Latar belakang Produktivitas Primer Fitoplankton Dan Kaitannya Dengan Unsur Hara Dan Cahaya Di Perairan Muara Jaya Teluk Jakarta

I PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Peningkatan beban masukan limbah organik akan terkait dengan pengayaan nutrien di perairan pantai. Pengayaan nutrien yang berlebihan atau eutrofikasi dapat berpengaruh negatif terhadap ekosistem perairan. Pengaruh negatif tersebut di antaranya adalah menstimulasi produktivitas primer yang mendorong ke arah akumulasi biomassa fitoplankton, terjadinya ledakan alga termasuk yang beracun, deplesi oksigen terlarut saat proses pembusukan biomassa alga yang telah mati tersebut serta kematian ikan dan kerang-kerangan Cloern 1996. Masukan limbah organik juga berdampak terhadap ketersediaan cahaya di perairan. Limbah organik baik terlarut maupun tersuspensi akan meningkatkan kekeruhan perairan. Semakin tinggi kekeruhan maka penetrasi cahaya ke perairan yang lebih dalam menjadi terbatas. Hal ini menyebabkan berkurangnya zona eufotik, sehingga menurunkan lapisan produktif di perairan terkait dengan proses fotosintesis. Untuk memahami dampak pengayaan nutrien secara lengkap terhadap ekosistem perairan pantai, maka pemahaman tentang ekologi fitoplankton merupakan salah satu kunci utama. Hecky dan Kilham 1988 menyatakan bahwa eutrofikasi adalah suatu proses ekologi, jadi harus dipelajari dari suatu perspektif ekosistem yang mempertimbangkan semua proses-proses interaksi fisika, kimia, trofik, dan sejarah hidup dari fluktuasi populasi fitoplankton. Menurut Nontji 1984 untuk memahami ekologi fitoplankton diperlukan pengetahuan tentang bagaimana kondisi biomassa, produktivitas, dan struktur komunitas fitoplankton serta kaitannya dengan kondisi lingkungan. Keberadaan dan aktivitas fitoplankton berhubungan dengan lingkungan perairan sekitarnya, sehingga akan memperlihatkan reaksi jika terjadi perubahan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap fitoplankton di antaranya adalah cahaya dan unsur hara. Kedua faktor tersebut terdistribusi secara tidak merata di perairan. Hal ini terjadi karena adanya masukan berbagai zat buangan dari darat dan sifat hidromorfologi perairan. 2 Perairan Muara Jaya Teluk Jakarta menerima beban limbah yang masuk melalui sungai, di antaranya melalui sungai Citarum dan Bekasi. Beban limbah tersebut berasal dari limbah permukiman, pertanian, perkotaan, dan industri yang berada di catchment area. Limbah tersebut kemudian berdampak terhadap pengayaan nutrien di perairan ini. Damar 2003 mencatat bahwa beban fosfat, DIN Dissolved Inorganik Nitrogen dan silikat yang masuk perairan Teluk Jakarta melalui sungai berturut-turut adalah 6.741 ton th -1 , 21.260 ton th -1 dan 52.417 ton th -1 yang kemudian secara nyata meningkatkan konsentrasi nutrien di perairan ini . Kondisi bio-fisika-kimia perairan ini dipengaruhi pula oleh kondisi musim, terutama musim hujan dan musim kemarau. Karenanya, setiap musim akan dicirikan oleh sifat-sifat bio-fisika-kimia perairan yang berbeda-beda dan berdampak pada keberadaan, penyebaran, dan aktivitas fitoplankton baik horizontal maupun vertikal. Meskipun penelitian serupa telah banyak dilakukan untuk perairan Teluk Jakarta, namun informasi tentang perairan di sekitar muara-muara sungai pada pantai Bekasi, wilayah perairan Teluk Jakarta sebalah Timur ini masih sedikit. Penelitian dengan tema yang sejenis baru dilakukan oleh Kaswadji et al. 1993 namun hanya terbatas pada musim peralihan Barat - Timur. Penelitian lain oleh Zudiana 1997 dan Abdunnur 1997 yang keduanya dilakukan pada perairan muara Jaya pantai Bekasi, lebih banyak mengungkapkan parameter fisik-kimia, namun tidak dalam konteks respon fitoplankton. Dengan demikian penelitian untuk mengkaji kaitan antara faktor lingkungan dengan respon fitoplankton pada musim Timur masih perlu dilakukan, baik dalam kerangka mengungkapkan informasi ekologinya maupun sebagai kegiatan monitoring, sehubungan dengan adanya proses eutrofikasi di perairan ini.

2. Perumusan masalah