pada lapisan air, sedangkan lapisan benzen berwarna kuning menunjukkan adanya antrakuinon glikosida. Penambahan FeCl
3
1 memberikan warna hijau yang menunjukkan adanya senyawa tanin. Penambahan Liebermann-Burchard
memberikan warna ungu menunjukkan adanya triterpenoid.
4.4 Hasil Ekstraksi dan Isolasi
Hasil maserasi 650 g serbuk simplisia umbi bawang sabrang diperoleh 86,5 g ekstrak etanol. Terhadap 50 g ekstrak etanol umbi bawang sabrang
dilakukan isolasi senyawa antrakuinon dengan cara fraksinasi menggunakan pelarut etilasetat. Setelah diuapkan diperoleh hasilnya sebanyak 4,37 g fraksi
etilasetat kental.
4.5 Hasil Analisis Fraksi Etilasetat dengan cara Kromatografi Lapis Tipis KLT
Terhadap fraksi etilasetat dilakukan analisis KLT menggunakan fase diam plat pra lapis silika gel GF
254
, dengan berbagai macam fase gerak yang digunakan yaitu petroleum eter-etilasetat-asam formiat 75:25:1, petroleum eter-etilasetat-air
75:25:1, etilasetat-metanol-air 100:17:13, benzen-aseton 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, kloroform-etilasetat 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5 dan n.propanol-etilasetat 8:2,
7:3, 5:5, 3:7. Ternyata fase gerak yang terbaik adalah benzen-aseton 8:2 diperoleh sembilan noda, dimana lima diantaranya berwarna merah dengan KOH
10. Ini menunjukkan adanya senyawa antrakuinon dengan harga Rf 0,29, 0,39, 0,58, 0,66 dan 0,94, seperti terlihat pada kromatogram berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : Fase diam silika gel GF
254
, penampak bercak = KOH10, fase gerak = benzen-aseton 8:2, A = visual, B = setelah disemprot, k = kuning,
kl = kuning lemah, j = jingga, kj = kuning jingga, kc = kuning coklat, cm = coklat muda, b = biru, m = merah.
Hasil kromatogram dengan berbagai macam fase gerak yang lain dapat dilihat
pada lampiran 9-12 halaman 60-67.
4.6 Hasil Pemisahan Senyawa Antrakuinon dari Fraksi Etilasetat dengan cara KLT Preparatif
Analisis selanjutnya pemisahan dengan KLT preparatif digunakan fase gerak benzene-aseton 8:2 dan hasil kromatogramnya dapat dilihat pada lampiran
13 halaman 68. Pada pemisahan fraksi etilasetat dengan KLT preparatif bercak yang diambil adalah pita 1 dan 9 karena memberikan noda yang lebih besar dan
warna yang lebih intensif dibanding dengan pita 2, 4 dan 5 yang nodanya lebih kecil. Masing-masing hasil KLT preparatif untuk pita 1 dan 9 dikerok dan
dikumpulkan menjadi satu kemudian dilarutkan dalam metanol, saring pisahkan
Universitas Sumatera Utara
filtrat, diuapkan dan dilarutkan kembali, dimasukkan dalam freezer selama 1 malam. Hasilnya diperoleh bentuk kristal, kemudian dilarutkan dalam metanol
dan dilakukan KLT kembali untuk uji kemurnian dengan fase gerak benzen- aseton 6:4 dan kloroform-etilasetat 8:2 untuk pita 1, sedangkan pita 9
digunakan fase gerak benzen-aseton 8:2 dan diklormetan-etilasetat 6:4. 4.7 Hasil Pengujian dengan KLT Satu Arah dan Dua Arah
Ternyata hasil KLT dari pita 1 telah menunjukkan satu noda disebut isolat A, hasil kromatogram dapat dilihat sebagai berikut :
Kromatogram hasil KLT satu arah isolat A
Keterangan : Fase diam silika gel GF
254
, penampak bercak KOH 10, tp = titik penotolan, bp = batas pengembangan, A = visual, B = setelah
disemprot, kc = kuning coklat, m = merah.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian dilanjutkan dengan KLT dua arah hasil tetap menunjukkan satu noda, kromatogramnya dapat dilihat sebagai berikut :
Kromatogram hasil KLT dua arah isolat A
Keterangan : Fase diam silika gel GF
254
, fase gerak I = benzen-aseton 6:4, fase gerak II = kloroform-etilasetat 8:2, penampak bercak KOH 10 ,
tp = titik penotolan, bp = batas pengembangan, m = merah.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pita 9 masih dijumpai dua noda, kromatogramnya dapat dilihat sebagai berikut :
Kromatogram hasil KLT satu arah isolat B
Keterangan : Fase diam silika gel GF
254
, penampak bercak KOH 10, tp = titik penotolan, bp = batas pengembangan, A = visual, B = setelah
disemprot, k = kuning, kc = kuning coklat, ck = coklat kuning, m = merah.
sehingga dilakukan KLT preparatif kembali menggunakan fase gerak diklormetan-etilasetat 6:4 dan penampak noda KOH 10, untuk bercak yang
berwarna merah Rf 0,84 dikerok dan dilarutkan dalam metanol, saring kemudian filtratnya diuapkan dan dilakukan KLT dua arah untuk uji kemurnian dengan fase
Universitas Sumatera Utara
gerak diklormetan-etilasetat 6:4 dan benzen-aseton 8:2 ternyata hasilnya telah menunjukkan satu noda disebut isolat B. Hasil kromatogram dapat dilihat sebagai
berikut : Kromatogram hasil KLT dua arah isolat B
Keterangan : Fase diam silika gel GF
254
, fase gerak I = diklormetan-etilasetat 6:4, fase gerak II = benzen-aseton 8:2, penampak bercak KOH
10 , tp = titik penotolan, bp = batas pengembangan, m = merah.
Universitas Sumatera Utara
4.8 Hasil Identifikasi Isolat secara Spektrofotometri UVis dan IR