dan di dataran rendah bagian timur Sumatera terdapat agroforest berbasis karet yang dipadukan dengan berbagai ratusan pohon lain yang mencakup luas sekitar
dua juta hektar. Di Kalimantan Barat, agroforest terbentang di antara ladang dan hutan alam, yakni sistem ’tembawang’ yang memadukan pohon tengkawang
Shorea spp dengan pohon-pohon buah dan kayu. Di Kalimantan Timur, ada juga sistem ’lembo’ yakni agroforest buah-buahan, serta hamparan luas agroforest
berbasis rotan yang tengah terancam oleh kehadiran proyek-proyek perkebunan kelapa sawit dan HTI. Di Pulau Lombok dan Sulawesi Utara ditemukan agroforest
yang didominasi oleh pohon aren yang menghasilkan gula merah. Di Pulau Seram dan Maluku terdapat agroforest yang memadukan pohon kenari dan buah-buahan
lain dengan pala dan cengkeh Foresta dkk, 2000.
D. Interaksi Pohon-Tanah-Tanaman Semusim
Menanam pohon secara tumpang sari dengan tanaman semusim, pada satu tempat dan waktu yang bersamaan maupun bergiliran sistem bera, merupakan
pola dasar sistem agroforestri. Pada sistem agroforestri terjadi interaksi yaitu adanya proses yang saling mempengaruhi dari komponen-komponen penyusun
agroforestri. Interaksi tersebut bisa positif komplimentasi atau negatif kompetisi. Oleh karena itu, dalam memilih jenis pohon yang menjadi
komponen agroforestri harus didasarkan pada sifat dan bentuk pohon yang berpengaruh terhadap tanaman semusim, apakah merugikan atau menguntungkan
Hairiah dan Noordwijk, 2007.
Universitas Sumatera Utara
D. 1 Proses Terjadinya Interaksi
Dalam sistem pertanian campuran, kompetisi antar tanaman yang ditanam berdampingan pada satu lahan yang sama sering terjadi, bila ketersediaan sumber
kehidupan tanaman berada dalam jumlah terbatas. Kompetisi ini biasanya diwujudkan dalam bentuk hambatan pertumbuhan tanaman lain. Hambatan dapat
terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Hambatan secara langsung misalnya melalui efek allelopathy, tetapi hambatan secara langsung ini jarang
terjadi di lapangan. Hambatan tidak langsung dapat melalui berkurangnya intensistas cahaya karena naungan pohon, atau menepisnya ketersediaan hara dan
air karena dekatnya perakaran dua jenis tanaman yang berdampingan. Tanaman kadang-kadang mempengaruhi tanaman lain melalui ’partai ketiga’ yaitu bila
tanaman tersebut dapat menjadi inang bagi hama atau penyakit bagi tanaman lainnya. Walaupun pada kenyataannya di lapangan banyak juga tanaman yang
ditanam secara terpisah pertumbuhannya justru kurang bagus bila dibandingkan dengan ditanam bersama dalam satu petak yang sama misalnya penanaman
pohon dadap pada kebun kopi, dadap disini selain berfungsi sebagai penambat N juga sebagai penaung Hairiah dkk, 2002.
D. 2 Faktor Penyebab Interaksi
Secara umum interaksi yang bersifat negatif menurut Hairiah dkk 2002, dapat terjadi karena :
1. Populasi Maksimum Konsep daya dukung akan merupakan konsep yang juga penting untuk
diketahui oleh ahli ekologi. Konsep ini menggambarkan tentang jumlah
Universitas Sumatera Utara
maksimum dari suatu spesies di suatu area, baik sebagai sistem monokultur, atau campuran. Suatu spesies mungkin saja dapat tumbuh melimpah pada suatu lahan.
Apabila dua spesies tumbuh bersama pada lahan tersebut, maka salah satu spesies lebih kompetitif daripada yang lain. Hal ini kemungkinan mengakibatkan spesies
kedua akan mengalami kepunahan. Di dalam usaha pertanian, terutama tanaman pokok yang diharapkan tumbuh lebih baik.
2. Keterbatasan Faktor Pertumbuhan Salah satu syarat terjadinya kompetisi adalah keterbatasan faktor
pertumbuhan air, unsur hara dan cahaya. Pertumbuhan tanaman mengalami kemunduran jika terjadi penurunan ketersediaan satu atau lebih faktor.
Kekurangan hara di suatu lahan mungkin saja terjadi karena kesuburan alami memang rendah, atau karena besarnya proses kehilangan unsur hara pada lahan
tersebut, misalnya karena penguapan dan pencucian. Kekurangan air dapat terjadi karena daya menyimpan air rendah, distribusi curah hujan tidak merata, atau
proses kehilangan air aliran permukaan yang cukup besar. Pengetahuan akan ketersediaan faktor pertumbuhan air, cahaya dan unsur hara dan pengetahuan
akan kebutuhan tanaman ini sangat diperlukan dalam proses agroforestri.
Universitas Sumatera Utara
D. 3 Jenis Interaksi Pohon-Tanah-Tanaman Semusim