1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penurunan produktivitas atau rendahnya produksi padi sawah di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor antara lain rendahnya produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan, belum tersedianya
rekomendasi pemupukan spesifik lokasi yang didasarkan pada kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan tanaman serta tingginya kehilangan hasil akibat penanganan pascapanen yang tidak
efisien. Penggunaan pupuk di tingkat petani terus meningkat seiring dengan meningkatnya luas
panen, dosis serta jenis pupuk yang digunakan dalam upaya untuk meningkatkan produksi padi. Sampai saat ini pupuk belum digunakan secara rasional sesuai kebutuhan tanaman serta kemampuan
tanah menyediakan unsur-unsur hara, sifat-sifat tanah, kualitas air pengairan dan pengelolaannya oleh petani. Kelebihan pemberian pupuk selain merupakan pemborosan biaya, juga akan mengganggu
keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah dan pencemaran lingkungan, sedangkan pemberian pupuk yang terlalu sedikit tidak dapat memberikan tingkat produksi yang optimal.
Sampai saat ini pemupukan N, P, dan K untuk padi sawah masih bersifat umum yaitu sekitar 100-150 kg TSPhamusim tanam, 100 kg KClhamusim tanam dan 200 kg ureahamusim tanam.
Penentuan rekomendasi tersebut dilakukan tanpa mempertimbangkan kandungan hara P dan K dalam tanah dan keperluan hara bagi tanaman padi, sehingga kurang efisien. Penggunaan pupuk secara
rasional dan berimbang adalah salah satu faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang perlu memperhatikan
kadar hara di dalam tanah, jenis dan mutu pupuk, dan keadaan pedo-agroklimat, serta mempertimbangkan unsur hara yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berproduksi optimal. Pendekatan
ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan jika rekomendasi pemupukan berdasarkan pada hasil uji tanah dan analisis tanaman dengan menggunakan metodologi yang tepat dan teruji.
Untuk memudahkan pemberian pupuk pada padi sawah secara efektif dan efisien, dibutuhkan suatu alat yang dapat menjatah pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah. Dengan
menggunakan teknologi site specific variable rate applicator untuk pupuk yang merupakan bagian dari precission farming hal tersebut dapat dilakukan.
Unit pemupuk yang dibuat membutuhkan tenaga tarik untuk digunakan di lahan sawah. Untuk menarik unit pemupuk digunakan transplanter. Pemilihan transplanter sebagai tenaga tarik
didasarkan pada konstruksi transplanter yang cocok dengan kebutuhan unit penebar pupuk yang dirancang. Unit penebar pupuk yang dirancang akan digunakan di lahan lumpur pada saat tanaman
padi berumur 1 bulan, sehingga dibutuhkan ground clearance dan diameter roda yang sesuai dengan tinggi tanaman padi dari mesin penarik. Lebar roda yang ramping dan jarak antar roda pada
transplanter cocok untuk melintasi lahan sawah yang telah ditanami padi tanpa roda tranplanter menjejaki dan merusak tanaman padi. Supaya unit pemupuk dapat digunakan dengan transplanter, unit
penanam bibit pada transplanter digantikan dengan unit pemupuk. Perlu dilakukan pengujian kinerja dari transplanter yang dipasang unit pemupuk yang meliputi: kekuatan, mobilitas, dan efektifitas di
lahan sawah.
2
1.2. Tujuan Penelitian