Perumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Antrakuinon

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah senyawa antrakuinon yang terdapat pada umbi bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr dapat diisolasi dengan KLT dan KLT preparatif menggunakan campuran pelarut yang sesuai? 2. Apakah senyawa antrakuinon hasil isolasi dapat diidentifikasi secara spektrofotometri UVVis dan IR?

1.3 Hipotesis

1. Senyawa antrakuinon yang terdapat pada umbi bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr dapat diisolasi dengan KLT dan KLT preparatif menggunakan campuran pelarut yang sesuai. 2. Senyawa antrakuinon hasil isolasi dapat diidentifikasi secara spektrofotometri UVVis dan IR.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Memperoleh senyawa antrakuinon dari umbi bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr. 2. Melakukan identifikasi senyawa antrakuinon hasil isolasi dari umbi bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr secara spektrofotometri UVVis dan IR.

1.5 Manfaat Penelitian

Sebagai informasi tentang senyawa antrakuinon hasil isolasi dari tumbuhan bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Habitat

Tanaman berupa terna dan tumbuh pada ketinggian 600 hingga 1500 m di atas permukaan laut, dan sering di jumpai di pinggir jalan yang berumput, di Jawa dipelihara sebagai tanaman hias dan tumbuhan ini berasal dari Amerika tropis Heyne, 1987.

2.1.2 Morfologi Tumbuhan

Bawang sabrang merupakan terna yang merumpun sangat kuat dengan tinggi 26 hingga 50 cm. Umbi berada di bawah tanah berbentuk bulat telur memanjang dan berwarna merah. Bunga berwarna putih, mekar jam lima sore hari dan jam tujuh menutup kembali. Daun tunggal, letak daun berhadapan, warna daun hijau muda, bentuk daun sangat panjang dan meruncing acicular, tepi daun halus tanpa gerigi entire, pangkal daun berbentuk runcing acute dan ujung daun meruncing acuminate permukaan daun atas dan bawah halus glabrous, tulang daun paralelsejajar Krismawati dan Sabran, 2004; Heyne, 1987. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Sistematika Tumbuhan

Sistematika dari tumbuhan bawang sabrang Tjitrosoepomo, 2007 adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Liliales Famili : Iridaceae Genus : Eleutherine Spesies : Eleutherine palmifolia L. Merr.

2.1.4 Nama Daerah

Nama daerah dari tumbuhan bawang sabrang adalah bawang dayak, bawang hantu Kalimantan Tengah Galingging, 2009, bawang kapal Sumatera, brambang sabrang, luluwan sapi, teki sabrang, bebawangan beureum, bawang siem Jawa Depkes, 1985.

2.1.5 Kandungan Kimia

Bawang sabrang mengandung senyawa-senyawa yang meliputi alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, triterpenoidsteroid dan antrakuinon Galingging, 2009; Ifesan, et al., 2009.

2.1.6 Khasiat

Umbi tumbuhan bawang sabrang dapat digunakan sebagai antiemetik, sembelit, disuria, radang usus, disentri, penyakit kuning, luka, bisul, penyakit kelamin Ogata, 1995; Heyne, 1987, diabetes melitus, hipertensi, menurunkan Universitas Sumatera Utara kolesterol, kanker payudara Galingging, 2009, antimelanogenesis dan sebagai antioksidan Arung, et al., 2009. Daunnya dapat diminumkan kepada wanita nifas Heyne, 1987.

2.2 Antrakuinon

Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbo-karbon. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi atas empat kelompok yaitu : benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat fenol serta mungkin terdapat dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol Harborne, 1987. Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon dan keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae Robinson, 1995; Herbert,19... Antrakuinon juga disebut 9,10- dioxo-dihydro-anthracen dengan rumus C 14 H 8 O 2 Merck, 1983; Samuelsson, 1999; Morrison dan Boyd, 1959. Struktur dasar antrakuinon terlihat sebagai berikut : Gambar 1. Rumus Struktur Antrakuinon Universitas Sumatera Utara Antrakuinon terhidroksilasi tidak sering terdapat dalam tumbuhan secara bebas tetapi sebagai glikosida. Semua antrakuinon berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik basa. Senyawa ini biasa berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut dalam larutan basa dengan membentuk warna violet merah. Bentuk senyawa antrakuinon dalam tumbuhan masih rumit karena prazat aslinya mudah terurai oleh enzim atau cara ekstraksi yang tidak sesuai, sehingga laporan mengenai adanya antrakuinon bebas harus dipertimbangkan dengan hati- hati. Banyak antrakuinon yang terdapat sebagai glikosida dengan bagian gula terikat dengan salah satu gugus hidroksil fenolik Robinson, 1995. Pada saat mengidentifikasi pigmen dari tumbuhan baru, harus diingat bahwa hanya sedikit saja antrakuinon yang terdapat secara teratur dalam tumbuhan. Yang paling sering dijumpai ialah emodin, sekurang-kurangnya terdapat dalam enam suku tumbuhan tinggi dan dalam sejumlah fungus Harborne, 1987. i. Struktur Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antrakuinon juga mudah terhidrolisis. Bentuk uraiannya adalah aglikon dihidroksi antrakuinon, trihidroksi antrakuinon, atau tetrahidroksi antrakuinon. Sementara bagian gulanya tidak tertentu. Di alam kira-kira telah ditemukan 40 turunan antrakuinon yang berbeda-beda, 30 macam di antaranya mengelompok dalam famili Rubiaceae. Pada tanaman monokotil, antrakuinon ditemukan dalam famili Liliaceae dan dalam bentuk yang tidak lazim, yaitu C-glikosida barbalion. ii. Turunan Antrakuinon Universitas Sumatera Utara Turunan antrakuinon yang terdapat dalam bahan-bahan purgativum berbentuk dihidroksi fenol, trihidroksi fenol seperti emodin, atau tetrahidroksi fenol seperti asam karminat. Turunan antrakuinon sering kali berwarna merah oranye. Anonim, 2004; Gunawan, 2004; Robinson, 1995; Samuelsson, 1999.

2.3 Ekstraksi