Analisis Asumsi Model ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Penghematan Biaya = Rp 113.526.000.000,00 - Rp Rp 77.567.517.453,12 = Rp 35.958.482.546,88 Dari perhitungan di atas terbukti bahwa dengan menggunakan model integer non linear programming biaya yang dikeluarkan sentra industri barang jadi rotan lebih kecil minimized cost yaitu sebesar 31,67.

5.4 Analisis Asumsi Model

Analisis asumsi model dilakukan dengan mencocokkan asumsi model dengan data nyata. Berikut analisis asumsi model beserta validasinya. 1. Asumsi bahwa kenaikan biaya pembelian, biaya transportasi, biaya operasional, biaya sewa, biaya pengolahan rotan, dan biaya persediaan diasumsikan mengalami kenaikan sebesar 7,2 per tahun berdasarkan rata- rata nilai inflasi untuk tiga tahun terakhir yaitu tahun 2007, tahun 2008, tahun 2009. Selama periode tiga tahun terakhir terjadi inflasi dengan rata-rata 7,2. Kenaikan seluruh biaya yang terjadi pada model ini setiap tahunnya meningkat berdasarkan nilai dari inflasi. Penetapan kenaikan biaya yang terjadi dalam model berdasarkan inflasi dinilai valid karena inflasi merupakan keadaan dimana harga-harga secara umum mengalami peningkatan. Dan sebagai salah satu indikatornya adalah harga perdagangan besar dari suatu komoditas yaitu harga transaksi yang terjadi antara pedagang besar pertama dengan pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. Sehingga kenaikan berdasarkan inflasi ini dapat dijadikan patokan. Apabila inflasi meningkat akan mengakibatkan biaya - biaya yang terkait dalam model akan mengalami peningkatan dan berpengaruh pada keputusan dalam pembelian bahan baku rotan. Dalam keadaan dimana kenaikan sudah diketahui setiap tahunnya, maka keputusan yang akan diambil dengan membeli dan memproduksi dalam jumlah yang banyak pada tahun awal perencanaan sehingga diperoleh harga yang minimal. 2. Peramalan menggunakan metode kualitatif dengan asumsi terjadi peningkatan permintaan sebesar 10 tiap tahun berdasarkan pertimbangan untuk meningkatkan daya saing sentra industri barang jadi rotan. Peramalan dengan metode kualitatif dilakukan karena dalam proses pengumpulan data, tidak dapat diperoleh data yang mencukupi peramalan secara kuantitatif. Data yang digunakan dalam peramalan ini berupa data kebutuhan bahan baku rotan olahan setiap bulan selama setahun dari tiap sentra industri barang jadi rotan. Adanya regulasi tentang ketentuan ekspor rotan pada tahun 2005 mengakibatkan kelangkaan dan berkurangnya pasokan bahan baku rotan sehingga ketersediaan bahan baku rotan cenderung fluktuatif. Banyak pengusaha rotan yang menurunkan produksinya padahal permintaan terhadap produk rotan sebenarnya berdatangan. Untuk itu pengasumsian peningkatan permintaan sebesar 10 diharapkan dapat menjadi dasar pengalokasian bahan baku sehingga selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan bahan baku rotan untuk produksi. Dengan demikian permintaan konsumen dapat terpenuhi dan daya saing menjadi meningkat. Selain itu peramalan tersebut digunakan untuk merencanakan penentuan lokasi dan alokasi selama lima tahun kedepan. Agar peramalan tersebut valid, maka setiap tahun diadakan koreksi dan peninjauan kembali terhadap kebijakan pengalokasian yang direncakan sebelumnya dengan memperhatikan kondisi yang berkembang setiap tahun.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN