Kondisi rawa atau situ di wilayah DKI Jakarta Kondisi irigasi pengairan dan sungai

pembina bidang pertanian maupun sarana pendukung masih relatif kurang atau pada kondisi terbatas di wilayah DKI Jakarta. Gambar 18. Perbandingan kelas kelompok pada setiap wilayah kecamatan DKI Jakarta. Tabel 26. Data kelompok tani kecamatan lokasi sampel di wilayah DKI Jakarta. No. Wil.Kota dan Kecamatan Jumlah Kelompok Tani Jumlah Anggota Jenis Usaha Kelas Kelompok 1. Jakarta Selatan : Jagakarsa 19 260 Tanaman buah, pasca panen, sayuran, tanaman toga, penangkar Pemula, Lanjut 2. Jakarta Timur : Cipayung 6 75 Pasca panen, toga, sayuran dan tanaman hias Pemula, Pra Pemula dan lanjut 3. Jakarta Pusat : Menteng 6 85 Pasca panen, tanaman hias, toga. dan sayuran Pemula, Lanjut 4. Jakarta Utara : Cilincing 31 715 Padi, pasca panen, sayuran dan tanaman buah. Pemula, Lanjut, Madya 5. Jakarta Barat : Kembangan 19 385 Pasca panen, tanaman hias, sayuran Pemula, Lanjut dan Madya Sumber : Diskeltan 2010 Keterangan : = wilayah kecamatan sampel. Sarana pendukung dan kelembagaan tani merupakan suatu wadah dalam mengkoordinasikan kegiatan pertanian di wilayah. Pembentukan kelompok tani dan keberadaan penyuluh PPL, Juru Pengairan sangat dibutuhkan sebagai pembina teknis dilapangan. Kondisi lapang memperlihatkan belum memadai atau kurang 5 10 15 20 Jagakarsa Cipayung Menteng Cilincing Kembangan Pemula Lanjut Madya Utama keberadaanya utamanya tenaga teknis lapangan, fasilitas kinerja petugas serta wadah koordinasi. Upaya untuk meningkatkan kegiatan usaha tani di wilayah DKI Jakarta, maka diperlukan kebijakan tentang kelembagaan pertanian. Tabel 27. Jumlah koperasi, P3A, PPL dan Juru pengairan di lokasi penelitian wilayah DKI Jakarta. . No Jenis Kecamatan Jagakarsa Cipayung Menteng Cilincing Kembangan Total 1. Jumlah Kel.Tani 19 6 7 32 19 83 2. PPL 2 1 1 1 1 5 3. Juru – Pengairan - - 1 - 1 4. KUDKios 1 - - 1 - 2 5. P3A - - - 1 1 6. BPP - - 1 - 1 2 7. Penangkar Benih Padi - - - 2 - 3 Sumber : Hasil survei 2011 Keterangan : = Hanya yang bertugas dan berada di WKPP Kecamatan. = BPP Balai Penyuluhan Pertanian, adanya 1-2 unit per wilayah kota.

5.1.1.5. Aspek Teknologi

Berdasarkan hasil analisis kondisi penerapan teknologi baik paket maupun komponen teknologi oleh petani pada sistem usaha tani komoditas tertentu dapat dilihat pada Lampiran 27, 28, 29, 30 dan Tabel 28. Data tersebut memperlihatkan bahwa kondisi penerapan teknologi oleh petani dalam kondisi sedang dan mengarah ke kondisi baik. Tabel 28. Rekapitulasi keragaan penerapan teknologi usaha tani dari masing-masing komoditas di wilayah DKI Jakarta . No. Komoditas Usaha tani Keragaan penerapan teknologi Kisaran komponen Rata-rata Kondisi 1. 2. 3. 4. 5.  Mangga dan Jambu air  Tanaman hias  Sayuran  Belimbing  Padi sawah 41,65 – 57,77 49,55 – 75,45 31,70 – 62,72 45,65 – 67,77 41,70 – 62,72 46,50 67,45 51,74 56,50 55,72 Sedang Baik Sedang Sedang Sedang Sumber : Hasil survei 2011 Keterangan: Contoh jenis tanaman :  Grup tanaman hias: Adenium, Aglonema, Anturium, Sikas, Palm, Euphorbia, Tricolor, Batavia, Kenanga, Cemara.  Tanaman sayuran adalah sayuran daun Sawi, Kangkung, Bayam, Chesim. Hasil analisis penerapan teknologi khususnya belimbing, mangga dan jambu biji mencapai mencapai kondisi sedang. Data ini menunjukkan bahwa komponen pemupukan, bibit tanaman dan komponen pengendalian hama utamanya lalat buah yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangannya. Kondisi pengembangan penerapan teknologi komoditas tanaman hias pada kondisi sudah baik, namun yang masih perlu diperhatikan adalah teknologi pembibitan. Sebaiknya petani diberikan pelatihan atau penyuluhan teknik budidaya pembibitan atau perbanyakan tanaman hias di wilayah khususnya petani tanaman hias di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat oleh instansi terkait. Pengelolaan sistem usaha tani tanaman hias dengan penerapan teknologi konservasi tanah dan air diperlukan biaya investasi yang cukup tinggi dalam aplikasinya, sehingga petani cenderung tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air. Salah satu contoh rekomendasi teknik konservasi pada pengembangan tanaman hias di wilayah Ja karta Barat tepatnya pada “laboratorium agribisnis Meruya” tertera pada Tabel 29. Masalah petani tanaman hias dalam implementasi paket teknologi adalah minimnya sumber modal usaha, sehingga diharapkan ada lembaga keuangan untuk menunjang modal usaha tani tanaman hias. Tabel 29. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air pada masing-masing titik pengamatan di lokasi laboratorium agribisnis Meruya, Kec. Kembangan, Jakarta Barat. Kode Penggunaan lahan Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air UL-7 Tanaman hias Embungbangunan penampungan air limbah atau air hujan, penataan bedengan tanaman searah kontur, penataan SPA. UL-8 Tanaman hias Pengaturan arah aliran air, perbaikan saluran teras. UL-9 Tanaman hias Penanaman tanaman penguat teras, SPA, BTA, penataan bedengan tanaman searah kontur, penataan SPA UL-10 Tanaman hias Pembuatan para-para untuk mengurangi evaporasi dari kolam penampungan air, penataan SPA. UL-11 Tanaman hias Perbaikan SPA dan BTA, penanaman rumput pada bagian yang terbuka. Hasil pengamatan terhadap perkembangan penerapan jenis-jenis teknologi budidaya pertanian oleh petani pada sistem potpolibek, sistem vertikultur, sistem hidroponik, sistem “babilonia” panjatan dan menjalar pada bangunan dan tanam langsung di pekarangan dan sawah umumnya pada kondisi sedang. Tabel 30 menunjukkan bahwa kondisi jenis dan penerapan teknologi sudah diketahui dan diterapkan pada umumnya, namun implementasi oleh petani masih relatif rendah. Kondisi ini memberikan harapan atau peluang untuk dikembangkan secara intensif atau moderen oleh masyarakat perkotaan dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Persentase tingkat penerapan berbagai jenis teknologi pada sistem usaha tani di wilayah DKI Jakarta. No. Jenis Teknologi Sistem usaha tani Tingkat penerapan Sayuran daun dan buah Tanaman buah Tahunan Tanaman Hias Anggrek 1. Sistem Potpolibek. 30,00 2. Sistem Hidroponik - - 8,50 3. Sistem “Babilonia” - - 7,50 4. Sistem Vertikultur - 19,00 5. Sistem Tanam Langsung 35,00 Sumber : Hasil survei 2011 Berdasarkan pengamatan terhadap tingkat adopsi dan penerapan pengembangan pertanian input organik tentang pupuk organik, media tanam, teknik pengomposan oleh masyarakat tani di wilayah DKI Jakarta. Kondisi adopsi dan penerapan teknologi pertanian input organik dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Persentase tingkat penerapan teknologi pertanian input organik di wilayah DKI Jakarta No. Jenis teknologi organik Tingkat adopsi Tingkat penerapan Mengenal Mencoba Mengaplikasi melakukan 1. Pupuk Organik Cair dan Padat 55,00 2. Teknik Pengomposan 10,00 3. Media Tanam 35,00 Sumber : Hasil survei 2011 Berdasarkan data penerapan teknologi pertanian input organik, nampak bahwa jenis pupuk organik, baik dalam bentuk cair maupun padat, telah banyak di aplikasikan oleh petani. Teknik pengomposan masih rendah, karena petani mengharapkan pupuk dan media yang sudah jadi dari luar lokasi. Diperlukan suatu kebijakan untuk pemanfaatan sumberdaya lokal yaitu sampah organik kota dalam membuat dan memproduksi pupuk, media tanam organik di lokasi usaha tani secara mandiri.