Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi

Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar Ditjen POM, 2000, umumnya dilakukan pada suhu 40-60 o vi Infundasi C Syamsuni, 2006. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90 o vii Dekoktasi C selama 15- 20 menit Ditjen POM, 2000; Syamsuni, 2006; Anief, 2000. Dekok adalah ekstraksi pada suhu 90 o C- 98 o senyawa antrakuinon umumnya di ekstraksi dengan cara refluk menggunakan pelarut metanol, kemudian dipekatkan dengan evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat metanol Nawawi, dkk., 2010 cara lain ekstraksi senyawa antrakuinon dapat dilakukan dengan metode maserasi pada suhu kamar selama 24 jam menggunakan pelarut aseton Kristanti, dkk., 2006. C menggunakan pelarut air selama 30 menit Ditjen POM, 2000; Agoes, 2007.

2.4 Kromatografi

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh ahli botani Rusia pada tahun 1903 yang bernama Michael Tswett untuk memisahkan pigmen warna dalam tanaman. Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis kualitatif, analisis kuantif, atau preparatif dalam bidang farmasi, industry dan lain sebagainya. Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam stationary phase dan fase gerak mobile phase Rohman dan Gandjar, 2007.

2.4.1 Kromatografi Lapis Tipis

Universitas Sumatera Utara Kromatografi lapis tipis KLT pada umumnya disebut sebagai kromatografi planar. Pada kromatografi lapis tipis KLT, fase diamnya berupa lapisan yang seragam uniform pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau plat plastik. Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah. Demikian juga peralatan yang digunakan Rohman, 2007. Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi serapan dimana fase diam berupa zat padat yang disebut adsorben penjerap dan fase gerak berupa zat cair yang disebut larutan pengembang Gritter, et al., 1991. Empat macam adsorben yang umum dipakai adalah silika gel asam silikat, alumina aluminium oxyde, kieselguhr diatomeous earth, dan selulosa Adnan, 1997. Fase gerak adalah medium angkut, terdiri dari satu atau beberapa pelarut, yang bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena adanya gaya kapiler Stahl, 1985. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip like dissolves like, artinya untuk memisahkan sampel yang bersifat nonpolar digunakan sistem pelarut yang bersifat nonpolar juga. Proses pengembangan akan lebih baik bila ruangan pengembangan tersebut telah jenuh dengan uap sistem pelarut Adnan, 1997. Pelarut dalam ruangan pengembang dihindarkan dari atmosfer luar untuk menghindari penguapan komponen- komponen Sastrohamidjojo, 1985 dan campuran pelarut dianjurkan hanya dipakai untuk sekali pengembangan saja karena susunannya mudah berubah akibat salah satu komponennya menguap Gritter, et al., 1991. Harga dihitung dengan menggunakan perbandingan sebagaimana persamaan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Harga maksimum adalah 1, sampel bermigrasi dengan kecepatan sama dengan fase gerak. Harga minimum adalah 0, dan ini teramati jika sampel tertahan pada posisi titik awal di permukaan fase diam Rohman, 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf pada KLT Sastrohamidjojo, 1985, antara lain: 1. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan 2. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya 3. Tebal dan kerataan lapisan penyerap 4. Derajat kemurnian fase gerak 5. Derajat kejenuhan uap pengembang pada bejana 6. Jumlah cuplikan 7. Suhu. Pada umumnya senyawa antrakuinon dipantau dengan kromatografi lapis tipis KLT, dilanjutkan dengan kromatografi cair vakum kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kolom menggunakan eluen yang sesuai atau dipisahkan menggunakan berbagai teknik kromatogarafi dengan berbagai perbandingan campuran eluen Nawawi, dkk., 2010; Kristanti, dkk., 2006. Dimana fase diam yang sering digunakan yaitu plat pra lapis silika gel GF 254 dan silika gel GF 254 , fase gerak yang sering digunakan untuk senyawa antrakuinon adalah petroleum eter-etilasetat-asam formiat 75:25:1, petroleum eter-etilasetat-air 75:25:1 Universitas Sumatera Utara etilasetat-metanol-air 100:17:13, toluen-etil formiat-asam formiat 50:40:10 dan sebagai penampak bercak kalium hidroksida KOH 10 Wagner, et al., 1984.

2.4.2 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif KLTP