Konsumsi Pakan PEMANFAATAN SERAT SAWIT-Cr ORGANIK FERMENTASI SEBAGAI PENGGANTI RUMPUT LAPANGAN TERHADAP

94 pada perlakuan E menyebakan konsumsi serat kasar juga terendah. Total konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain komposisi bahan maka nan Van Soest 1987. Pemberian protein yang tepat akan meningkatkan sekresi LH yang akan meningkatkan persentase kebuntingan. Konsumsi BETN penelitian antara 236.45 -334.46 g dan secara statistik berbeda nyata P0.05. Konsumsi ini turun seiring dengan turunnya konsumsi BK ransum. Konsumsi terendah terdapat pada perlakuan D yaitu 236.45 g. Rendahnya konsumsi BETN karena semua hijauan diganti dengan SSF-Cr dengan ka ndungan BETN SSF-Cr lebih rendah dan serat kasarnya lebih tinggi. Kandungan BETN memberikan gambaran kasar tentang banyaknya pati dari gula bahan makanan Sutardi 1990. Jumlah konsumsi dipengaruhi oleh kecepatan kecernaan semakin cepat penghancuran makanan maka ternak semakin mudah lapar dan akan mengkonsumsi makanan lebih banyak Parakkasi 2002. Penga ruh Rans um Perlakuan terhadap Kecernaa n Zat Makanan pada Domba Nilai kecernaan adalah persentase bahan makanan terkonsumsi yang tidak didapatkan dalam feses dan dapat diserap oleh saluran pencernaan; jika dinyatakan dalam persen maka disebut dengan koefisien cerna Tillman et al. 1998. Faktor yang mempengaruhi daya cerna ransum menurut Anggorodi 1999 yaitu suhu, laju pe rjalanan paka n melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan pakan, komposisi ransum, dan pengaruh terhadap perbandingan nutrien lainnya. Hasil pengaruh ransum perlakuan terhadap kecernaan zat makanan pada domba disajikan pada Tabel 18. Analisis sidik ragam memperlihatkan pengaruh perlakuan yang tidak nyata P0.05. Kondisi ini kemungkinan besar disebabkan adanya suplemen katalitik yang memberikan pengaruh yang sama terhadap aktivitas mikroba rumen pada setiap kombinasi perlakuan. Berbagai organisme memerlukan mineral untuk pertumbuhannya, termasuk pula mikroorganisme dalam rumen. Kecernaan BK ransum adalah 74.12 - 80.35 terlihat disini, kecernaan menurun dengan semakin banyaknya pemakaian serat sawit fermentasi. Kualitas pakan, bentuk fisik, komposisi kimia, jumlah kalori dalam pakan dan ukuran partikel, faktor ternak dan tingkat pemberian pakan adalah faktor yang mempengaruhi daya cerna dalam lambung sekaligus menentukan jumlah 95 konsumsi pakan, jumlah zat makanan yang dicerna dari suatu bahan pakan berhubungan erat dengan ko nsumsi Tillman et al. 1998, Pond et al. 2005. Tabe l 18 Pengaruh ransum perlakuan terhadap kecernaan zat makanan Peuba h Perlakuan A B C D Kecernaan BK 79.60±3.86 80.35±5.75 74.12±5.06 78.89±2.18 Kecernaan PK 82.33 A 82.45 ±3.48 A 76.29 ±5.08 B 79.28 ±4.98 A Kecernaan SK ±3.71 73.77±4.15 71.46±8.95 64.71±7.05 71.43±4.13 Kecernaan LK 80.27±5.12 84.46±8.34 74.06±4.30 82.92±2.24 Kecernaan BETN 82.41±4.05 83.83±4.65 78.85±4.52 82.89±2.81 Keterangan : A = Kontrol 60 RL + 40 konsentrat, B = 15 SSF-Cr + 45 RL, C = 30 SSF-Cr + 30 RL, D = 45 SSF-Cr + 15 RL, SSF-Cr = serat sawit fermentasi- Cr, RL = ru mput lapangan. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata P0.01 Daya cerna protein kasar adalah 76.29-82.45 P0,05. Pada konsumsi terlihat penurunan konsumsi protein tetapi daya cernanya hampir sama. Hal ini disebabkan frekuensi pemberian pakan dan komposisi zat makanan yang diberika n sama, sehingga aktifitas untuk mensintesa zat-zat makanan juga sama. Penurunan atau pe ningkatan daya cerna protein disebabkan oleh keseimbangan protein itu sendiri de ngan zat-zat lain seperti energi dan serat kasar dan tercerna nya suatu maka nan. Daya cerna PK yang sama juga disebabkan komposisi rans um yang sama dan PK yang sama . serta energi ransum yang sama. Komposisi ransum akan mempengaruhi kondisi pH, suhu rumen, populasi mikroba rumen dan kemampuan protein itu sendiri untuk lolos ke pasca rumen, hal ini dapat mempengaruhi kecernaan protein. Penamba han kromium or ganik yang berbe ntuk SSF dalam ransum tidak menaikan konsumsi protein ransum, hal ini sesuai dengan hasil penelitian lain yang menunjukkan suplementasi kromium tidak mempengaruhi konsumsi ransum Amoikon et al. 1995 dan Page et al. 1993. Dalam proses pencernaan, protein dan urea mengalami degradasi oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroba menjadi peptida. Peptida atau oligopeptida yang terbentuk sebagian digunakan oleh mikroba untuk membentuk protein tubuhnya dan sebagian lagi diproses lebih lanjut menjadi asam amino.