti itu diindikasi cukup kuat yang diwarnai oleh kondisi mikrostruktur pasar uang dan efek dari pergerakan faktor otonomus terutama dari operasi keuangan pemerintah. Universitas Sumatera Utara BI Rate direspons kuat oleh suku bunga deposito. Kuatnya respons tersebut juga mencerminkan kondisi ekses likuiditas dan sejalan dengan perkembangan suku bunga penjaminan deposito rupiah Grafik 6.2. Suku bunga deposito rata-rata untuk keseluruhan tenor menurun 2,3 atau lebih besar daripada menurunnya BI Rate pada periode yang sama 1,75. Hal tersebut terutama disumbang oleh penurunan suku bunga deposito tenor 12 dan 6 bulan Grafik 6.3. Penurunan suku bunga deposito yang paling tinggi terjadi pada kelompok bank persero, sedangkan pada kelompok bank asing campuran justru terendah dibandingkan dengan perbankan secara keseluruhan. Sejak September 2007 penurunan suku bunga deposito berbagai tenor semakin melambat, bahkan suku bunga deposito 1 bulan sedikit meningkat sejak Oktober 2007. Kondisi itu diindikasi terkait dengan upaya perbankan untuk mempertahankan nasabah dengan menjaga agar deposan tetap menerima suku bunga rupiah riil yang positif dan kompetitif. Universitas Sumatera Utara Sementara itu deposito terus tumbuh melambat terutama untuk tenor 24 dan 12 bulan, sejalan dengan tingginya penurunan suku bunga pada tenor ini. Dengan perkembangan tersebut, deposito semakin terkonsentrasi pada tenor 1 bulan Grafik 6.7. Sementara itu, pertumbuhan DPK dalam valuta asing masihcenderung naik terutama dalam bentuk simpanan valuta asing yang perkembangannya secara umum diindikasimemiliki hubungan dengan menurunnya imbal hasil simpanan rupiah, menguatnya persepsi depresiasi, danekspektasi inflasi pada periode tertentu. Transmisi BI Rate ke suku bunga deposito selama tahun 2009 juga mengalami penurunan sampai dengan Oktober 2009, suku bunga deposito 1 bulan telah turun mencapai 337bps. Sementara itu, suku bunga deposito berbagai tenor tercatat juga menurun dengan besaran yang bervariasi kecuali untuk jangka waktu 24 bulan yang masih resisten. Di periode pemberhentian penurunan BI Rate September hingga November 2009, penurunan suku bunga deposito diindikasikan juga masih berlangsung, meskipun dengan besaran yang lebih rendah. Tabel 4.1 Perkembangan Suku Bunga Deposito Tahun Kwartal Suku Bunga Tahun Kwartal Suku Bunga 2004 1 9.493 2007 1 10.613 2 7.943 2 9.707 3 7.343 3 9.113 4 7.030 4 8.523 2005 1 7.403 2008 1 7.927 2 7.120 2 7.730 3 7.803 3 8.693 4 9.920 4 10.017 2006 1 11.797 2009 1 11.027 2 12.207 2 11.377 3 12.367 3 11.127 4 12.030 4 10.187 Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Universitas Sumatera Utara

4.5 Perkembangan Produk Domestik Bruto