Persepsi Partisipasi dan Persepsi Masyarakat dalam Pengembangan Hutan Tanaman Pola Kemitraan PT Nityasa Idola, Provinsi Kalimantan Barat

2.3 Persepsi

Persepsi adalah suatu pandangan, pengertian dan interpretasi seseorang mengenai sesuatu yang diinformasikan kepadanya Dyah 1983. Vredentbergt 1974 dalam Sattar 1985 mengemukakan bahwa persepsi berhubungan dengan keadaan jiwa seseorang, dimana persepsi adalah cara seseorang mengalami obyek dan gejala-gejala melalui proses yang selektif. Selanjutnya dikatakan dengan melalui proses yang selektif terhadap rangsangan dari suatu obyek atau gejala tertentu, seseorang akan mempunyai suatu tanggapan terhadap obyek atau gejala yang dialaminya. Sebagai proses, persepsi merupakan proses membangun kesan dan membuat penilaian. Berkaitan dengan itu, menurut Biran dalam Sudrajat 2003 persepsi merupakan proses psikologi yang berlangsung pada diri kita sewaktu mengamati berbagai hal yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Sudrajat 2003 persepsi merupakan produk atau hasil proses psikologi yang dialami seseorang setelah menerima stimuli, yang mendorong tumbuhnya motivasi untuk memberikan respon atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu kegiatan. Persepsi dapat berupa kesan, penafsiran atau penilaian berdasarkan pengalaman yang diperoleh. Menurut Muchtar 1998 persepsi adalah proses penginderaan dan penafsiran rangsangan suatu obyek atau peristiwa yang diinformasikan, sehingga seseorang dapat memandang, mengartikan dan menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan keadaan dirinya dan lingkungan dimana ia berada, sehingga ia dapat menentukan tindakannya. Persepsi setiap manusia akan berbeda-beda satu dengan lainnya. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal merupaka faktor yang muncul dari diri pribadi yang dapat mempengaruhi pola pikirnya terhadap suatu objek atau permasalahan tertentu. Contohnya adalah karakteristik sosial yang diantaranya adalah tingkat kecerdasan dan pengetahuan pendidikan, kebutuhan, usia dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal biasanya muncul dari luar individu yang mampu mempengaruhi pandangan seseorang yang berkaitan dengan objek atau permasalahan tertentu atau pengalaman orang lain yang dilihatnya atau yang diketahuinya berkenaan dengan hal tersebut dan struktur sosial yang mengatur kehidupan sosial seperti jumlah keluarga, luas lahan, dan sebagainya. Proses pembentukan suatu persepsi menurut Asngari 1984 dalam Puspasari 2010 diawali dari perolehan informasi kemudian orang tersebut membentuk persepsi dari pemilihan atau penyaringan, kemudian informasi tersebut disusun menjadi satu kesatuan yang bermakna dan akhirnya diinterpretasikan mengenai fakta dari keseluruhan informasi. Pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam memegang peranan penting guna meningkatkan pengertian dan pemahaman terhadap obyek yang diamati. Informasi yang sampai pada seseorang akan memahami dan menyadari stimulus tersebut, selanjutnya orang tersebut melakukan tindakan. Menurut Mayers 1988 dalam Puspasari 2010, persepsi dua orang mengenai satu objek yang sama dapat berbeda. Hal ini dapat terjadi karena setiap orang berbeda kebutuhan, motif, minat dan lainnya. Terbentuknya persepsi cenderung menurut kebutuhan, minat, dan latar belakang masing-masing. Senada dengan pernyataan Susiatik 1998 bahwa Tingkat peran serta masyarakat berkaitan dengan tingkat persepsi. Masyarakat akan semakin antusias untuk berpartisipasi secara aktif manakala dilandasi oleh adanya tingkat persepsi yang positif dari masyarakat. oleh karena itu hubungan persepsi erat kaitannya dengan partisipasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran