1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman Pala Myristica fragrans Houtt adalah salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Tanaman ini
menghasilkan biji dan fuli yang didalamnya terdapat minyak atsiri. Harga minyak biji pala nutmeg oil dan minyak fuli mace oil relatif stabil
dibandingkan dengan minyak atsiri jenis lain. Minyak biji dan fuli pala Indonesia merupakan minyak yang kualitasnya bagus dan jumlah ekspornya
mendominasi perminyakan pala dunia. Walaupun demikian, pasar perminyakan pala dikuasai oleh asing. Kelebihan pala Indonesia
dibandingkan dengan pala luar adalah rendemennya yang cukup tinggi dan baunya yang khas.
Minyak pala dapat diperoleh dengan 3 cara destilasi, yaitu destilasi menggunakan sistem rebus, destilasi menggunakan air dan uap kukus dan
destilasi menggunakan uap langsung. Pada praktek dilapangan sistem uap langsung banyak digunakan. Dalam memproduksi minyak pala dibutuhkan
sumber energi yang dihasilkan dari bahan bakar untuk membangkitkan uap steam untuk proses destilasi. Pada umumnya para penyuling minyak pala
menggunakan bahan bakar minyak tanah dengan alasan lebih stabil dan mudah didapat waktu itu. Dengan meningkatnya harga bahan bakar,
berakibat biaya produksi sedangkan keuntungan turun. Saat ini banyak diantara para penyuling sedang mencari bahan bakar yang dapat
menggantikan minyak tanah. Alternatif bahan bakar yang mungkin dicapai saat ini adalah kayu bakar.
Dengan makin meningkatnya harga bahan bakar, maka yang dapat diusahakan untuk menekan biaya penyulingan adalah dengan meningkatkan
efisiensi energi alat penyulingan dan pemilihan bakan bakar baru yang relatif murah. Peningkatan efisiensi energi penyulingan didapatkan dengan
menurunkan kehilangan panas secara maksimal dari boiler, ketel, dan pipa-
2
pipa penghubung. Selain itu diperlukan juga sistem recovery panas yang cukup efisien pada bagian kondensor.
Dengan adanya permasalahan itu, maka dibuatlah suatu prototipe alat penyulingan yang didesain, untuk lebih menghemat energi. Prototipe yang
telah dibuat diperlukan pengujian untuk mendapatkan kondisi operasi yang sesuai.
Pengaturan suhu dan tekanan yang tepat dapat menghasilkan mutu rendemen minyak pala yang sesuai standar SNI. Selain rendemen yang
tinggi, pengaturan suhu dan tekanan yang berimplikasi pada laju alir minyak akan didapatkan waktu optimal penyulingan.
Prototipe alat penyulingan yang diteliti ini diharapkan dapat memberikan solusi masalah efisiensi energi yang berkorelasi terhadap biaya
bahan bakar. Alat ini diharapkan mampu mempersingkat waktu penyulingan yang pada umumnya 30 sampai dengan 48 jam menjadi 12 sampai 14 jam.
Proses pemotongan waktu penyulingan ini diharapkan dapat menurunkan biaya produksi baik biaya bahan bakar maupun biaya tenaga kerja.
B. Tujuan Penelitian