Keempukan Daging PEMANFAATAN SERAT SAWIT-Cr ORGANIK FERMENTASI SEBAGAI PENGGANTI RUMPUT LAPANGAN TERHADAP
97 Konsumsi lemak dalam penelitian 10.79 - 8.32gekorhr dan secara
statistik berbeda nyata P0.05. Konsumsi lemak ini menurun dengan bertambah banyaknya penggunan SSF-Cr dan turun pada pe rlakuan D. Rendahnya konsumsi
pada perlakuan D karena konsumsi BK pada D juga paling rendah, sedangkan lemak tersebut terdapat dalam BK yang dikonsumsi, sehingga seiring dengan
kemampuan mikroba mencerna lemak kasar dan akhirnya konsumsi lemak pada perlakuan D juga rendah. Tingkat konsumsi pada perlakuan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain koefisien cerna, kualitas bahan makanan, fermentasi dalam rumen dan laju makanan dalam saluran pencernaan. Bentuk fisik,
komposisi kimia dan ukuran partikel pakan adalah faktor yang mempengaruhi daya cerna pakan dalam lambung yang sekaligus akan menentukan jumlah
konsumsi pakan. Besar kecilnya konsumsi zat maka nan dipe nga-ruhi oleh beberapa faktor antara lain palatabilitas, jumlah makanan yang tersedia da n
komposisi zat makanan dalan ransum Parakkasi 1999. Daya cerna lemak penelitian antara 74.06 - 84.46 dan secara statistik
berbeda tidak nyata P 0.05. Daya cerna lemak yang hampir sama seiring dengan hampir samanya daya cerna BK ransum. Faktor yang mempengaruhi
kecernaan lemak adalah kadar lemak pakan dan laju makanan melalui saluran pencernaan Pond et al. 2005 menyatakan bahwa tingkat kecernaan maka nan
dipengaruhi oleh laju kecernaan makanan dalam alat pemcernaan dan kondisi fisiologis ternak, selanjutnya makin tinggi konsumsi serat kasar makin rendah
daya cerna dari zat lain, bahan makanan yang difermentasi sering mempunyai daya cerna yang tinggi Cakra Siti 2008 Daya cerna lemak penelitian ini
rataannya 80.43 lebih tinggi dari penelitian Rooswandani 2003 yang mendapatkan daya cernanya ±75.35 dengan pemberian probiotik pada sapi
peranakan ongole. Tillman et al. 1998 menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi daya cerna adalah kadar lemak ransum dan laju makanan dalam
saluran pencernaan, disamping itu kadar lemak dan efek asosiasi juga mempengaruhi daya cerna. Pada percobaan ini dilihat secara angka perlakuan B
memberikan daya cerna lemak lebih tinggi dari pada perlakuan C, D dan A. Suplementasi SSF sebanyak 15 pada perlakuan B memberikan daya cerna
lemak yang lebih tinggi, tapi perlakuan D dengan pemberian SSF-Cr 45
98 menghasilkan daya cerna lemak lebih tinggi daripada perlakuan C dan A
kontrol. Kecernaan BETN yang didapat dalam penelitian antara 78.48 - 83.83
dan secara statistik berbeda tidak nyata P 0.05. Daya cerna dipengaruhi oleh komposisi pakan, spesies ternak, umur dan rasio komposisinya Tillman et al
1998. Tidak berbedanya kecernaan BETN karena ternak mendapatkan sumber pati yang sama dari kosentrat, sesuai dengan pendapat Parakkasi 1999 bahwa
perbedaan sumber karbohidrat dalam ransum akan mempengaruhi pula tinggi rendahnya daya cerna BETN. Patinya yang terdapat dalam sebagian besar
makanan penguat akan lebih dapat dicerna dari pada serat kasarnya. Menurunnya konsentrasi BETN menyebabkan meningkatnya daya cerna BETN karena BETN
akan lebih lama berada didalam saluran pencernaan, sesuai dengan pendapat Church 1993 yang menyatakan bahwa lamanya zat makanan di dalam saluran
pencernaan menunjukkan salah satu faktor yang menentukan daya cerna zat maka nan.
Penga ruh Ransum Pe rlak uan terhadap Pertambahan Bobot Badan Domba
Salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ialah dengan pengukuran pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan
yang diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil metabolisme zat- zat makanan yang dikonsumsi. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak
akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi Pond et al 2005 Menurut Lawrence dan Fowler 1997 pertumbuhan adalah perubahan skala dan
bentuk serta peningkatan dalam massa tubuh. Menurut Tillman et al 1998 pertumbuhan mempunyai tahap-tahap yang cepat dan lambat. Tahap cepat terjadi
pada saat sampai pubertas, dan tahap lambat terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah telah tercapai. Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran
kenaikan bobot badan yang dilakukan dengan penimbagan berulang yaitu tiap hari, minggu, atau bulan Tillman et al. 1998. Setelah dilakukan penimbangan
bobot badan domba dalam penelitian yaitu akhir kolekting dan satu bulan sesudahnya didapat rataan pertambahan bobot badan BB disajikan pada Tabel
19. Pada penelitian ini pertambahan bobot badan antara 47.10- 74.98 g dan secara statistik pengaruh penggantian rumput lapangan dengan serat sawit fermentasi