7
Alat tanam padi memiliki bagian-bagian antara lain: 1.
Motor engine. Motor menggunakan pendingin udara atau air, daya motor yang digunakan antara 2
– 8.5 hp tergantung pada jumlah garpu penanam. 2.
Pengatur tenaga power transmission. Berguna untuk menggerakkan alat tanam, garpu penanam, papan semaian, gigi, sabuk dan lainnya.
3. Roda wheels. Alat tanam mekanis mempunyai 2 atau 4 roda untuk bergerak.
4. Pelampung floats. Menjaga mekanisme penanaman agar hasilnya mempunyai kedalaman
penanaman yang seragam. 5.
Papan semaian seeding stand. Tempat semaian yang diletakkan pada alat tanam, bergerak secara horizontal dan sesuai dengan kecepatan penanaman.
6. Garpu penanam finger. Berfungsi menancapkan bibit ke lahan. Gerakan garpu penanam
diperoleh dari putaran motor yang menggerakkan batang garpu.
2.5. Sinkage
Mandang dan Nishimura 1991 menyatakan bahwa kemampuan lalu lintas traktor tidak hanya ditentukan oleh kelunakan dan kelemahan tanah tetapi juga tergantung pada kemampuan alat
tersebut untuk bekerja pada kondisi tanpa adanya sinkage. Kemampuan ini disebut sebagai daya apung dari kendaraan.
Sinkage adalah terjadinya penurunan permukaan tanah akibat gaya dari luar dengan mengabaikan distribusi dalam tanah khususnya lalu lintas, yang dapat mengakibatkan pemadatan
tanah. Penurunan permukaan terjadi sampai pada keadaan di mana gaya penahan dari tanah seimbang dengan beban yang diberikan. Kenaikan beban dapat menyebabkan kenaikan sinkage Mandang dan
Nishimura, 1991. Batas sinkage pada kemampuan lalu lintas traktor maksimum adalah 15 – 20 cm,
tetapi hal ini tergantung pada alat traksi traktor, kondisi profil dan permukaan tanah. Menurut Triratanasirichai 1991, semakin besar slip yang terjadi maka ketenggelaman roda
juga akan semakin besar. Metode pengukuran ketenggelaman roda yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode alat ski dengan mekanisme 4 batang hubung yang dilengkapi sensor infrared
distancemeter. Selain itu dinyatakan bahwa kisaran ketenggelaman roda yang terjadi pada traktor dua roda di sawah berkisar 10 cm
– 42 cm. Sembiring et al. 1990 menyatakan bahwa beban tarik roda sangat dipengaruhi oleh adanya
kontak antara roda dengan tanah. Kontak antara roda dengan tanah dipengaruhi oleh ukuran roda, berat roda, berat traktor yang ditumpu roda, dan kondisi tanah tumpuan roda. Semakin besar beban
tarik maka ketenggelaman roda semakin besar.
2.6. Slip Roda
Menurut Sembiring et al. 1990 faktor lain yang menurunkan drawbar pull adalah slip. Penurunan tenaga yang dibutuhkan untuk mengatasi slip akan menaikkan tenaga traktor. Besarnya slip
dipengaruhi oleh beban roda penarik, landasan roda, dan jenis tarikan. Perbedaan kecepatan dan perbedaan transmisi juga dapat memberikan pengaruh pada slip. Efisiensi tenaga tarik yang tertinggi
yang dapat dicapai oleh traktor yang bekerja di lapang dalam mengolah tanah adalah pada tingkat slip antara 15-25. Pada tanah liat yang basah, tenaga terbesar untuk menarik mungkin dicapai pada slip
sekitar 35 Sembiring et al.,1990. Menurut Sembiring pada tanah basah atau becek, slip dapat terjadi samapai 60 dan hanya
menghasilkan tenaga sekitat 10-20. Hal ini berarti banyak tenaga yang hilang untuk mengatasi tahanan gelinding dan slip roda serta hasil yang didapat berupa proses pelumpuran lahan oleh roda.
Dalam penggunaan traktor pada tanah liat basah atau lumpur, harus diperhatikan luas kontak
8
permukaan roda dengan tanah untuk menaikkan tarikan. Makin luas permukaan luas kontak permukaan roda, maka tarikan akan semakin baik.
2.7. Lahan Sawah Tanah Sawah
Sifat fisik tanah sawah berubah banyak setelah mengalami pelumpuran. Menurut Koga 1992, pelumpuran adalalah proses tanah kehilangan struktur granular yang disebabkan air berlebihan
atau pengolahan tanah berlebihan. Menurut Adachi 1992 dalam Agni 2001, di Jepang, tanah pada kedalaman 10-15cm dari permukaan dilumpurkan menggunakan garu atau bajak rotary. Menurut
Koga 1992 keuntungan pelumpuran untuk lahan sawah adalah pengendali gulma, melembutkan tanah, penghematan air, menjaga kelembapan tanah, perataan tanah, dan mereduksi tanah. Sedangkan
kerugian dari pelumpuran adalah menambah biaya, memerlukan banyak air saat pelumpurannya, memperlambat pembusukan bahan organic sehingga terjadi akumulasi racun orhanik, dan pada saat
rotasi tanaman sukar mengubah tanah berlumpur menjadi struktur granular. Menurut Sakai et al. 1998, pembentukan lapisan keras di bawah lapisan olah top soil
harus dihindarkan pada pertanian lahan kering karena dapat mengganggu pertumbuhan akar tanaman. Sebaliknya, pada pertanian lahan sawah, lapisan keras kedap sangat diperlukan karena mempunyai
fungsi yaitu: 1 lapisan kedap dengan kekerasan tanah sebesar 7 kgfcm
2
pada ketebalan lapisan 10- 15 cm mampu mendukung manusia, ternak dan mesin, 2 lapisan kedap juga akan mencegah lahan
sawah menjadi terlalu dalam, sehingga kebutuhan air irigasi menjadi lebih kecil, serta 3 menghindari perkolasi berlebihan yang dapat menyebabkan hilangnya pupuk sehingga menurunkan hasil.
Menurut Tada dan Toyomitsu 1992 dalam Agni 2001 di Jepang terdapat empat metoda dan peralatan sederhana untuk mengukur daya dukung tanah, yaitu:
1. Cone penetrometer, dimana sudut kerucut 30
o
atau 60
o
dan alas kerucut seluas 3.2 cm
2
atau 6.45 cm
2
. 2.
SR-II soil resistance meter digunakan untuk mengukur sinkage resistance dan shear resistance. 3.
Yamamata soil hardness meter merupakan penetrometer yang memiliki pegas di dalam batangnya.
4. Vane shear test untuk mengukur tahanan geser tanah.
Di jepang daya dukung tanah yang diminta lebih besar dari 4 kgfcm
2
0.4 MPa, yaitu rata- rata nilai cone index yang diukur setiap 5 cm dalam lapisan olah 0-15 cm pada waktu panen Tada
dan Tomitsu, 1992. Daya dukung tanah sawah berubah-ubah sepanjang tahun. Nilai daya dukung tanah terbesar terjadi pada waktu periode non irigasi Februari dan Januari ketika tanah telah dibajak
pada akhir musim gugur dan tanah dalam kondisi paling kering. Pada periode ini nilai cone index pada tanah di atas lapisan kedap lebih besar dari 4 kgfcm
2
dan di bawah lapisan kedap lebih besar dari 3 kgfcm
2
. Menurut Koga 1992 dalam Agni 2001, terdapat nilai indeks kerucut kritis untuk berbagai
tipe traktor, yaitu seperti yang disajikan pada Tabel 1.
9
Tabel 1. Nilai indeks kerucut kritis untuk berbagai tipe traktor
Tipe Mesin Kesukaran Operasi Mesin
Bisa tetapi sulit untuk bekerja kgfcm
2
Mudah untuk Bekerja kgfcm
2
Tractor with wheels 4.5-6.0
6.0
Tractor with caterpillar
2.5-3.0 3.0
Tractor with half wheels
2.0-2.5 2.5
Combine with wheels 2.6-3.6
3.6
Combine with half track
1.5-3.0 3.6
10
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian