kemitraan akan memberikan manfaat bagi mereka sendiri dan bagi penduduk desa umumnya, baik manfaat yang secara langsung maupun manfaat yang secara tidak
langsung dirasakan. Adapun yang tingkat partisipasinya sedang lebih dikarenakan masyarakat masih ragu terhadap perusahaan sehingga lahan yang dimitrakan
hanya sedikit saja dari yang mereka miliki. Responden yang memiliki tingkat partisipasi sedang ini ada dua
kemungkinan. Ada kemungkinan akan memberikan partisipasi positif, dalam artian masyarakat akan percaya dan mau bekerja sama dalam pengembangan
hutan tanaman pola kemitraan. Atau kemungkinan lainnya mereka akan apatis terhadap perusahaan atau bahkan menolak keberadaan peerusahaan. Sehingga
butuh suatu maintenence dari perusahaan untuk menjadikan responden yang mempunyai tingkat partisipasi sedang menjadi berpartisipasi baik.
Responden yang memberikan nilai tingkat partisipasi rendah lebih disebabkan bahwa penghasilan dari kemitraan ini belum dapat dinikmati hasilnya
secara langsung, sedangkan mereka menyatakan bahwa kebutuhan hidup sehari- hari lebih mendesak daripada memitrakan beberapa luasan lahannya. Adapun
yang mempengaruhi tingkat partisipasi dalam kasus ini adalah faktor luasan lahan yang dimitrakan.
5.1.2 Tingkat Persepsi
Persepsi masyarakat terhadap kegiatan hutan tanaman pola kemitraan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
pembangunan hutan tanaman yang dijalankan selama ini. Persepsi yang rendah berpengaruh negatif dan akan menghambat pelaksanaan pengembangan hutan
tanaman untuk masa yang akan datang, sebaliknya persepsi yang tinggi berpengaruh positif dan merupakan dukungan yang menunjang pencapaian
keberhasilan pelaksanaan pembangunan hutan tanaman dengan pola kemitraan itu sendiri di masa yang akan datang. Adapun untuk mengetahui persentase distribusi
responden berdasarkan tingkat persepsi dapat dilihat di Tabel 24. Berdasarkan Tabel 24. sebagian besar responden 61,29 responden
memiliki tingkat persepsi yang tergolong tinggi, sebanyak 35,48 memiliki tingkat persepsi sedang dan 3,23 memiliki tingkat persepsi buruk. Secara
keseluruhan tingkat persepsi masyarakat dalam pengembangan pola kemitraan
tergolong sedang dengan nilai rata-rata sebesar 37,68. Ada beberapa faktor yang diperhatikan dalam meninjau aspek tingkat partisipasi ini, diantaranya adalah
tingkat pendidikan, umur, dan matapencaharian. Tabel 24. Distribusi responden berdasarkan tingkat persepsi
Kategori Jumlah responden
Rata-rata Nilai Buruk
≤ 26 1
3,23 Sedang
27-37 11
35,48 37,68
Baik ≥ 38
19 61,29
Total 31
100,00 Berikut ditampilkan distribusi tingkat persepsi berdasarkan tingkat
pendidikan pada Tabel 25, Tabel 26, dan Tabel 27. Tabel 25. Distribusi responden tingkat persepsi baik berdasarkan tingkat
pendidikannya. Kategori
Tingkat Pendidikan Jumlah responden
Rendah Tidak Tamat SD
10 52,63
Tamat SD 6
31,58 Sedang
Tidak Tamat SMP 1
5,26 Tamat SMP
1 5,26
Tinggi Tamat SMA
1 5,26
Total 19
100,00 Secara umum responden yang memiliki tingkat persepsi baik adalah responden
dengan tingkat pendidikan rendah. Tabel 26. Distribusi responden tingkat persepsi sedang berdasarkan tingkat
pendidikannya. Kategori
Tingkat Pendidikan Jumlah responden
Rendah Tidak Tamat SD
8 72,73
Tamat SD 1
9,09 Sedang
Tidak Tamat SMP 2
18,18 Tamat SMP
0,00 Tinggi
Tamat SMA 0,00
Total 11
100,00 Secara umum responden yang memiliki tingkat persepsi sedang adalah responden
dengan tingkat pendidikan rendah. Selain itu responden dengan tingkat persepsi buruk adalah responden dengan tingkat pendidikan sedang.
Untuk mengetahui hubungan faktor tingkat pendidikan dengan tingkat persepsi dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Distribusi tingkat persepsi berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan
Persepsi J u m l a h
Responden Buruk
Sedang Baik
Rendah 9
16 25
Sedang 1
2 2
5 Tinggi
1 1
Jumlah responden 1
11 19
31 Dari tabel diatas diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat
pendidikan rendah mempunyai persepsi yang sedang 9 orang, dan pada persepsi yang baik 16 orang. Responden yang memiliki tingkat pendidikan sedang juga
mempunyai persepsi yang buruk 1 orang, sedang 2 orang, dan pada tingkat persepsi baik 2 orang. Responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi
memberikan persepsi yang baik 1 orang. Terdapat penurunan dari tingkat pendidikan rendah ke tingkat pendidikan sedang sehingga dikatakan bahwa faktor
pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat persepsi. Faktor selanjutnya adalah umur, berikut ditampilkan distribusi responden
berdasarkan tingkat umur pada Tabel 28 dan Tabel 29. Tabel 28. Distribusi responden persepsi baik berdasarkan umurnya.
Kategori Umur thn
Jumlah responden Rendah Tdk. Produktif
65 0,00
Sedang Kurang Produktif 50-65
1 5,26
Tinggi Produktif 15-49
18 94,74
Total 19
100,00 Sebagian besar responden yang tingkat persepsinya baik adalah responden dengan
kategori umur produktif. Tabel 29. Distribusi responden persepsi sedang berdasarkan umurnya.
Kategori Umur thn
Jumlah responden Rendah Tdk. Produktif
65 1
9,09 Sedang Kurang Produktif
50-65 2
18,18 Tinggi Produktif
15-49 8
723,73 Total
11 100,00
Sebagian besar responden yang tingkat persepsinya sedang adalah responden dengan kategori umur produktif.
Sedangkan responden yang tingkat persepsinya buruk adalah responden dengan kategori umur produktif sebanyak 1 orang.
Untuk mengetahui hubungan faktor tingkat pendidikan dengan tingkat persepsi dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Distribusi tingkat persepsi berdasarkan tingkat umur Umur
Persepsi J u m l a h
Responden Buruk
Sedang Baik
Tdk. Produktif 1
1 Kurang Produktif
2 1
3 Produktif
1 8
18 27
Jumlah responden 1
11 19
31 Tabel 31. menjelaskan bahwa responden dengan umur tidak produktif itu
mempunyai persepsi yang sedang. Responden yang kurang produktif mempunyai persepsi sedang 2 orang dan pada tingkat persepsi baik 1 orang. Responden
dengan umur produktif mempunyai persepsi buruk 1 orang, sedang 8 orang, dan persepsi baik 18 orang. Secara umum responden di dominasi oleh golongan
umur produktif. Kategori umur dengan tingkat persepsi cenderung meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor umur mempunyai pengaruh terhadap
tingkat persepsi. Faktor yang diperhatikan selanjutnya adalah matapencaharian. berikut
ditampilkan distribusi responden berdasarkan tingkat umur pada Tabel 31 dan Tabel 32.
Tabel 31. Distribusi responden persepsi baik berdasarkan matapencaharian Matapencaharian
N Usaha Tani
14 73,68
Usaha Tani + Non Usaha Tani 5
26,32 Total
19 100,00
Sebagian besar responden dengan persepsi baik adalah bermatapencaharian usaha tani.
Tabel 32. Distribusi responden persepsi sedang berdasarkan matapencaharian Matapencaharian
N Usaha Tani
10 90,91
Usaha Tani + Non Usaha Tani 1
9,09 Total
11 100,00
Sebagian besar responden dengan persepsi sedang adalah bermatapencaharian usaha
tani. Sedangkan
responden dengan
persepsi buruk
adalah bermatapencaharian usaha tani sebanyak 1 orang.
Secara umum responden bermatapencaharian usaha tani. Untuk mengetahui hubungan faktor mata pencaharian dengan tingkat persepsi, berikut
disajikan pada Tabel 33. Tabel 33. Distribusi tingkat persepsi berdasarkan mata pencaharian
Matapencaharian Persepsi
J u m l a h Responden
Buruk Sedang
Baik Usaha tani
1 10
14 25
Usaha tani + Non Usaha tani 1
5 6
Jumlah responden 1
11 19
31 Responden yang memiliki matapencaharian usaha tani lebih mendominasi
daripada matapencaharian usaha tani + non usaha tani. Responden yang bermatapencaharian usaha tani mempunyai persepsi buruk 1 orang, sedang 10
orang, dan tinggi 14 orang. Sedangkan yang bermatapencaharian usaha tani +non usaha tani mempunyai persepsi sedang 1 orang, Persepsi baik 5 orang.
Hal ini membuktikan bahwa responden yang bermatapencaharian usaha tani memberikan persepsi yang tinggi.
Kembali kepada tingkat persepsi responden, sebanyak 3,23 dari jumlah responden memiliki tingkat persepsi buruk. Hal ini antara lain disebabkan bahwa
dalam pembangunan dan pengembangan hutan tanaman yang berjalan selama ini ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat dan dipandang tidak
memberikan manfaat bagi pemilik lahan, bahkan masyarakat merasa dirugikan dengan adanya hutan tanaman. Ini terjadi pada lokasi tanam yang tanamannya
dinilai masyarakat gagal karena jumlah tanaman yang tumbuh per hektarnya sangat sedikit dan kondisi tanaman yang kurang sehat. Bahkan kasus yang lebih
ekstrimnya lagi terjadi kasus penebangan tanaman sengon yang dilakukan oleh pemilik lahannya sendiri, motiv dasarnya adalah untuk meminta uang pada
perusahaan sebagai upah pekerjaan yang ia lakukan terhadap perusahaannya. Padahal jika melihat dari kasus tanaman yang kurang sehat dan jumlah
tumbuh tanaman yang sedikit harusnya dikembalikan kepada saat pemeliharaan tanaman, yaitu dari mulai proses penanaman, pemupukan, dan penyiangan.
Pekerjaan itu sangat sulit dilakukan perusahaan karena jumlah tenaga kerja yang tidak mencukupi. Adapun masyarakat lokal disana sedikit yang mau bekerja pada
perusahaan. Hal ini lebih dikarenakan upah yang dirasa masyarakat tidak sebanding dengan pekerjaannya.
Persepsi responden yang termasuk pada kategori sedang adalah sebesar 35,48. Persepsi kategori sedang, bisa dikatakan bahwa keberadaannya masih
dalam keraguan. Pada kondisi tertentu dapat menjadi penghambat, dan pada kondisi lain dapat pula mendukung dalam kegiatan hutan tanaman ini. Persepsi ini
disebabkan karena responden hanya dapat merasakan manfaat sebagian dampak positifnya. Sebagian masyarakat dapat merasakan keuntungan adanya hutan
tanaman yaitu dengan terlibatnya sebagai tenaga kerja sehingga memperoleh tambahan pemasukan dari upah kerja, tetapi dengan keterbatasan wawasan dan
pengetahuan tidak merasakan manfaat lainnya yang tidak diperoleh secara langsung.
Persepsi seseorang terhadap sesuatu obyek akan positif apabila sesuai dengan kebutuhannya, sebaliknya akan negatif apabila bertentangan dengan
kebutuhan orang tersebut. Adanya keuntungan atau manfaat dari hutan tanaman ini menimbulkan persepsi yang positif dari masyarakat. Responden yang
memberikan Persepsi baik cukup mendominasi, hal ini dibuktikan dengan sebanyak 61,29 responden memiliki tingkat persepsi yang termasuk pada
kategori tinggi. Tingkat persepsi ini menunjukkan bahwa masyarakat dapat merasakan keuntungan dan manfaat yang sebagian besar dibutuhkan masyarakat.
Persepsi ini sangat menguntungkan, karena akan menunjang dalam pencapaian keberhasilan pembangunan hutan tanaman. Secara keseluruhan tingkat persepsi
masyarakat pada pembangunan hutan tanaman pola kemitraan tergolong tinggi, dan adapun fakto yang mempengaruhi tingkat persepsi masyarakat adalah umur
dan matapencaharian masyarakat.
5.1.3 Hubungan Partisipasi dan Persepsi