Parameter Penunjang Produktivitas Primer Fitoplankton Dan Kaitannya Dengan Unsur Hara Dan Cahaya Di Perairan Muara Jaya Teluk Jakarta

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Parameter Penunjang

Salinitas Variasi salinitas yang terjadi pada stasiun 1-3 disajikan pada Gambar 2, dan Lampiran 1. Pengukuran salinitas yang dilakukan pada tiap stasiun menunjukkan adanya fluktuasi. Kisaran nilai salinitas yang teramati berkisar antara 20–34 promil. Salinitas antar kedalaman inkubasi di masing-masing stasiun dan salinitas antar stasiun pada masing-masing kedalaman inkubasi tidak menunjukkan perbedaan nyata ANOVA, p0,05. Salinitas rata-rata terendah terukur pada stasiun 1 yang terletak tepat di muara sungai, sedangkan nilai tertinggi tercatat pada stasiun 3 yang terletak paling jauh dari muara sungai. Hal ini mengindikasikan terjadinya pengenceran air laut bersalinitas tinggi di muara sungai oleh masukan air tawar dari daratan sehingga menurunkan salinitas di stasiun 1 tersebut. Sesuai dengan pendapat Sachlan 1982, nilai salinitas yang terukur ini berada dalam kisaran yang mendukung perkembangan fitoplankton perairan laut. 20 22 24 26 28 30 32 34 36 1 2 3 Stasiun Sali nit as p ro mil KI 0,2 m KI 1 m KI 2 m KI 3 m KI 4 m Gambar 2 Rataan nilai salinitas terdistribusi menurut stasiun dan kedalaman inkubasi Bar menunjukkan Standard Deviasi dari tiga pengamatan, KI adalah kedalaman Inkubasi. 26 Pola penyebaran salinitas yang demikian juga sama seperti yang dilaporkan oleh Damar 2003, Zudiana 1997, Kaswadji et al. 1993, dan Nontji 1984, dengan perbedaan yang hanya terletak pada besarnya kisaran nilai yang diperoleh. Pola demikian mencerminkan adanya masukan air tawar dari daratan – terutama melalui sungai - Damar 2003. Suhu Suhu perairan selama penelitian ditampilkan dalam Gambar 3 dan Lampiran 1. Fluktuasi suhu yang teramati selama penelitian tidak menunjukkan variasi yang besar, baik antar stasiun maupun antar kedalaman inkubasi. Berdasarkan analisis ragam antar stasiun di setiap kedalaman serta antar kedalaman pada masing-masing stasiun, tidak memperlihatkan adanya perbedaan nyata ANOVA, p0,05. Hal ini dimungkinkan karena kondisi cuaca selama pengamatan relatif sama. Nontji 1984 mendapatkan adanya korelasi yang nyata antara suhu air dengan kecepatan angin dan kelembaban di perairan ini. Namun demikian dari Gambar 3, terlihat bahwa semakin dalam perairan dan semakin ke arah laut suhu cenderung mengalami sedikit penurunan. 27 28 29 30 1 2 3 Stasiun Su hu o C KI 0,2 m KI 1 m KI 2 m KI 3 m KI 4 m Gambar 3 Rataan nilai suhu terdistribusi menurut stasiun dan kedalaman inkubasi Bar menunjukkan Standard Deviasi dari tiga pengamatan, KI adalah Kedalaman Inkubasi. Kisaran suhu pada ketiga stasiun dan kedalaman yang terukur selama penelitian berkisar 27,2–29,0 o C. Kisaran tersebut tidak jauh berbeda bila 27 dibandingkan dengan hasil pengamatan peneliti lain di perairan ini dan wilayah Teluk Jakarta lainnya, yang berkisar 27,5–31 o C Damar 2003, Zudiana 1997, Syam 2002, Kaswadji et al. 1993; Nontji 1984. Kedalaman Secchi, Kekeruhan, dan Padatan Tersuspensi Total Kedalaman pembacaan cakram Secchi pada stasiun 1-3 selama penelitian ini memberikan hasil seperti tercantum dalam Tabel 2 . Kisaran nilai yang terukur berkisar dari 0,49–3,72 m. Kedalaman Secchi yang relatif tinggi ditemui pada stasiun yang letaknya cenderung jauh dari muara sungai. Nilai ini hampir sama dengan yang diperoleh Zudiana 1997 yang berkisar dari 0,1 m di mulut muara sampai 5 m pada stasiun terjauh dari muara. Tabel 2 Kedalaman Secchi Secchi depth Sd yang terukur pada ketiga stasiun selama penelitian Stasiun Pengamatan ke- Sd m 1 1 0,50 2 0,49 3 0,62 2 1 2,50 2 2,70 3 2,50 3 1 3,00 2 3,72 3 2,80 Kekeruhan yang terukur selama penelitian disajikan pada Gambar 4 dan Lampiran 1. Nilainya berkisar antara 1,58–90,50 NTU. Nilai ini dapat dibandingkan pula dengan hasil Zudiana 1997 yakni 4–95 NTU. Semakin jauh dari muara sungai, kekeruhan cenderung menunjukkan penurunan. Kekeruhan di stasiun 1 pada kedalaman 0,2 dan 1 m, berbeda nyata ANOVA, p0,05 dari kedalaman yang sama pada kedua stasiun berikutnya. Kekeruhan di stasiun 2 pada kedalaman 4 m juga berbeda nyata dari kedalaman yang sama di stasiun 3, sedangkan pada kedalaman yang lain tidak memperlihatkan perbedaan nyata. Kekeruhan pada stasiun 1 dan 2 meningkat dengan bertambahnya kedalaman, tetapi di stasiun 3 menurun dengan bertambahnya kedalaman. Di stasiun 1 dan 3 28 kekeruhan antar kedalaman tidak berbeda nyata ANOVA, p0,05, sedangkan pada stasiun 2 kekeruhan pada kedalaman 4 m berbeda nyata ANOVA, p0,05 dengan kedalaman lainnya. Kekeruhan menunjukkan hubungan terbalik dengan kedalaman Secchi Tabel 2 dan Gambar 4. Hal ini berarti bahwa, semakin tinggi kekeruhan maka kedalaman Secchi akan berkurang. Dengan kata lain secara horizontal, semakin jauh dari muara sungai kedalaman Secchi meningkat sedangkan kekeruhan menurun. 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 Stasiun N ilai keker uh an N TU KI 0,2 m KI 1 m KI 2 m KI 3 m KI 4 m Gambar 4 Rataan nilai kekeruhan terdistribusi menurut stasiun dan kedalaman inkubasi Bar menunjukkan Standard Deviasi dari tiga pengamatan, KI adalah Kedalaman Inkubasi. Padatan tersuspensi total Total Suspended Solid disingkat TSS menunjukkan nilai yang bervariasi, baik antar stasiun maupun kedalaman inkubasi Gambar 4. Penurunan TSS antar stasiun terjadi seiring dengan semakin jauh letak stasiun dari muara sungai. TSS pada kedalaman 0,2 m di stasiun 1 berbeda nyata ANOVA, p0,05 dengan yang di stasiun 2, namun tidak berbeda nyata dengan stasiun 3 ANOVA, p0,05. Pada kedalaman 1 meter, TSS di stasiun 1 berbeda nyata dengan yang di stasiun 2 dan 3 ANOVA, p0,05, serta pada kedalaman 4 m TSS di stasiun 2 berbeda nyata dengan yang di stasiun 3 ANOVA, p0,05. Meskipun terdapat sedikit variasi, namun nilai TSS cenderung meningkat dengan bertambahnya kedalaman perairan. Hasil analisis sidik ragam TSS antar kedalaman di stasiun 1 menunjukkan bahwa kedalaman 0,2 berbeda nyata ANOVA, p0,05 dengan kedalaman 1 m, sedangkan di stasiun 2 dan 3 29 tidak terdapat perbedaan nyata ANOVA, p0,05. TSS maksimum yang diperoleh ini sedikit lebih kecil dari hasil yang diperoleh Zudiana 1997 yakni 144-323 mgl. 50 100 150 200 250 1 2 3 Stasiun K onse n tr a s i TSS mgl KI 0,2 m KI 1 m KI 2 m KI 3 m KI 4 m Gambar 5 Rataan TSS Total Suspended Solid atau total padatan terlarut terdistribusi menurut stasiun dan kedalaman inkubasi Bar menunjukkan Standard Deviasi dari tiga pengamatan, KI adalah Kedalaman Inkubasi. Pola variasi horizontal ketiga variabel ini menunjukkan adanya pengaruh masukan material terlarut dan tersuspensi dari daratan disamping proses pencampuran vertikal massa air. Masukan partikel terlarut, tersuspensi maupun bahan-bahan organik dan anorganik lainnya dari darat melalui aliran sungai akan meningkatkan nilai kekeruhan dan TSS sehingga menurunkan kedalaman Secchi di stasiun yang lebih dekat dengan muara sungai. Semakin ke arah darat, kedalaman perairan semakin berkurang, konsekuensinya pengaruh gerakan arus dan pasang surut akan sampai pada dasar perairan yang menyebabkan pengadukan dasar laut. Pengadukan dasar perairan ini akan melepaskan partikel-partikel dari dasar ke kolom air di atasnya sehingga meningkatkan TSS dan kekeruhan yang berakibat pada penurunan kecerahan. Hal ini pula yang menjelaskan pada kedalaman terdalam di stasiun 1 dan 2 memiliki nilai TSS dan kekeruhan lebih tinggi dari kedalaman-kedalaman di atasnya. 30

2. Unsur Hara