Salah satu Perusahaan HTI yang melaksanakan program kemitraan dalam pengembangan perusahaannya adalah PT Nityasa Idola yang telah mendapatkan
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Hutan Tanaman IUPHHK-HT di Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat. Program kemitraan ini di tempuh
dengan tujuan agar mempermudah melakukan penanaman di areal konsesi HTI, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membuka kesempatan kerja bagi
masyarakat sekitar. Ada persepsi dan partisipasi yang diberikan masyarakat kepada perusahaan
sebagai mitra kerja.
Partisipasi masyarakat ini hendaknya dilandasi dengan azas manfaat, sehingga masyarakat memberikan persepsi positif dalam kegiatan tersebut.
Persepsi positif ini menjadi indikator bagi PT.
Nityasa Idola
bahwa kegiatan hutan tanaman yang dijalankan mendapat dukungan dari masyarakat yang berupa partisipasi
atau peran serta dari masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan kedepannya. Partisipasi tersebut diharapkan dapat menunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman,
karena dalam hutan tanaman pola kemitraan keberhasilan tidak akan dicapai tanpa adanya partisipasi masyarakat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana partisipasi masyarakat dan persepsi masyarakat sebagai mitra dalam HTI pola kemitraan.
1.2 Perumusan masalah
Penelitian ini akan mendeskripsikan partisipasi dan persepsi masyarakat dalam pengembangan Hutan Tanaman Industri Pola Kemitraan PT. Nityasa Idola,
dan menjelaskan pengaruh partisipasi masyarakat pada persepsinya dalam kegiatan hutan tanaman pola kemitraan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan persepsi masyarakat dalam hutan tanaman pola kemitraan. 2. Mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam hutan tanaman pola
kemitraan. 3. Menjelaskan hubungan partisipasi masyarakat dalam hutan tanaman pola
kemitraan terhadap persepsi masyarakat dalam kegiatan hutan tanaman pola kemitraan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi PT. Nityasa Idola, penelitian ini menjadi bahan masukan dalam
pengambilan kebijakan, pelaksana dan pengelola hutan tanaman dengan pola kemitraan dalam peningkatan keberhasilan dan pengembangan kegiatan hutan
tanaman selanjutnya. 2. Bagi instansi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
dokumentasi ilmiah yang bermanfaat untuk kepentingan akademik maupun untuk penelitian serupa.
3. Memberikan informasi berupa pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pola Kemitraan
Dalam UU tentang Usaha Kecil Nomor 9 Tahun 1995, konsep kemitraan dirumuskan dalam pasal 26 sebagai berikut:
1. Usaha menengah dan besar melaksanakan hubungan kemitraan dengan usaha kecil, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki
keterkaitan usaha. 2. Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
diupayakan ke arah terwujudnya keterkaitan usaha. 3. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan
dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengelolaan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi.
4. Dalam melaksanakan hubungan ke dua belah pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara Sinulingga 2009.
Menurut Hafsah 1999, kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih
keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Keberhasilan kemitraan ini sangat ditentukan oleh adanya
kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Komitmen perusahaan terhadap masyarakat merupakan bagian yang sangat
penting dari kegiatan perusahaan. Membangun masyarakat yang sehat dan kinerja yang tinggi merupakan tujuan setiap perusahaan, sehingga perusahaan akan terus
berupaya mencapai pengakuan, termasuk dalam kepedulian masyarakat. Indonesia adalah salah satu negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya, termasuk
sumber daya alam yang berdampingan bahkan milik dari masyarakatnya langsung. Dengan demikian, banyak perusahaan beroperasi pada lahan yang
bersentuhan langsung dengan kehidupan hajat hidup orang banyak. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan akan dengan mudah memberikan kemampuan tanggung
jawab sosial kepada masyarakat, namun disisi lain, perusahaan juga bisa
mengalami dilema dalam melakukan kegiatan sosial ini akibat banyaknya permintaan dan motivasi tertentu dari masyarakat itu sendiri Sinulingga 2009.
Dalam Hakim 2004 Konsep kemitraan tersebut lebih rinci diuraikan dalam pasal 27 Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun 1997 tentang kemitraan,
disebutkan bahwa kemitraan dapat dilaksanakan antara lain dengan pola: 1. Inti-plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasma dalam penyediaan lahan, penyediaan sarana
produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha, produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi
peningkatan efisiensi dan produktifitas usaha. Program inti-plasma ini, diperlukan keseriusan dan kesiapan, baik pihak usaha kecil sebagai pihak
yang mendapat bantuan untuk dapat mengembangkan usahanya, maupun pihak usaha besar yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk
mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha dalam jangka panjang. 2. Subkontraktor adalah suatu sistem yang mengambarkan hubungan antara
usaha besar dengan usaha kecilmenengah, dimana usaha besar sebagai perusahaan induk parent firm meminta kepada usaha kecilmenengah
selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan komponen dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk.
3. Dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang berlangsung dalam bentuk kerjasama
pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha
besar dan atau usaha menengah yang bersangkutan. 4. Waralaba franchise adalah suatu sistem yang menggambarkan hubungan
antara Usaha Besar franchisor dengan Usaha Kecil franchisee, dimana franchisee diberikan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri
khas usaha, dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak franchisor dalam rangka penyediaan atau penjualan barang dan atau
jasa.
5. Keagenan merupakan hubungan kemitraan, dimana pihak prinsipal memproduksimemiliki sesuatu, sedangkan pihak lain agen bertindak
sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.
6. Bentuk-bentuk lain di luar pola sebagaimana yang tertulis di atas, yang saat ini sudah berkembang tetapi belum dibakukan atau polapola baru yang timbul
dimasa yang akan datang. Dalam pembangunan hutan tanaman, untuk menunjang keberhasilannya
ditawarkan berbagai alternatif model, diantaranya adalah pembangunan hutan tanaman dengan pola kemitraan, yaitu dengan cara membentuk kemitraan antara
petani pemilik lahan dan pihak perusahaan sebagai perusahaan mitra. Tujuannya antara lain adalah memberdayakan masyarakat sekitar hutan, meningkatkan
kemampuan perekonomian masyarakat melalui kemandirian dalam mengelola usaha serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Hutan tanaman pola kemitraan dibangun oleh perusahaan di lahan milik masyarakat dan dikelola berdasarkan prinsip-prinsip kemitraan yang berazaskan
kelestarian, sosial, ekonomi dan ekologi. Dasar pertimbangan kerjasama ini adalah adanya saling membutuhkan dan saling menguntungkan antara kedua belah
pihak Triyono 2004. Perusahaan memerlukan bahan baku kayu untuk keperluan komersil secara berkesinambungan
sedangkan tanaman memerlukan pemeliharaan, pemupukan dan kepastian pemasaran. Selain itu, munculnya
pemikiran untuk mengembangkan pola kemitraan dalam pembangunan hutan tanaman juga didasari keinginan untuk meningkatkan peran serta pihak -pihak
yang terkait langsung dengan pembangunan hutan tanaman yaitu petani, pengusaha atau industri pengolahan kayu dan pemerintah Dinas Kehutanan Jawa
Tengah 2004. Melalui pembangunan hutan tanaman dengan pola kemitraan ini diharapkan
pihak-pihak yang terkait langsung dalam pembangunan hutan tanaman dapat memperoleh manfaat yang diperoleh sekaligus Dinas Kehutanan Jawa Tengah
2004, sebagai berikut: 1. Petani:
a. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani b. Memperoleh bantuan modal melalui pinjaman dari mitra usaha
c. Memperoleh bimbingan teknologi dari mitra usaha 2. Mitra Usaha:
a. Menghasilkan kayu b. Mempunyai cadangan bahan baku kayu
3. Pemerintah: a. Salah satu program pemerintah dalam membangun hutan
lestari dapat terealisasi Pada dasarnya kemitraan itu merupakan suatu kegiatan
saling menguntungkan dengan pelbagai macam bentuk kerjasama dalam menghadapi dan
memperkuat satu sama lainnya.
2.2 Partisipasi