yang memiliki peran penting seperti kelapa, karet, cengkeh, jati dan lain-lain atau memiliki peran ekologi seperti dadap dan petai cina dan sebuah unsur
tanaman musiman misalnya padi, jagung, sayur mayur, rerumputan, dan atau jenis tanaman lain seperti pisang, kopi, kakao dan sebagainya yang juga memiliki
nilai ekonomi.
B. 2 Sistem Agroforestri Kompleks
Sistem agroforestri kompleks atau singkatnya agroforest, adalah sistem- sistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman
musiman, dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam primer atau sekunder. Sistem agroforestri kompleks
bukanlah hutan-hutan yang ditata lambat laun melalui transformasi ekosistem secara alami, melainkan merupakan kebun-kebun yang ditanam melalui proses
perladangan. Kebun-kebun agroforest dibangun pada lahan-lahan yang sebelumnya dibabati kemudian ditanami dan diperkaya. Dalam kondisi
terbatasnya lahan karena ledakan jumlah penduduk dan perluasan konsesi penebangan hutan dan transmigrasi serta hutan tanaman industri, lahan yang
masih tersisa kebanyakan sudah berupa agroforest Foresta dkk, 2000.
B. 2. 1 Agroforest Karet Kebun Karet Campuran
Kebun karet campuran secara ekologi bisa dianggap sebagai hutan sekunder berbasis karet. Kebun karet campuran umumnya bertahan hingga 40
tahun atau lebih, sebelum dibuka dan ditanam kembali. Sedang pertumbuhan kembali hutan sekunder dalam siklus perladangan berputar jarang melebihi 20
tahun. Jangka waktu ini memberikan lebih banyak kesempatan kepada spesies
Universitas Sumatera Utara
non-pionir asal hutan primer untuk berkembang. Di lahan-lahan agroforest karet tua yang ditinggalkan dan tidak ditanami kembali terjadi perkembangan struktur
ke arah hutan tua, jumlah pohon karet semakin lama semakin berkurang. Foresta dkk, 2000.
Wanatani karet dicirikan dengan beragamnya struktur umur dan kelimpahan spesies tanaman yang tumbuh bersamaan dengan pohon karet
Beukema, 2001 dalam Joshi dkk, 2001. Struktur umur yang beragam tersebut disebabkan bukan hanya oleh alami, namun juga oleh penanaman anakan karet
secara aktif dengan sisipan. Pada tingkat plot, kekayaan spesies tanaman mencapai sekitar setengah dari hutan alam, besarnya nilai kekayaan spesies dalam
tingkatan yang sama telah dilaporkan pula untuk jenis burung dan mamalia Joshi dkk, 2001.
Agroforest dapat menjadi contoh sistem pertanian dimana keanekaragaman hayati memberikan manfaat ekonomi secara langsung. Dalam
kasus Agroforest Karet, sejak lama keanekaragaman hayati memberikan dua fungsi ekonomi yaitu menambah penghasilan petani dalam bentuk uang tunai atau
pangan untuk konsumsi sendiri, sehingga petani mampu mengurangi ketergantungan terhadap karet dan manfaat yang kedua memungkinkan petani
memperluas lahan yang ditanami dengan modal dan tenaga kerja minimal Foresta dkk, 2000.
Selain menghasilkan karet, agroforest karet juga menghasilkan buah- buahan, sayuran, tanaman obat, kayu pertukangan yang semakin sulit diperoleh
di daerah yang hutannya telah musnah dan kayu bakar. Rumah tangga pedesaan tergantung pada kayu bakar, dan kebutuhan setiap harinya cukup besar. Dalam
Universitas Sumatera Utara
konteks ini, agroforest yang menjadi sumber pasokan kayu bakar yang berlimpah dan tetap, bagi petani dapat lebih bermanfaat dibanding perkebunan monokultur
Foresta dkk, 2000. Jika dibandingkan dengan perkebunan monokultur, dan sistem tata guna
lahan lainnya, wanatani berbasis karet, seperti kebun karet rakyat, adalah kurang produktif dan saat ini kurang menguntungkan serta sedang menghadapi tantangan
dari berbagai pilihan usaha tani. Karena tidak tersedianya insentif, petani bahkan sering memilih sistem usaha yang memberikan jasa lingkungan yang rendah yang
berdampak negatif bagi pemangku kepentingan stakeholders luar yang sering atau bahkan jauh dari batas desa, kabupaten, propinsi dan nasional
Joshi dkk, 2001.
C. Aneka Praktek Agroforest di Indonesia