Latar Belakang Partisipasi dan Persepsi Masyarakat dalam Pengembangan Hutan Tanaman Pola Kemitraan PT Nityasa Idola, Provinsi Kalimantan Barat

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan Tanaman Industri HTI merupakan badan usaha swasta yang bergerak dalam bidang kehutanan yang berorientasi pada profit. Secara normatif dengan adanya perusahaan di suatu daerah, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Pembangunan dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam peningkatan kesejahteraan tersebut. Dalam pembangunan ekonomi, pola kemitraan merupakan suatu jalan untuk melaksanakan sistem perekonomian gotong royong yang dibentuk antara perusahaan sebagai mitra yang kuat dari segi permodalan, pasar dan kemampuan teknologinya bersama masyarakat yang berasal dari golongan lemah dan tidak berpengalaman. Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan produktivitas dan usaha atas kepentingan bersama. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi dengan pola kemitraan dianggap sebagai usaha yang menguntungkan, terutama ditinjau dari pencapaian tujuan pembangunan nasional jangka panjang Darmono 2004. Program kemitraan ini sudah banyak diterapkan oleh perusahaan, salah satunya adalah oleh PT Finnantara Intiga di Provinsi Kalimantan Barat. Pola kemitraan yang dikembangkannya adalah model HTI terpadu. HTI terpadu dimaksud dan dirancang untuk membangun hutan tanaman dengan kesepakatan kerjasama antara perusahaan dan masyarakat selama jangka waktu 45 tahun. Dalam pola kerjasama ini, masyarakat sebagai pemilik atau penguasa lahan mendapatkan kompensasi yang diberikan oleh perusahaan antara lain: 1. Insentif penggunaan lahan, 2. Insentif infrastruktur pembangunan pedesaan, 3. Insentif tanaman kehidupan umumnya berupa kebun karet unggul yang luasnya 7,5 luas lahan yang diserahkan untuk dibangun HTI, 4. Insentif berupa pembuantan tanaman jenis lokal local species seluas 10 dari luas tanaman HTI, 5. Royalti keuntungan dari panen HTI pada setiap akhir daur, yang besarnya disepakati 10 dari keuntungan bersih, 6. Kesempatan bekerja dari mulai pembangunan tanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Sampai akhir tahun 2004, telah diwujudkan kesepakatan kerjasama penggunaan lahan untuk pembangunan HTI di 130 kampung dari sekitar 160 kampung yang berada di dalam dan di sekitar areal konsesi HPHTI PT Finnantara Intiga. Sedangkan tanaman yang telah dibangun HTInya, baru tercapai di 90 Dusun yang berada di 42 Desa didalam 12 wilayah Kecamatan dengan realisasi tanaman seluas 38.000 Ha dan sekitar 3.000 Ha diantaranya telah dipanen. Contoh lainnya adalah PT. Riau Andalan Pulp and Paper Riau Pulp di Provinsi Riau, sejak tahun 1996 telah mengembangkan kebun Akasia melalui Program Hutan Tanaman Rakyat di luar areal konsesi seluas lebih dari 23.000 ha yang dikelola oleh sekitar 4.600 KK. Pasokan bahan baku kayu pulp dari hutan tanaman rakyat pola kemitraan binaan PT. RAPP diharapkan sebesar ± 400.000 m3 pertahun setelah tahun 2009. Begitu juga dengan PT. Wirakarya Sakti di Propinsi Jambi, sejak tahun 1997 telah berhasil mengembangkan pembangunan hutan tanaman di luar areal konsesi melalui program kemitraan Hutan Rakyat Pola Kemitraan seluas 12.065 Ha. Jumlah kelompok masyarakat yang terlibat mencapai 78 kelompok, dengan jumlah anggota 7.554 anggota. Sejak tahun 2004 dibeberapa lokasi hutan tanaman rakyat pola kemitraan telah memasuki usia panen daur pertama dan sampai Juni 2005 telah dipenen seluas 2.870 Ha. Dari luasan tersebut diperoleh produksi BBS sebanyak 395.697 ton dan manfaat ekonomi yang sudah terdistrubusi kepada masyarakat sebesar Rp. 8,5 Milyar. Kemitraan yang dibangun berlandaskan pada saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan fungsi tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut Hafsah 2000. Salah satu Perusahaan HTI yang melaksanakan program kemitraan dalam pengembangan perusahaannya adalah PT Nityasa Idola yang telah mendapatkan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Hutan Tanaman IUPHHK-HT di Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat. Program kemitraan ini di tempuh dengan tujuan agar mempermudah melakukan penanaman di areal konsesi HTI, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. Ada persepsi dan partisipasi yang diberikan masyarakat kepada perusahaan sebagai mitra kerja. Partisipasi masyarakat ini hendaknya dilandasi dengan azas manfaat, sehingga masyarakat memberikan persepsi positif dalam kegiatan tersebut. Persepsi positif ini menjadi indikator bagi PT. Nityasa Idola bahwa kegiatan hutan tanaman yang dijalankan mendapat dukungan dari masyarakat yang berupa partisipasi atau peran serta dari masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan kedepannya. Partisipasi tersebut diharapkan dapat menunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman, karena dalam hutan tanaman pola kemitraan keberhasilan tidak akan dicapai tanpa adanya partisipasi masyarakat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana partisipasi masyarakat dan persepsi masyarakat sebagai mitra dalam HTI pola kemitraan.

1.2 Perumusan masalah