Persiapan Substrat. Serat sawit alkali yang terbaik yang akan digunakan

72 Kandungan hemiselulosa SSF-Cr 11.72 yang dihasilkan lebih rendah dari SS 17.16. Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh level A. niger dan penggunaan level kromium pada serat sawit fermentasi berbeda tidak nyata terhadap kandungan hemiselulosa. Penurunan kandungan hemiselulosa terjadi karena kapang A. niger mampu mencerna hemiselulosa menjadi zat- zat yang mudah dicerna, disamping itu juga dapat mensintesa beberapa vitamin seperti riboflavin, vitamin B12 dan provitamin A. Pengaruh inkorporasi kromium pada A. niger terlihat berfluktuasi pada setiap perlakuan, tapi dengan semakin tinggi level inokulum terjadi peningkatan kandungan hemiselulosa walaupun secara statistik berbeda tidak nyata. Sebaliknya dengan meningkatnya level kromium kandungan hemiselulosa semakin menurun . Penga ruh Pe rsentase Inokulum dan Level Kromium terhadap Kandungan Selulosa SSF-Cr BK Selulosa merupakan komponen terbanyak dari batang tanaman dan membentuk struktur dasar dari dinding sel tanaman Fengel dan Wegener 1995. Pengaruh persentase inokulum dan level kromium terhadap kandungan selulosa SSF-Cr BK disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa interaksi antara persentase inokulum dan level kromium berbeda tidak nyata P0.05 terhadap kandungan selulosa. Tabe l 12 Pengaruh persentase inokulum dan level kromium terhadap kandungan hemiselulosa dan selulosa SSF-Cr BK Persentase Inokulum BK Level Kromium Rataan 2mgkg A1 4mgkgA2 6mgkg A3 Kandungan hemiselulosa 5 B1 8.95 ±4.74 10.35 ±6.55 9.89 ±3.33 9.73±3.96 7.5 B2 10.16 ±2.64 15.70 ±4.68 11.58 ±7.73 12.48±4.94 10 B3 17.50 ±11.03 10.19 ±10.69 11.14 ±8.15 12.94±8.55 Rataan 12.20 ±6.88 12.07 ±6.61 10.87 ±5.30 11.72 Kandungan selulosa 5 B1 42.03 ±1.84 46.04 ±3.14 44.87 ±7.48 44.31±4.15 7.5 B2 41.03 ±4.03 43.74 ±4.45 40.48 ±10.23 41.75±5.53 10 B3 35.90 ±9.92 47.40 ±4.69 37.63 ±0.76 40.32±7.41 Rataan 39.66±5.68 45.73±3.61 40.99±6.55 42.13 73 Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh level Aspergillus niger dan penggunaan level kromium pada serat sawit fermentasi berbeda tidak nyata terhadap kandungan selulosa. Peningkatan kandungan selulosa terjadi karena selulosa sebenarnya lebih sulit dicerna dibandingkan hemiselulosa karena ikatan ligno-selulosa lebih kuat dari pada ikatan ligno-hemiselulosa Sutardi 1990. Selanjutnya selama fermentasi berlangsung, meningkatnya kandungan selulosa disebabkan oleh pertumbuhan miselia kapang A. niger yang mengandung serat kasar. Pengaruh inkorporasi kromium pada A. niger terlihat berfluktuasi pada setiap perlakuan, tapi dengan semakin tinggi level inokulum terjadi penurunan kandungan selulosa walaupun secara statistik berbeda tidak nyata. Sebaliknya dengan meningkatnya level kromium kandungan selulosa pada A2 meningkat tapi pada A3 turun kembali . Penga ruh Pe rsentase Inokulum dan Level Kromium terhadap Kandungan VFA mM Produksi VFA cairan rumen mencerminkan tingkat fermentasi suatu bahan, semakin banyak suatu bahan difermentasi semakin besar pula produksi VFA yang dihasilkan. VFA merupakan produk akhir dari fermentasi karbohidrat dan meru-pakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia Parakkasi 1999. Peningkatan jumlah VFA menunjukkan mudah atau tidaknya pakan tersebut didegradasi oleh mikroba rumen. Prod uks i VFA yang tinggi merupakan kecukupan energi bagi ternak. Pengaruh persentase inokulum dan level kromium terhadap kandungan VFA BK disajika n pada Tabe l 13. Konsentrasi VFA yang dihasilkan dalam penelitian ini Tabel 12 berkisar antara 83,51-143,56 mM, berarti masih dalam kisaran normal dimana VFA yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroba antara 80-160 mM Suryapratama 1999. VFA total yang dihasilkan pada penelitian ini berada pada kisaran kebutuhan untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen yang optimal. Konsentrasi VFA total SSF-Cr lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, berarti SSF-Cr lebih fermentabel dibandingkan pakan kontrol. Hal ini disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pada SSF-Cr memba ntu menguraika n bahan maka n dan menyebabkan SSF-Cr lebih fermentabe l di rumen. Volatile fatty acid VFA merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan merupakan sumber energi