Salinitas Lokasi dan waktu penelitian TeknikModel Analisis Data

16

6. Kekeruhan

Kekeruhan turbiditas adalah gambaran sifat optik air dari suatu perairan yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang dipancarkan dan diserap oleh partikel-partikel yang ada dalam air tersebut APHA 1989. Padatan terlarut dan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kekeruhan sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Kekeruhan di perairan disebabkan oleh bahan organik tersuspensi, seperti liat, lempung, partikel karbonat, partikel organik halus, plankton, dan organisme renik lainnya. Bahan tersuspensi menyebabkan cahaya menjadi lebih tersebar dan diserap daripada ditransmisi. Ukuran dan karakteristik refraksi bahan partikel, secara optik penting untuk menunjang hubungan langsung dengan gravitasi spesifik dan konsentrasi suspensi. Pengukuran parameter ini sangat berguna untuk mengevaluasi stratifikasi secara mikro dari organisme-organisme antar lapisan perairan Stewart et al. 1965, diacu dalam Wetzel dan Linkens 1979. Perairan yang mempunyai kekeruhan yang tinggi akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam kolom air, sehingga membatasi proses fotosintesis. Produktivitas perairan dapat berkurang apabila dalam perairan terjadi kekeruhan tinggi yang disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi.

7. Salinitas

Salinitas merupakan salah satu parameter perairan yang berpengaruh pada fitoplankton. Variasi salinitas mempengaruhi laju fotosintesis, terutama di daerah estuari khususnya pada fitoplankton yang hanya bisa bertahan pada batas-batas salinitas yang kecil atau stenohaline Kaswadji et al. 1993. Nontji 1984 menyatakan bahwa meskipun salinitas mempengaruhi produktivitas individu fitoplankton namun umumnya peranannya tidak begitu besar, sedang Chua 1970, diacu dalam Nontji 1984 mengatakan di perairan pantai peranan salinitas mungkin lebih menentukan terjadinya suksesi jenis dari pada produktivitas secara keseluruhan. Karena salinitas bersama-sama dengan 17 suhu menentukan densitas air, maka salinitas ikut pula mempengaruhi pengambangan atau penenggelaman fitoplankton. Salinitas yang sesuai bagi fitoplankton adalah seperti yang dikemukakan oleh Sachlan 1982, yaitu di atas 20 promil biasanya ditemukan plankton laut. Salinitas seperti itu memungkinkan fitoplankton dapat bertahan hidup dan memperbanyak diri di samping aktif melaksanakan proses fotosintesis. III METODE

1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini berlokasi di perairan Muara Jaya Teluk Jakarta yang berada di wilayah administratif Kabupaten Bekasi Gambar 1. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Waktu pengukuran dan pengambilan contoh selama musim Timur dari bulan Juli sampai Agustus 2007. Pengukuran kualitas air dan pengambilan contoh air laut dilakukan tiga kali, yaitu tanggal 12 Juli, 29 Juli, dan 12 Agustus 2007.

2. Metode dan Desain Penelitian

Penentuan titik pengambilan contoh Pada lokasi penelitian, dipilih tiga titik sebagai stasiun tempat dilakukan pengambilan contoh, yang ditentukan dari muara sungai ke arah laut. Stasiun 1 terletak tepat di muara sungai dengan posisi geografis pada 06 o 01’37,3’’ LS dan 106 o 59’32,2’’ BT, kedalaman rata-rata 1,3 m. Stasiun 2 dengan posisi geografis pada 06 o 01’44,4’’ LS dan 106 o 58’41.6’’ BT, berjarak 2.142 km dari stasiun 1, kedalaman rata-rata 5 m. Serta stasiun 3 dengan jarak 2.022 km dari stasiun 2, terletak pada posisi geografis 06 o 01’29,0’’ LS dan 106 o 57’36,1’’ BT, kedalaman 10 m. Pembagian stasiun sedemikian dimaksudkan agar dapat diperoleh gambaran tentang seberapa jauh pengaruh masukan dari daratan berperan di wilayah perairan ini. Dengan demikian, ketiga stasiun ini diharapkan akan mewakili pengaruh dari daratan, lepas pantai, dan kondisi peralihan dari keduanya. Pada masing-masing stasiun, ditetapkan titik pengambilan contoh air laut secara vertikal, yaitu 0,2 dan 1 meter pada stasiun 1 dan masing-masing 0,2, 1, 2, 3, dan 4 meter untuk kedua stasiun sisanya. Titik-titik pengambilan contoh secara vertikal masih berada dalam kisaran kedalaman eufotik. Pembagian atas beberapa kedalaman tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa nilai intensitas cahaya akan semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman serta adanya fluktuasi konsentrasi unsur hara secara vertikal. 19 Sumber : Damar 2003 Sumber : http:www.googlemaps.com Stasiun pengambilan sampel Tgl 28 April 2007 Gambar 1 Peta lokasi penelitian. 6 00’ S 107 o 00’ E 106 50’ E 106 40’ E St.1 St.2 St.3 20 Teknik pengukuran dan pengambilan contoh air laut Pengukuran produktivitas primer dan kualitas air serta pengambilan contoh air dilakukan setiap dua minggu dengan ulangan sebanyak tiga kali. Waktu pengukuran dan pengambilan contoh air disesuaikan dengan waktu pengukuran produktivitas primer fitoplankton. Lama waktu inkubasi produktivitas primer adalah lima jam, dimulai dari jam 09:00–14:00 WIB. Contoh air diambil dengan menggunakan botol Van Dorn kapasitas 5 liter dari setiap kedalaman inkubasi. Contoh air didistribusikan pada wadah yang telah disediakan yaitu masing-masing untuk analisis unsur hara 0,25 l, klorofil-a 1 l, kekeruhan 0,1 l, dan produktivitas primer 1 l, serta fitoplankton 25 l. Khusus untuk analisis fitoplankton, contoh air diambil sebanyak lima kali dari masing- masing kedalaman inkubasi. Selain produktivitas primer, semua contoh air yang lain diawetkan dan disimpan dalam cool box hingga dianalisis di laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengukur masing-masing parameter dimaksud disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Parameter utama dan penunjang yang diamati No Parameter Satuan Metode dan Alat Uji Tempat A. Utama 1 Intensitas Cahaya Lux Luxmeter in-situ 2 Ortofosfat μM Asam molibdate, spektrofotometer Lab 3 Nitrat-Nitrogen μM Brusin sulfat, spektrofotometer Lab 4 Nitrit-Nitrogen μM Sulfanilamid, spektrofotometer Lab 5 Amonia-Nitrogen μM Phenate, spektrofotometer Lab 6 Silikat μM Molibdosilicate, spektrofotometer Lab 7 Klorofil-a mg m 3 Aseton 90, spektrofotometer Lab 8 Produktivitas Primer mgCm -3 jam -1 Teknik Oksigen, titrasi In-situ 9 Fitoplankton Sel l -1 Pencacahan, mikroskop Lab

B. Penunjang

1 Salinitas promil Hand Refraktometer in-situ 2 Kecerahan m Visual, secchi disk in-situ 3 Kekeruhan NTU Nefalometrik, turbiditymeter Lab 4 Suhu o C Pemuaian raksa, termometer in-situ 21 ƒ Unsur hara Contoh air dimasukkan ke dalam botol polyetilene 250 ml, kemudian disimpan dalam pendingin sebelum dianalisis. Analisis unsur hara dimulai dengan menyaring 250 ml air tersebut melalui saringan nucleopore diameter 47 mm dan ukuran porositas 0,2 μ m yang dibantu dengan memasang pompa vakum yang melewati suatu saringan gelas microfibre, guna mempercepat proses penyaringan. ƒ Klorofil-a Air laut diambil sebanyak 1 l, dimasukkan ke dalam botol polyetilene berwarna hitam dan disimpan dalam pendingan hingga dianalisis di laboratorium. Contoh air lalu disaring melalui gelas microfibre filter Whatman GFC, diameter 47 mm porositas 1,2 μ m dengan bantuan vakum pump. Hasil penyaringan diekstrak dalam 10 ml etanol 90 kemudian disentrifuge, supernatan hasil sentrifuge diukur absorbannya dengan spektrofotometer. Persamaan untuk menghitung kandungan klorofil-a merujuk pada APHA 1998 yaitu: Keterangan : 664 b = Abs pada λ 664 nm – abs. pada λ 750 nm, sebelum pengasaman 665 a = Abs pada λ 665 nm – abs. pada λ 750 nm, sesudah pengasaman V 1 = Volume yang diekstrak L V 2 = Volume sampel m 3 L = Panjang lintasan cahaya pada cairan dalam cuvet cm 26,7 = Koreksi absorban ƒ Cahaya Pengukuran intensitas cahaya dilakukan dengan Luxmeter tipe Lutron LX- 101 Digital Luxmeter Takemura Elektric Work. Ltd. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan di atas permukaan perairan dengan interval waktu setiap 10 menit. Pengukuran dimulai dari jam 06:00 sampai 18:00 WIB. Dengan demikian akan diperoleh pola distribusi cahaya dalam sehari. Untuk mengetahui nilai intensitas cahaya di masing-masing kedalaman inkubasi digunakan hukum Lambert-Beer dalam Valiela 1995, yaitu : Klorofil –a mgm 3 = L x V V x x a b 2 1 665 664 7 , 26 − 22 I z = I o e -kz Keterangan : I z = Intensitas cahaya pada kedalaman z I o = Intensitas cahaya pada permukaan perairan k = Koefisien peredupan cahaya z = Kedalaman Koefisien peredupan cahaya dalam kolom air dihitung dari pembacaan kedalaman keping Secchi Sd m, dengan menggunakan hubungan empiris k = 0,191 + 1,242Sd r 2 = 0,853 Tillman et al. 2000. ƒ Produktivitas primer Produktivitas primer diukur dengan metode botol terang-gelap. Produktivitas primer yang diukur dalam penelitian ini adalah produktivitas primer bersih. Prinsip kerjanya adalah mengukur perubahan kandungan oksigen dalam botol terang pada waktu awal dan akhir inkubasi, yang berisi air contoh setelah diinkubasi pada kedalaman perairan yang telah ditentukan. Konsentrasi oksigen terlarut diukur dengan cara titrasi Winkler. Produktivitas primer bersih dengan nilai oksigen terlarut dari metode ini kemudian dikonversi ke dalam satuan mgCm 3 jam. Prosedur serta rumus untuk perhitungan produktivitas primer selengkapnya merujuk pada Umaly dan Cuvin 1988 sebagai berikut: Keterangan : NPP = Fotosintesis bersih mgCm 3 jam O 2 BT = Oksigen terlarut Botol terang akhir inkubasi mgl O 2 BA = Oksigen terlarut Botol terang awal inkubasi mgl 1000 = Konversi liter menjadi m 3 PQ = Photosynthetic Quotient = 1,2. t = Lama inkubasi jam 0,375 = Koefisien konversi oksigen menjadi karbon 1232 ƒ Fitoplankton 25 liter air laut diambil dengan botol Van Dorn kapasitas 5 liter dari setiap kedalaman inkubasi dan disaring pada plankton net ukuran mata 20 μ m. NPP = 375 , t PQ BA1000 2 O BT 2 O x − 23 Untuk memperoleh 25 liter contoh air tersebut, pengambilan air laut diulang sebanyak 5 kali dari setiap kedalaman inkubasi. Air yang telah disaring dimasukkan ke dalam botol contoh 100 ml kemudian diawetkan dengan larutan Lugol 1, 1 ml lugol tiap 100 ml contoh air. Identifikasi jenis fitoplankton dilakukan dengan menggunakan literatur di antaranya dari Allen and Cupp 1998, Tomas 1997, Yamaji 1979, Smith 1977, dan Davis 1955. Kelimpahan sel fitoplankton dihitung dengan metode strip berdasarkan APHA 1998 sebagai berikut : N = n x 1V d x V t V cg x O i O p Keterangan : N = Kelimpahan fitoplankton sell n = Jumlah sel yang tercacah sel V d = Volume air contoh yang disaring l V t = Volume air contoh yang tersaring ml V cg = Volume air di bawah cover glass Sedwick Rafter Cell ml O i = Luas gelas penutup preparat Sedwick Rafter Cell mm 2 O p = Luas strip yang teramati mm 2

3. TeknikModel Analisis Data

Analisis ragam ANOVA Analisis statistika ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nyata penyebaran parameter-parameter yang diukur antar stasiun dan kedalaman. Apabila terdapat perbedaan maka dilakukan uji lanjut untuk mengetahui lokasi yang saling berbeda nyata. Analisis korelasi dan regresi Analisis ini digunakan untuk mengukur derajat hubungan serta besarnya peranan antara variabel bebas cahaya dan unsur hara dengan variabel tak bebas produktivitas primer. ƒ Produktivitas Primer dengan Cahaya Pola hubungan produktivitas primer dengan cahaya dianalisis dengan menggunakan model Von Platt Platt et al. 1980 dengan rumus sebagai berikut : 24 Y = a 1-e -bX e -cX Keterangan : Y = Produktivitas primer X = Cahaya a,b,c = Konstanta ƒ Produktivitas Primer dengan Unsur Hara Untuk mengetahui peranan masing-masing unsur hara terhadap produktivitas primer di setiap stasiun, dilakukan analisis regresi linier sederhana Steel and Torrie 1989 sebagai berikut Y = a + bX Keterangan : Y = Produktivitas primer, X = Peubah bebas masing-masing nutrien NH 4 -N, NO 2 -N, NO 3 -N, dan PO 4 a = Koefisien Regresi b = Interseps Nilai koefisien korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui keeratan dan arah hubungan antara variabel bebas dan tak bebas, yang nilainya berkisar antara 0 dan ± 1 -1 ≤ r ≤1. Arah hubungan dapat berpola searah positif, berkebalikan negatif atau tidak ada pola arah hubungan r = 0. Besarnya peranan peubah X terhadap Y ditentukan melalui nilai koefisien penentu R 2 hasil regresi. Dengan kata lain koefisien penentu menyatakan persentase penyimpangan keragaman peubah tak bebas Y yang dapat diterangkan oleh peubah bebas X dalam model regresi tersebut. Analisis data dilakukan secara komputasi dengan menggunakan program aplikasi statistika diantaranya SPSS versi 13, KaleidaGraph versi 3,06, dan Mixrosoft Exel 2003. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Parameter Penunjang