50
6. Produktivitas Primer Fitoplankton
Nilai produktivitas primer yang diperoleh selama pengamatan berkisar 39,57–96,89 mgCm
-3
j
-1
di stasiun 1, di stasiun 2 antara 21,31-107,01 mgCm
-3
j
-1
, dan di stasiun 3 antara 318,07–108,12 mgCm
-3
j
-1
. Rataan ±SD nilai produktivitas primer antar stasiun selama pengamatan berturut-turut untuk stasiun
1, 2, dan 3 adalah 67,36±25, 63,38±29, dan 62,61±30 mgCm
-3
j
-1
Lampiran 1. Nilai yang tercatat di sini jauh lebih besar dari yang diperoleh Alianto 2006 di
perairan Teluk Banten yang berkisar 13,56-29,59 mgCm
-3
5j
-1
. Perbedaan ini juga diikuti oleh berbedanya faktor-faktor yang terkait dengan produktivitas primer
yakni, unsur hara, klorofil-a, dan kelimpahan fitoplankton, yang ditemukan lebih tinggi dari Teluk Banten. Nilai produktivitas ini pun lebih tinggi dari yang
diperoleh Kocum et al. 2002 di Estuari Colne yang berkisar 0,64 x 10
-3
sampai 17
μ
gCl
-1
h
-1
1
μ
gCl
-1
h
-1
= 1 mgCm
-3
j
-1
. Profil menegak produktivitas primer fitoplankton menunjukkan bahwa
sebaran nilai umumnya meningkat dari permukaan hingga maksimum pada kedalaman inkubasi 2 meter. Selanjutnya dengan bertambahnya kedalaman
inkubasi nilainya kembali menurun, kecuali di stasiun 1 yang maksimum di kedalaman permukaan Gambar 16. Penyebaran antar kedalaman di masing-
masing stasiun menunjukkan perbedaan nyata ANOVA, p0,05, yaitu setiap kedalaman inkubasi saling berbeda nyata, kecuali produktivitas primer antara
kedalaman 0,2 dan 4 m di stasiun 2 sama akan tetapi berbeda nyata dengan kedalaman lainnya.
Secara horizontal atau antar stasiun, produktivitas primer pada kedalaman 0,2 m di stasiun 1, menunjukkan nilai yang lebih besar dan berbeda nyata
ANOVA, p0,05 dari dua stasiun lainnya sedangkan kedua stasiun terakhir tidak berbeda nyata ANOVA, p0,05. Pada kedalaman 1 m, produktivitas primer di
stasiun 1 lebih kecil dan berbeda nyata ANOVA, p0,05 dengan stasiun 2 dan 3 sedangkan kedua stasiun terakhir tidak berbeda nyata ANOVA, p0,05. Dari
kedalaman 0,2 sampai 4 m, produktivitas primer fitoplankton di stasiun 2 dan 3 tidak berbeda nyata ANOVA, p0,05.
51
Stasiun 1
1 2
3 4
20 40
60 80 100 120
NPP mgCm
-3
jam
-1
Ke d
a la
m a
n m
1 2
3 4
20 40
60 80 100 120
NPP mgCm
-3
jam
-1
Ked al
am a
n m
Stasiun 3
1 2
3 4
20 40
60 80 100 120
NPP mgCm
-3
jam
-1
Ke d
a la
ma n
m
Gambar 16 Nilai produktivitas primer bersih pada kedalaman inkubasi di ketiga stasiun penelitian Bar menunjukkan standar deviasi.
Distribusi vertikal dan horizontal produktivitas primer ini mirip dengan penyebaran vertikal klorofil maupun fitoplankton serta konsentrasi nutrien. Pada
stasiun 2 produktivitas maksimum di kedalaman 2 m bersamaan dengan konsentrasi ammonium dan nitrat minimum, sedangkan kelimpahan fitoplankton,
klorofil-a, nitrit, dan silikat mencapai maksimum, serta ortofosfat yang masih relatif tinggi dibandingkan dengan kedalaman lain. Di stasiun 3, nilai maksimum
produktivitas primer diikuti oleh nilai minimum ammonium, ortofosfat, dan silikat, dan bersamaan dengan maksimum pada nitrat, kelimpahan sel
fitoplankton, dan klorofil-a. Hal ini menggambarkan adanya hubungan fungsional
52 saling mempengaruhi di antara parameter-parameter tersebut. Dengan kata lain
produktivitas primer mempengaruhi konsentrasi unsur hara melalui penyerapan fitoplankton, sehingga menyebabkan berfluktuasinya konsentrasi nutrien di
perairan Howarth 1988; Levinton 1982; Yin et al. 2001; Cloern 1996. Produktivitas primer yang lebih tinggi pada kedalaman 0,2 m di stasiun 1
dibandingkan dengan kedalaman yang sama untuk kedua stasiun lain, berhubungan dengan kandungan klorofil-a serta intensitas cahaya matahari yang
tersedia. Di stasiun 1 pada kedalaman inkubasi 0,2 m, kandugan klorofil-a hampir mencapai tiga kali lebih besar dari kedalaman yang sama pada kedua
stasiun yang lain. Intensitas cahaya yang tersedia lebih rendah dari kedua stasiun yang lain, tetapi intensitas yang tersedia tersebut ternyata mampu meningkatkan
nilai produktivitas primer. Intensitas cahaya tinggi dapat menyebabkan fotoinhibisi yang mengurangi produktivitas primer Kirk 1994; Valiela 1995.
Ditambahkan oleh Valiela 1995, hubungan fotosintesis dengan cahaya dapat dipengaruhi oleh suplai nutrien. Kondisi dimana unsur hara tinggi akan
meningkatkan hasil fotosinetesis pada suatu intensitas tertentu, karena pigmen- pigmen fotosintesis yang mengandung nitrogen meningkat ketika suplai nitrogen
bertambah. Pigmen-pigmen tersebut tersedia baik sebagai cadangan protein maupun sebagai penyerap cahaya untuk fotosintesis.
Sebaliknya pada kedalaman 1 m, meskipun konsentrasi klorofil-a lebih besar dari kedalaman 0,2 m, akan tetapi rendahnya intensitas cahaya yang ada
menyebabkan produktivitas primer tidak dapat mencapai nilai yang tinggi. Kandungan klorofil-a yang tinggi di kedalaman ini, merupakan salah satu bentuk
adaptasi fitoplankton terhadap ketersediaan cahaya yang rendah. Kandungan yang tinggi diperlukan guna meningkatkan efisiensi penangkapan foton agar
cukup memadai sehingga dapat menggerakan proses fotosintesis Kirk 1994.
7. Hubungan Cahaya dengan Produktivitas Primer