Kecemaan Zat Makanan PEMANFAATAN SERAT SAWIT-Cr ORGANIK FERMENTASI SEBAGAI PENGGANTI RUMPUT LAPANGAN TERHADAP

95 konsumsi pakan, jumlah zat makanan yang dicerna dari suatu bahan pakan berhubungan erat dengan ko nsumsi Tillman et al. 1998, Pond et al. 2005. Tabe l 18 Pengaruh ransum perlakuan terhadap kecernaan zat makanan Peuba h Perlakuan A B C D Kecernaan BK 79.60±3.86 80.35±5.75 74.12±5.06 78.89±2.18 Kecernaan PK 82.33 A 82.45 ±3.48 A 76.29 ±5.08 B 79.28 ±4.98 A Kecernaan SK ±3.71 73.77±4.15 71.46±8.95 64.71±7.05 71.43±4.13 Kecernaan LK 80.27±5.12 84.46±8.34 74.06±4.30 82.92±2.24 Kecernaan BETN 82.41±4.05 83.83±4.65 78.85±4.52 82.89±2.81 Keterangan : A = Kontrol 60 RL + 40 konsentrat, B = 15 SSF-Cr + 45 RL, C = 30 SSF-Cr + 30 RL, D = 45 SSF-Cr + 15 RL, SSF-Cr = serat sawit fermentasi- Cr, RL = ru mput lapangan. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata P0.01 Daya cerna protein kasar adalah 76.29-82.45 P0,05. Pada konsumsi terlihat penurunan konsumsi protein tetapi daya cernanya hampir sama. Hal ini disebabkan frekuensi pemberian pakan dan komposisi zat makanan yang diberika n sama, sehingga aktifitas untuk mensintesa zat-zat makanan juga sama. Penurunan atau pe ningkatan daya cerna protein disebabkan oleh keseimbangan protein itu sendiri de ngan zat-zat lain seperti energi dan serat kasar dan tercerna nya suatu maka nan. Daya cerna PK yang sama juga disebabkan komposisi rans um yang sama dan PK yang sama . serta energi ransum yang sama. Komposisi ransum akan mempengaruhi kondisi pH, suhu rumen, populasi mikroba rumen dan kemampuan protein itu sendiri untuk lolos ke pasca rumen, hal ini dapat mempengaruhi kecernaan protein. Penamba han kromium or ganik yang berbe ntuk SSF dalam ransum tidak menaikan konsumsi protein ransum, hal ini sesuai dengan hasil penelitian lain yang menunjukkan suplementasi kromium tidak mempengaruhi konsumsi ransum Amoikon et al. 1995 dan Page et al. 1993. Dalam proses pencernaan, protein dan urea mengalami degradasi oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroba menjadi peptida. Peptida atau oligopeptida yang terbentuk sebagian digunakan oleh mikroba untuk membentuk protein tubuhnya dan sebagian lagi diproses lebih lanjut menjadi asam amino.