9
4. Pemisah Minyak Separator
Menurut Lutony dan Rahmawati 1999 penampung hasil kondensasi adalah alat untuk menampung distilat yang keluar dari
kondensor lalu memisahkan minyak dari air suling. Pada saat di dalam separator
penguapan dan
kehilangan minyak
dicegah dengan
mempertahankan suhu separator berkisar antara 20 ºC sampai dengan 25 ºC Ketaren, 1985.
Separator berbentuk persegi panjang biasanya dibagi menjadi dua kamar oleh sebuah sekat. Sekat tersebut dipasangkan dengan jarak
beberapa sentimeter dari dasar tabung sehingga kedua ruangan dapat berhubungan satu sama lain. Lutony dan Rahmawati, 1999
D. UAP
Uap merupakan bagian cairan yang diuapkan dan terdiri dari gas sejati yang masih mengandung partikel-partikel cairan di dalamnya. Partikel-
partikel cairan akan teruapkan dengan pemanasan. Uap super panas atau uap panas lanjutan superheated steam memiliki sifat-sifat seperti suatu gas di
bawah suhu kritisnya. Beberapa metode pemanasan dan ekspansi dari uap adalah sebagai berikut Kulshrestha, 1989 :
i Volume konstan. ii Tekanan dan suhu konstan.
iii pv konstan atau hiperbolik. iv pv
n
konstan. v Entropi konstan.
vi Ekspansi bebas. vii Throttling.
Uap merupakan salah satu fluida sehingga dalam sistem pengaliran akan mengikuti hukum hukum mekanika fluida.
10
E. ENERGI
Hampir semua operasi yang dijalankan untuk proses penyulingan melibatkan pembangkitan, penyerapan, dan kehilangan energi dalam bentuk
kalor Cabe et al. 2001.
1. Transfer Energi
Dua benda yang suhunya berbeda dalam kontak termal, maka kalor akan mengalir dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang
suhunya rendah. Aliran neto selalu berlangsung menurut arah penurunan suhu. Pengalian kalor itu dapat berlangsung dengan tiga
ragam mekanisme: konduksi atau hantaran, konveksi atau aliran, dan radiasi atau pancaran.
a. Konduksi
Peristiwa perpindahan kalor secara konduksi berupa kesebandingan antara laju alir kalor melintas permukaan isotermal
dan gradien suhu yang terdapat pada permukaan tersebut. Hubungan ini berlaku pada setiap lokasi pada suatu benda pada
setiap waktu dan disebut hukum Fourier. Mc. Cabe et al. 2001. Menurut Tjipto Utomo 1984, peristiwa konduksi terjadi pada
padatan atau fluida yang relatif tidak bergerak, dalam hal ini panas berpindah secara getaran molekul dari satu molekul ke molekul
yang lain. Besarnya fluksi panas ditulis dalam persaman Fourier: q = - k
x
A
x
T x Konduksi kalor dapat dipandang sebagai akibat perpindahan
energi kinetik dari satu partikel ke partikel yang lain melalui tumbukan. Pada bahan logam, terdapat elektron bergerak bebas.
Elektron-elektron ini berperan juga di dalam merambatkan energy kalor, karena itu bahan logam menjadi panghantar kalor yang
sangat baik, dan disebut konduktor. Suliyanah, 2004
11
b. Konveksi
Perpindahan kalor cara ini biasanya memerlukan alat transpor, seperti fluida. Dalam transfer panas ini ditentukan
banyak faktor yang cukup rumit yaitu sifat fluida sendiri, sehingga transfer panas dipengaruhi tingkat turbulensi fluida. Berdasarkan
gerakan fluida ada dua cara konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Dalam konveksi alamiah gerakan fluida
disebabkan oleh beda densitas antara beberapa tempat, karena adanya selisih temperatur antara tempat-tempat itu. Dalam
konveksi paksa fluida mengalir karena adanya usaha dari luar terhadap fluida, seperti pompa dan kompresor Tjipto Utomo
1984. Fluksi panas dinyatakan dalam “Hukum Pendinginan
Newton” q = h
x
A
x
T
padatan
- T
fluida
c. Radiasi
Radiasi dapat dianggap sebagai arus energi yang yang bergerak dengan kecepatan cahaya didalam ruang. Dalam bahasan
kalor, radiasi akan terjadi apabila suatu benda yang suhunya lebih tinggi berhadapan pada suatu jarak pandang tertentu, sehingga
akan terjadi pelepasan energi dan absorbsi energi pada penerima sampai keadaan seimbang Mc. Cabe et al. 1986. Dalam radiasi
terdapat emisivitas yang menentukan besarnya transfer energi, besarnya tergantung jenis benda. Untuk benda hitam sempurna
mempunyai nilai emisivitas satu, nilai tersebut semakin kecil untuk benda yang kadar hitamnya kecil Zemansky,1994
Besarnya kalor yang diradiasikan oleh suatu benda yang suhunya lebih tinggi mengikuti persamaan Stefan-Boltzman
q =
x x
A
x
T
4
12
2. Kehilangan Energi
Pada suatu sistem pasti akan terjadi kehilangan energi, baik berupa kalor maupun energi yang lain. Kehilangan kalor total pada
suatu sistem dapat dicari dengan mengalikan head fluks dan luas total serta waktu kerja sistem tersebut, atau dapat pula dengan mengalikan
variabel luas pemukaan, waktu kerja, perbedaan suhu dengan lingkungan dan konstanta berupa koefisien transfer panas total.
ΔQ = h
x
A
x
ΔT
x
Δt Dimana:
ΔQ = kehilangan panas, J h = koefisien transfer panas total, Wm
2
K A = luas permukaan transfer panas, m
2
ΔT = Perbedaan temperatur bahan padat denga lingkungan , K Δt = time period, s
Zemansky,1994
F. MUTU MINYAK PALA