SEM Scanning Electron Microscope. Scanning Electron Microscope
55 menggunakan berbagai jenis alkali, ternyata meningkatnya daya cerna ditentukan
oleh jenis alkali dan jumlah zat kimia yang digunakan.
Penga ruh Konsentras i NaOH dan Lama Pemeraman te rhadap Kandungan Lignin Serat Sawit
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa terjadi interaksi yang berbeda sangat nyata P0.01 antara konsentrasi NaOH dengan lama pemeraman
terhadap kandungan lignin serat sawit yang diperam dengan NaOH. NaOH dapat melarutkan lignin, silika dan hemiselulosa tetapi tidak melarutkan selulosa,
dengan NaOH menyebabkan terjadinya perombakan struktur dinding sel akibat adanya penetrasi yang kuat dari NaOH ke dinding sel sehingga meningkatkan
kecernaan bahan kering da n bahan organik Arisoy 1998. Selanjut nya pada penggunaan larutan alkali sebagai larutan penghidrolisis, alkali yang efektif
digunakan adalah alkali kuat misalnya NaOH dan CaOH2. Pada proses pe leburan, lignin didalam sekam akan terlepas dari ikatannya dengan selulosa,
sedang pada pemanasan lebih lanjut mengalami oksidasi dan perombakan menjadi garam- garam oksalat, asetat dan formiat Mastuti 2001. Reaksi yang
terjadi pada peleburan adalah sebagai berikut: C6H10O5n + 4n NaOH + 3n O2 n COONa2 + n CH3COONa +
n HCOONa + 5n H2O + n CO2 Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses hidrolisis yaitu konsentrasi zat
penghidrolisis, waktu, suhu, perbandingan reaktan, ukuran ba han dan kecepatan pengaduka n. Dengan de mikian ko nversi aka n naik dengan naiknya suhu.
Semakin lama waktu hidrolisis, konversi yang dicapai semakin besar sampai batas waktu tertentu, dan bila waktu diperpanjang, pertambahan konversi kecil sekali
karena terjadi dekomposisi hasil. Agar persentuhan antara zat- zat pereaksi berlangsung baik, maka perlu diberikan pengadukan. Pengadukan juga akan
meratakan suhu pemanasan sehingga reaksi berjalan sempurna. Ukuran bahan makin halus akan memperluas bidang kontak, kecepatan reaksi bertambah dan
konversi akan naik. Peningkatan konsentrasi zat penghidrolisis akan memperbesar kecepatan reaksi, tetapi konsentrasi yang tinggi kadang-kadang dapat memberikan
hasil samping yang tidak diinginkan.
56 Pada Tabel 8 terlihat kandungan lignin serat sawit yang diperam dengan
NaOH berkisar antara 21.14 sampai 23.99. Rataan kandungan serat sawit yang diperam dalam NaOH adalah 22.66, kandungan lignin terendah diperoleh pada
konsentrasi NaOH 5 dengan lama pemeraman 24 jam. Hal ini terjadi karena NaOH mampu memecah ikatan antara ligno-selulosa atau ligno-hemiselulosa dan
melarutkan sebagian lignin. Rahman 1990 menyatakan bahwa NaOH adalah alkali yang paling efektif dalam merenggangkan ligno-selulosa sehingga serat
kasar mudah dicerna. Lignin sangat tahan terhadap degradasi kimia. Senyawa NaOH mampu merusak atau memutuskan ikatan antara lignin dengan selulosa
atau hemiselulosa, selain itu dapat menyebabkan pembengkakan matrik selulosa dan hemiselulosa yang telah terputus dengan ikatan lignin, sehingga lebih mudah
dicerna oleh mikroba rumen. Pada lama pemeraman 24 jam dengan konsentrasi 5 diperoleh
kandungan lignin 21.14, menurun sekitar 2.87 dibandingkan dengan serat sawit yang tidak diperlakuka n. Secara rata-rata konsentrasi NaOH 2.5-7.5 cukup
efektif untuk menurunkan kandungan lignin. Sedangkan bila dilihat dari lama
pemeraman, semakin lama waktunya kandungan lignin semakin turun, hal ini disebabkan NaOH semakin lama bekerja. NaOH berfungsi untuk mendegradasi
dan melarutkan lignin sehingga mudah dipisahkan dari selulosa dan hemiselulosa Sihite 2008 selanjutnya menurut penelitian Subkaree et al 2007, perlakuan
NaOH dapat mengurangi kandungan lignin pada pra-perlakuan serat sawit. Dengan adanya larutan NaOH ikatan dapat dilepas dan selulosa dalam keadaan
bebas. Menurut Haddad et al 1995 mengatakan bahwa hidrolisis bahan berserat kasar dengan NaOH, NH
4
OH, urea dan CaOH
2
menurunkan kadar lignin dan peningkatan daya cerna secara proporsional dengan turunnya kadar
lignin. Perlakuan NaOH pada serat sawit ternyata dapat meningkatkan bahan kering, bahan organik, abu, energi dan retensi N, namun tidak terjadi peningkatan
kecernaan serat kasar Arysoi 1998, tetapi pada penelitian Ginting 1996 perlakuan NaOH dengan ko nsentrasi 5 memberikan koefisien cerna bahan
kering in-vitro serat sawit yang terbaik dibanding dengan konsentrasi NaOH 2.5 dan 7.5 .
57
SIMPULAN
Konsentrasi NaOH 2.5 dengan lama pemeraman 24 jam mampu memberikan hasil yang terbaik dalam menurunkan kandungan NDF, ADF serat
sawit tanpa mempengaruhi nilai protein kasar. Dengan menggunakan scanning elektron mikroskop SEM dapat dilihat, terjadi pemecahan dinding sel serat sawit
setelah pemeraman serat sawit dengan NaOH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lignin terpecah dari lignin-selulosa.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] The Association of Official Analytical Chemists. 1990. Method of Analysis. 16thEd. Washington DC. Assoc Agric Chemist.
Arisoy M. 1998. The effect of sodium hydroxide treatment on chemical compos ition and digestibility of straw. Tr J of Veterinary and Animal
Sicences 22 p:165-170.
Diwyanto K, Sitompul D, Manti I, Mathius IW, Soentoro. 2004. Pengkajian pengembangan usaha sistem integrasi kelapa sawit-sapi. Dalam Setiadi et
al. Ed.. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit- Sapi. hlm. 11-22. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Pemerintah Provinsi Bengkulu dan PT Agricinal.
Fengel D, Wegener G. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Diterjemahkan oleh Hardjono Sastrohamidjojo. Cetakan Pertama.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Garmrood i AF et al. 2009. In vitro firtsorder kinetic disappearance of dry matter
and neutral detergent fiber of chemically and physically treated cottonseed hulls. Research Journal of biological Sciences 411:1180-
1184.
Ginting BL. 1996. Penggunaan serat sawit palm press fiber yang diperlakukan dengan NaOH dalam ransum domba lokal [tesis]. Padang. Program
Pascasarjana, Universitas Andalas. Haddad SG, Grant RJ, Klopfenstein TJ. 1995. Digestibility of alkali-treated
wheat straw measured in vitro or in vivo using Holstein heifers. J Anim Sci 72:3258-3265.
Jamarun N, Nur YS, Rahman J. 2001. Pemanfaatan serat sawit fermentasi sebagai pakan ternak ruminansia. Panduan Seminar dan Abstrak.
58 Pengembangan peternakan berbasis sumberdaya lokal. Bogor. Fakultas
Peternaka n Institut Pertanian Bogor.. Lelono EB, Isnawati. 2007. Peranan iptek nuklir dalam eksplorasi hidrokarbon.
Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”. JFN,Vol1 No2, p:79-92
Liu CG, Wyman CE. 2005. Partial flow of compressed-hot water through corn stover to enhance hemicellulose sugar recovery and enzymatic
digestibility of cellulose. Bioresource Technology 9618:1978-1985. Mastuti WE. 2001. Pembuatan asam oksalat dari sekam padi. Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. http:si.uns.ac.idprofiluploadpublikasiPembuatan Asam Oksalat dari
Sekam Padi.pdf
Moss AR, Givents DI, Everington M. 1990. The effect of sodium hydroxide treatment on the chemical compos ition, digestibility and digestible energy
content of wheat, barley and oat straws. Anim. Feed Sci. Technol. 29:73- 87.
Mulyono. 2001. Kamus Kimia Untuk Siswa dan Mahasiswa Sains dan Teknologi. Bandung. PT. Genesindo.
Rahman A. 1990. Pengantar Teknologi Fermentasi. Bahan Pengajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Rahman J, Harnentis, Wiryawan KG. 2007. Biokonvesi limbah sawit menjadi komponen ransum komplit bermineral organic esensial untuk memacu
pertumbuhan dan meningkatkan kwalitas daging domba. Padang. Laporan Penelitian Hibah Pekerti. Universitas Andalas Padang.
Schumm DE. 1992. Intisari Biokimia. Diterjemahkan oleh Moch. Sadikin. 1993. Jakarta. Binarupa Aksara.
Sihite O. 2008. Hubungan umur kayu Eucalyptus sp dengan kandungan pentosan bahan baku pulp pada PT Toba Pulp Lestari. Tesis Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan. http:repository.usu.ac.idbitstream
1234567895903108E00327.pdf Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan
Biometrik. Edisi II. Terjemahan: B. Sumantri. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
59 Subkaree Y, Boonswang P, Srinorakutara T. 2007. Palm press fibre treatment by
sodium hydroxide and its enzymic hydrolysis. The 19
th
Annual Meeting of the Tai Society for Biotechnology. TSB2007: Biotechnology for Gross
National Happiness. http:www.tistr.or.ththesisP8Teerapatr
YuttasakPalmPressed.pdf. Sunstøl F, Owen E. Editors. 1984. Straw and other fibrous by product as feed.
Developments in animal and Veterinary Sciences. 14 :545-546. Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosukojo S.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Yogyakarta. Gajah Mada University Press..
Umikalsom MS, Ariff AB, Karim MIA. 1998. Saccharification of pretreatment oil palm empty fruit bunch fiber using cellulase of Chaetomium
globosum. Agric.Food Chem. 46:3359-3364. Vadiveloo J, Nurfariza B, Fadel JG. 2009. Nutritional improvement of rice
husks. Anim.Feed Sci.Technol. 151:299-355. Vadiveloo J, Fadel JG. 1992. Compositional analyses and rumen degradability of
selected tropical feeds. Anim.Feed Sci.Technol.37:265-279. Van Soest PJ. 1994. Nutritional Ecology of Ruminant Metabolism. New York
Cornell University Press.. p:154-160. Zhu S et al. 2006. Microwave-assisted alkali pretreatment of wheat straw and its
enzymatic hydrolysis. Biosystem Eng. 94:437-442.
60
IV. FERMENTASI SERAT SAWIT-NaOH DENGAN Aspergillus niger PENSINTESA KROMIUM ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN
EFISIENSI PAKAN ABSTRACT
The aim of this study was to determine the effective Cr chromium level for Aspergillus niger growth in solid state fermentation of palm press fiber.
Treatments were combination of Cr levels 2, 4 and 6 pp m and level of Aspergillus niger 5; 7,5 and 10 and fermentation time 6 days. The
treatments were allocated in a factorial 3x3 of completely randomized design with two replications. Inoculant of Aspergillus niger was grown in potato dextrosa
agar PDA medium for 3 days and then innoculated to substrate which have been autoclaved and mixed with CrCl3.6H2O. The moisture of substrate was
maintained at 60. Growth media of Aspergillus niger was diluted with aquadest and the supernatant was analysed for its Cr content. The result showed that the
addition of Cr up to 6 ppm into the medium stimulated the Aspergillus niger growth in all experimental condition. The Cr ions were incorporated into the
media and Aspergillus niger cells during fermentation. Incorporation of chromium by Aspergillus niger was higher in palm press fiber subs trate with 6
ppm Cr than the others. It is concluded that Cr can be incorporated into the Aspergillus niger cells during fermentation. The effective level of Cr for
Aspergillus niger growth was 6 ppm with efficiency of Cr incorporation 68.23 in 6 days fermentation and chromium in protein of fermentation product was
12.01. Key words: NaOH, chromium, Aspergillus niger, palm press fibre
Pendahuluan Latar Belakang
Serat sawit yang diperoleh dari industri minyak sawit di Indonesia akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya luas area penanaman kelapa sawit.
Di Indonesia saat ini penanaman kelapa sawit Elais gueneensis JACK sedang dikembangkan dengan peningkatan luasan yang pesat dari 120.000 hektar tahun
1969 menjadi 5.500.000 hektar pada tahun 2005. Terbatasnya penggunaan serat sawit dalam ransum karena tingginya kandungan selulosa 38.69 da n lignin
20.99 yang mengakibatkan rendahnya daya cerna serat kasar. Untuk mengatasi ini dipe rluka n suatu teknologi biofermentasi yakni dengan menggunakan kapang
Aspergillus niger yang dapat meningkatkan kecernaan dan kandungan protein kasar serat sawit. Jamarun et al. 2000 telah melakuka n penelitian dengan
menggunakan berbagai level inokulum Aspergillus niger menghasilkan enzim
62 selulase, xylanase. dan lama fermentasi serat sawit dengan NaOH terhadap
kecernaan bahan kering KCBK dan Kecernaan Bahan Organik KCBO meningkat, dengan meningkatnya level inokulum dan lama fermentasi.
Kromium Cr merupakan unsur mikro esensial yang dibutuhka n da lam metabolisme karbohidrat,lemak dan protein NRC 1997. Kromium juga berperan
menstabilkan struktur tersier dari protein Demirci Porne 2000. Suplementasi Cr meningkatkan GTF glucose tolerance factor pada darah tikus Pechova
Pavlata, 2007. Molekul GTF mengandung Cr, asam nikotinat, asam amino glisin, glutamat dan sistein, yang berfungsi meningkatkan peran insulin dalam oksidasi
glukosa Zetic et al., 2001. Kromium kini telah diakui sebagai nutrien esensial yang berfungsi antara
lain dalam metabolisme karbohidrat, lipid dan asam nukleat Atmosukarto Rahmawati 2004 Mineral kromium Cr dalam sistem biologis didapatkan
terutama dalam status +3 ion, walaupun +2 dan +6 juga ada. Garam kromium anorganik walaupun mengandung Cr
+3
, kurang efektif disebabkan penyerapannya hanya sedikit, sekitar 1 Linder 1992. Mineral Cr dalam
bentuk faktor toleransi glukosa glucose tolerance factor, GTF telah lama
diketahui berperan dalam metabolisme karbohidrat, khususnya dalam meningkatkan entri glukosa ke dalam sel melalui peningkatan potensi aktifitas
insulin. Kromium dalam bentuk trivalen Cr3+ yang tidak beracun sangat sulit diserap tubuh. Suplementasi Cr ke dalam pakan akan lebih menguntungkan
apabila diberikan dalam bentuk Cr organik. Supplementasi Cr organik pada sapi perah laktasi mening-katkan prod uks i da n kualitas susu yang d ihasilka n. Pada sapi
perah di daerah panas selama musim kemarau, suplementasi Cr organik mampu meningkatkan daya adaptasi ternak terhadap suhu lingkungan yang panas.
Supp lementasi Cr pikolinat terbukti mampu meningkatkan kemampuan sel memanfaatkan glukosa darah dan menurunkan resiko akibat gangguan diabetes
melitus, selanjutnya supplementasi Cr organik dapat meningkatkan respon imunitas ikan mas secara maksimal sehingga mampu mengurangi tingkat virulensi
virus herpes. Burton 1995, mengatakan Cr berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan konversi tiroksin T4 menjadi triodotironin T3.
63
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatka n kombinasi terbaik A. niger pensintesa Cr-organik dengan kecernaan, kandungan gizi da n ka ndungan Cr
terinkorporasi yang tinggi.
MATERI DAN METOD E
Penelitian ini menggunakan serat sawit yang diperoleh dari pabrik pengolahan ke lapa sawit PT Incasi Raya di Padang da n Malimping Banten. Dedak
diperoleh dari penggilingan padi di Cilubang Bogor. Bahan kimia yang digunakan adalah NaOH kristal teknis, Kromium CrCl
3.
6H
2
O, trypthopan, Aspergillus niger diperoleh dari Puslitbang Mikrobiologi-LIPI Cibinong dan aquadest
diperoleh dari toko bahan kimia di Bogor. Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Laboratorium Mikrobiologi PPSHB IPB dan
Laboratorium Nutrisi Ternak Perah IPB Institut Pertanian Bogor. Metode Analisis
Peuba h yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1 kandungan nutrien meliputi bahan kering, protein kasar metoda Kjedhal, kandungan Cr-organik,
NDF, ADF, selulosa, hemiselulosa, dan lignin metoda Van Soest 1987; 2 struktur dinding sel scanning electron microscope.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1. Peremajaan kapang A. niger
Cz 51 VI1 dan pe mbuatan inok ulum
Kapang murni A. niger Cz 51 VI1 yang digunakan diperoleh dari Mikrobiologi Balitbang LIPI Bogor. Kapang ini diremajakan pada media
ekstrak toge agar, yang akan digunakan seba gai ba han unt uk membuat
inokulum yang dicampur dengan substrat dedak padi Nur et al., 1993.
Inokulum yang diperoleh kemudian dihitung jumlah sporanya, untuk 1 gram bahan kering inokulum mengandung 6 x 10
6