Kadar Air dan Bahan Kering Daging

96 Sebagian asam-asam amino dikatabolis deaminasi lebih lanjut menjadi asam- asam organik, NH3 da n CO2 Peningkatan daya cerna ini seiring dengan penurunan PK, dengan sedikitnya konsumsi, maka aktivitas pencernaan akan lebih meningkat jika dibandingkan dengan ternak yang mengkonsumsi PK lebih banyak pada batas konsumsi yang sesuai dengan kebutuhannya. Tillman et al. 1998 menyatakan bahwa daya cerna yang tertinggi didapat pada jumlah konsumsi sedikit lebih rendah dari kebutuhan ternak. McDonald et al. 1995. Daya cerna serat kasar dalam penelitian adalah 64,71-73,77 Tabel 17 dan secara statistik berbeda tidak nyata. Daya cerna ini jauh lebih tinggi dari pada penelitian penggunaan jerami padi fermentasi yang menggunakan A. niger rata- rata 63.17 walaupun secara statistik kecernaan pada pe nelitian ini hampir sama, namun terlihat kecendrungan peningkatan kecernaan serat kasar. Hal ini disebabkan penggunaan SSF-Cr dalam ransum proses fermentasi menyebabkan terputus nya ika tan antara serat kasar dan hemiselulosa dengan lignin sehingga lebih muda h dicerna. Kecepatan cerna dari bahan yang tinggi kandungan lignin dan silika akan meningkat setelah perlakuan pengolahan, karena bahan yang mengalami proses pengolahan menjadi lebih muda h larut sehingga kecernaan terhadap dinding sel menjadi cepat. Daya cerna yang berbeda tidak nyata juga disebabkan jumlah dari jenis bahan ko nsentrat yang diberikan sama antara perlakuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mathius et al 2004 bahwa jumlah dan jenis konsentrat yang ada dalam campuran ransum akan mempengaruhi daya cerna zat makanan. Daya cerna serat kasar yang hampir sama juga disebabkan kecernaan BK ransum juga hampir sama dan frekuensi pemberian pakan yang sama. Kandungan serat kasar ransum, frekuensi pemberian pakan, jenis ternak dan selera makan akan mempengaruhi daya cerna Church 1993. Aktivitas mikroba rumen dalam mencerna serat kasar sangat dipengaruhi oleh jumlah energi dan protein yang seimbang. Pond et al. 2005 menyatakan bahwa jumlah energi dan protein yang optimum dalam ransum akan meningkatkan populasi mikroba rumen sehingga daya cerna serat kasar akan meningkat. 97 Konsumsi lemak dalam penelitian 10.79 - 8.32gekorhr dan secara statistik berbeda nyata P0.05. Konsumsi lemak ini menurun dengan bertambah banyaknya penggunan SSF-Cr dan turun pada pe rlakuan D. Rendahnya konsumsi pada perlakuan D karena konsumsi BK pada D juga paling rendah, sedangkan lemak tersebut terdapat dalam BK yang dikonsumsi, sehingga seiring dengan kemampuan mikroba mencerna lemak kasar dan akhirnya konsumsi lemak pada perlakuan D juga rendah. Tingkat konsumsi pada perlakuan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain koefisien cerna, kualitas bahan makanan, fermentasi dalam rumen dan laju makanan dalam saluran pencernaan. Bentuk fisik, komposisi kimia dan ukuran partikel pakan adalah faktor yang mempengaruhi daya cerna pakan dalam lambung yang sekaligus akan menentukan jumlah konsumsi pakan. Besar kecilnya konsumsi zat maka nan dipe nga-ruhi oleh beberapa faktor antara lain palatabilitas, jumlah makanan yang tersedia da n komposisi zat makanan dalan ransum Parakkasi 1999. Daya cerna lemak penelitian antara 74.06 - 84.46 dan secara statistik berbeda tidak nyata P 0.05. Daya cerna lemak yang hampir sama seiring dengan hampir samanya daya cerna BK ransum. Faktor yang mempengaruhi kecernaan lemak adalah kadar lemak pakan dan laju makanan melalui saluran pencernaan Pond et al. 2005 menyatakan bahwa tingkat kecernaan maka nan dipengaruhi oleh laju kecernaan makanan dalam alat pemcernaan dan kondisi fisiologis ternak, selanjutnya makin tinggi konsumsi serat kasar makin rendah daya cerna dari zat lain, bahan makanan yang difermentasi sering mempunyai daya cerna yang tinggi Cakra Siti 2008 Daya cerna lemak penelitian ini rataannya 80.43 lebih tinggi dari penelitian Rooswandani 2003 yang mendapatkan daya cernanya ±75.35 dengan pemberian probiotik pada sapi peranakan ongole. Tillman et al. 1998 menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi daya cerna adalah kadar lemak ransum dan laju makanan dalam saluran pencernaan, disamping itu kadar lemak dan efek asosiasi juga mempengaruhi daya cerna. Pada percobaan ini dilihat secara angka perlakuan B memberikan daya cerna lemak lebih tinggi dari pada perlakuan C, D dan A. Suplementasi SSF sebanyak 15 pada perlakuan B memberikan daya cerna lemak yang lebih tinggi, tapi perlakuan D dengan pemberian SSF-Cr 45