Studi sosial ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan hutan tanaman industri PT. Nityasa Idola di Kalimantan Barat

(1)

PERUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

PT. NITYASA IDOLA DI KALIMANTAN BARAT

HASAN SLAMET RAMDHANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

PERUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

PT NITYASA IDOLA DI KALIMANTAN BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Oleh

HASAN SLAMET RAMDHANI

E14061085

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(3)

Tanaman Industri PT Nityasa Idola di Kalimantan Barat.

Nama : Hasan Slamet Ramdhani

NIM : E14061085

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc, F.Trop NIP. 19700329 199608 1 001

Anggota

Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc. F.Trop NIP. 19640830 199003 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001


(4)

Masyarakat terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Hutan Tanaman Industri PT Nityasa Idola di Kalimantan Barat. Dibimbimg oleh Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc, F.Trop dan Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc, F.Trop

Sebagai salah satu pelaku dalam pembangunan ekonomi nasional, sebuah perusahaan sudah seharusnya memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan sekitarnya. PT Nityasa Idola merupakan salah satu perusahaan yang memegang sertifikat IUPHHK-HTI, telah menjalankan program CSR dalam upaya tanggung jawab sosial bagi masyarakat sekitarnya. Selain merupakan tanggung jawab sosial perusahaan, kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT Nityasa Idola untuk meraih simpati masyarakat agar dapat memperoleh izin dalam pemanfaatan lahan konsesi yang diklaim milik masyarakat. Namun hasil kegiatan CSR belum memberikan feedback positif bagi perusahaan dalam meningkatkan produksi tanam.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar perusahaan, mengevaluasi implementasi CSR perusahaan, dan menganalisis persepsi masyarakat sekitar perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis garis kemiskinan Sajogyo (1996), analisis skala Likert dan analisis trend linear. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan kondisi sosial masyarakat dan implementasi kegiatan CSR perusahaan. Analisis garis kemiskinan Sajogyo digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat. Sedangkan analisis skala Likert dan trend linear digunakan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap perusahaan.

Berdasarkan hasil observasi lapang diketahui bahwa implementasi CSR sudah dirasakan cukup bermanfaat bagi masyarakat. Perusahaan belum merasakan

feedback positif implementasi CSR dari masyarakat dalam meningkatkan produksi tanam disebabkan rendahnya kinerja perusahaan dalam menjalankan hasil kerjasama lahan bersama masyarakat. Oleh karena itu perusahaan seharusnya memperbaiki kinerja teknis di lapangan serta menyusun program CSR jangka pendek dan jangka panjang yang lebih sistematis.


(5)

HASAN SLAMET RAMDHANI. A Study on Socio Economy and Public

Perception toward Corporate Social Responsibility (CSR) in Industrial

Plantation Forest Company, PT Nityasa Idola, West Kalimantan. Supervised by Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat M.Sc, F.Trop. and Dr. Ir. Leti Sundawati M.Sc, F.Trop.

As one of the agents in national economic development, a company has to take part in the aspects of economy, social and environment of its neighboring area. PT Nityasa Idola, one of the companies holding IUPHHK-HTI certificate, has implemented CSR programs as an attempt for social responsibility for its surrounding community. In addition to this, CSR activities conducted by PT Nityasa Idola were aimed to acquire the sympathy of the community in order to obtain a license to utilize concession area belonging to community. Nevertheless, such activities have not provided positive feedback for the company to increase its production plants.

The aims of this study were to discern the social-economic conditions of the community adjacent to the company, evaluate the implementation of company’s CSR, and analyze the perception of the neighboring community. The research methods used were descriptive analysis, Sajogyo’s (1996) poverty line analysis, Likert scale analysis, and trend linear analysis. Descriptive analysis was used to describe not only community’s social conditions but also the implementation of

company’s CSR activities, while Sajogyo’s poverty line is employed to reveal

community’s economic conditions. Furthermore, both Likert-scale analysis and

trend linear are utilized to identify community’s perception towards the company. Based on the field observation, it was found that the implementation of CSR was relatively beneficial for the community. However, that the company has not undergone positive feedback in increasing its planting production was due to the

company’s low performance in carrying out land-cooperation results with the community. Accordingly, the company should improve its technical performance in the field and organize more systematic short-term and long-term CSR programs.


(6)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Sosial Ekonomi dan Persepsi Masyarakat Terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Hutan Tanaman Industri PT. Nityasa Idola di Kalimantan Barat adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Mei 2011

Hasan Slamet Ramdhani NRP E14061085


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan limpahan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Sosial Ekonomi dan Persepsi Masyarakat terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Hutan Tanaman Industri PT Nityasa Idola di Kalimantan Barat. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2010. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi dan persepsi masyarakat yang mendapatkan kegiatan tanggung jawab sosial terhadap perusahaan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, kakak, adik serta seluruh keluarga atas segala dukungan dan kasih sayangnya.

2. Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc, F.Trop dan Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc, F.Trop atas bimbingan dan arahan serta saran yang telah diberikan selama ini.

3. PT. Nityasa Idola atas sarana prasarana yang disediakan dan dana penelitian yang diberikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

4. Bapak Edi Riyanto, Bapak Emil, Ibu Angel dan Bapak Yohanes dari PT. Nityasa Idola yang telah membimbing di lapangan, serta seluruh karyawan PT. Nityasa Idola yang telah membantu dalam pengumpulan data selama penelitian berlangsung.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama PT. Nityasa Idola. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Bogor, Mei 2011 Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 22 April 1988 sebagai anak ke tiga dari lima bersaudara dari pasangan Anda Gandayuda dan Nonok Rokayah. Pendidikan penulis dimulai dari TK Khusnul Khotimah Tangerang (1993-1994), SDN Cipondoh IV Tangerang (1994-1996), SDN Sejahtera III Bandung (1996-2000), MTs Persis Tarogong Garut (2000-2003), SMA Terpadu Hayatan Thayyibah (2003-2006). Tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu di LDK Al Hurriyyah IPB. Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Jawa Barat, tepatnya di Sancang dan Kamojang pada tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Sukabumi dan Cianjur pada tahun 2009, serta mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HTI PT Nityasa Idola, Kalimantan Barat pada tahun 2010.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Studi Sosial Ekonomi dan Persepsi Masyarakat terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Hutan Tanaman Industri PT Nityasa Idola di Kalimantan Barat yang dibimbing oleh Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc, F.Trop dan Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc, F.Trop.


(9)

DAFTAR ISI

No. Halaman

KATA PENGANTAR ...i

RIWAYAT HIDUP ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan Penelitian ...2

1.3 Manfaat Penelitian...2

II. TINJAUAN PUSTAKA...3

2.1 Hutan Tanaman Industri ...3

2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) ...4

2.2.1 Pengertian CSR ... 4

2.2.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR ... 5

2.2.3 Pengembangan Masyarakat dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .... 6

2.2.4 Implementasi CSR ... 7

2.2.5 Manfaat CSR ... 8

2,3 Persepsi ...9

2.3.1 Pengertian Persepsi ... 9

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 10

2.3.3 Pentingnya Persepsi ... 12

2.4 Masyarakat ... 12

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 13

3.1 Kerangka Pemikiran ... 13

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian ... 14

3.3 Jenis Data ... 14

3.4 Metode Pengumpulan Data... 15

3.5 Metode Pemilihan Responden ... 16

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 16

3.6.1 Analisis data karakteristik responden ... 16

3.6.2 Analisis pendapatan ... 17


(10)

3.6.4 Dampak program CSR perusahaan ... 18

IV. PROFIL PERUSAHAAN DAN KEADAAN LOKASI PENELITIAN ... 20

4.1 Sejarah Perusahaan ... 20

4.2 Letak dan Luas Areal Kerja ... 22

4.3 Iklim dan Hidrologi ... 22

4.4 Kondisi Hutan ... 23

4.5 Jenis Tanaman HTI PT. Nityasa Idola ... 24

4.6 Pola Kemitraan dengan Masyarakat... 24

4.7 Kondisi Sosial Ekonomi ... 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1 Karakteristik Responden ... 27

5.1.1 Umur... 27

5.1.2 Tingkat Pendidikan ... 27

5.1.3 Jumlah Anggota Keluarga ... 28

5.1.4 Mata Pencaharian ... 29

5.1.5 Pendapatan Responden ... 30

5.1.6 Analisis pendapatan per kapita ... 31

5.1.7 Akses Masyarakat Terhadap Informasi ... 33

5.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR... 33

5.3 Upaya Perusahaan Membina Hubungan dengan Masyarakat ... 34

5.4 Implementasi dan Evaluasi Program CSR ... 34

5.5 Partisipasi Masyarakat ... 37

5.6 Analisis Implementasi CSR ... 39

5.7 Persepsi dan Harapan Masyarakat... 40

5.7.1 Persepsi masyarakat terhadap CSR perusahaan... 40

5.7.2 Persepsi masyarakat terhadap kinerja teknis perusahaan ... 45

5.7.3 Harapan Masyarakat ... 49

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial ... 7

2. Tingkat persepsi berdasarkan skala Likert ... 18

3. Keadaan hutan pada areal kerja IUPHHK-HTI PT Nityasa Idola berdasarkan peta penunjukkan kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Barat .. 23

4. Keadaan penutupan lahan berdasarkan peta hasil penafsiran citra satelit ... 23

5. Jumlah penduduk, agama, mata pencaharian dan fasilitas umum ... 26

6. Distribusi responden menurut kelompok umur ... 27

7. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 28

8. Jumlah anggota keluarga responden ... 28

9. Mata pencaharian responden ... 29

10. Sebaran tingkat pendapatan warga ... 30

11. Akses masyarakat terhadap informasi CSR perusahaan.. ... 33

12. Jumlah responden yang terlibat dalam program CSR perusahaan... 38

13. Persepsi Dusun Ampadi terhadap CSR perusahaan ... 41

14. Persepsi Dusun Ompeng terhadap CSR perusahaan ... 41

15. Analisis persepsi responden terhadap program CSR PT Nityasa Idola dalam skala Liket ... 42

16. Persepsi responden terhadap kinerja teknis PT Nityasa.. ... 45

17. Persepsi responden Dusun Ompeng terhadap kinerja PT Nityasa Idola dalam menjalankan usaha yang telah dikerjasamakan bersama masyarakat .. ... 46

18. Persepsi responden Dusun Ampadi terhadap kinerja PT Nityasa Idola dalam menjalankan usaha yang telah dikerjasamakan bersama masyarakat.. ... 47

19. Bentuk bantuan yang diharapkan warga.. ... 49


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka pemikiran operasional. ... 14

2. Perbandingan PCI responden dengan standar garis kemiskinan Sajogyo ... 32

3. Trend pengaruh umur terhadap persepsi pada CSR ... 43

4. Trend pengaruh tingkat pendidikan terhadap persepsi pada CSR ... 43

5. Trend pengaruh jumlah keluarga terhadap persepsi pada CSR ... 44

6. Trend pengaruh mata pencaharian terhadap persepsi pada CSR ... 44

7. Trend pengaruh pendapatan terhadap persepsi pada CSR ... 45

8. Trend pengaruh umur terhadap persepsi pada kinerja perusahaan ... 47

9. Trend pengaruh pendidikan terhadap persepsi pada kinerja perusahaan ... 47

10.Trend pengaruh jumlah keluarga terhadap persepsi pada kinerja perusahaan ... 48

11.Trend pengaruh mata pencaharian terhadap persepsi pada kinerja perusahaan ... 48


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. PCI Dusun Ampadi ... 56

2. PCI Dusun Ompeng ... 57

3. Standar garis kemiskinan Sajogyo ... 58

4. Pendapatan responden Dusun Ampadi... 59

5. Pendapatan responden Dusun Ompeng ... 60

6. Perhitungan persepsi responden Dusun Ompeng terhadap CSR perusahaan. 61 7. Perhitungan persepsi responden Dusun Ampadi terhadap CSR perusahaan . 62 8. Foto-foto penelitian ... 63


(14)

1.1 Latar Belakang

Perusahaan sebagai salah satu pelaku dalam pembangunan ekonomi nasional, sudah selayaknya tidak hanya bertujuan memperoleh keuntungan finansial namun juga perlu berkontribusi bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Wibisono (2007) bahwa tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Oleh karenanya dalam dunia usaha kini hadir konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk nyata kepedulian perusahaan akan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Perusahaan kehutanan juga memiliki tanggung jawab sosial untuk berkontribusi kepada masyarakat di sekitarnya. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 4795/Kpts-II/2002 tentang Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari dan Keputusan Menteri Kehutanan No. P.11/Menhut-II/2004, maka penyelenggaraan pembinaan masyarakat desa hutan oleh pemegang IUPHHK pada Hutan Alam dan IUPHHK pada Hutan Tanaman menjadi satu kesatuan di dalam pengelolaan hutan secara lestari.

Menurut Wibisono (2007), implementasi program-program CSR sangat bergantung pada cara setiap perusahaan memandang makna atau motivasi perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Kenyataannya, terdapat perusahaan yang hanya melihat program-program CSR dari perspektif ekonomi, sehingga kegiatan tersebut dimaknai sebagai program-program yang hanya menghabiskan dana perusahaan saja. Namun, ada juga perusahaan yang memandang program-program CSR dengan perspektif goodwill

yang memaknai setiap kegiatan berorientasi masyarakat yang didanai perusahaan sebagai program yang mampu menarik dan menumbuhkan simpati dari stakeholder, investor, masyarakat luas, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam kegiatan bisnis perusahaan tersebut.


(15)

PT. Nityasa Idola merupakan salah satu perusahaan IUPHHK-HTI yang kini telah menerapkan program CSR untuk masyarakat lokal di sekitarnya. Meskipun demikian, seperti yang disampaikan oleh pihak perusahaan bahwa program CSR yang diberikan kepada masyarakat hingga saat ini belum banyak memberikan dampak (feedback) yang baik dari masyarakat kepada perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian kondisi sosial ekonomi dan persepsi masyarakat sekitar PT. Nityasa Idola terhadap program CSR PT. Nityasa Idola yang telah dijalankan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengkaji kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar PT. Nityasa Idola 2. Mengevaluasi penerapan program CSR PT. Nityasa Idola

3. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap kegiatan CSR PT. Nityasa Idola 4. Menganalisis dampak kegiatan CSR PT. Nityasa Idola.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap perusahaan PT Nityasa Idola khususnya sebagai informasi dalam pengembangan dan implementasi CSR di masa yang akan datang, dan untuk memberikan nilai tambah perusahaan kepada semua stakeholder.


(16)

Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat banyak dengan tetap menjaga kelangsungan fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan lingkungan hidup. Hutan sebagai salah satu sumber daya alam telah memberikan hasil dan peranannya dalam pembangunan nasional melalui pengelolaan dan pemanfaatan hutan alam maupun hutan tanaman.

Peranan strategis hutan dalam pembangunan nasional selama ini hampir sepenuhnya bertumpu pada hutan alam yang harus mampu menyediakan bahan baku bagi industri yang ada. Pengaturan pengusahaan hutan alam tersebut telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1970 tentang Hak Pengusahaan dan Hak Pemungutan Hasil Hutan. Perkembangan industri hasil hutan menuntut kebutuhan bahan baku yang semakin besar, namun hal itu semakin sulit dipenuhi dari potensi hutan alam yang ada, sekalipun efisiensi pemungutan dan pemanfaatannya telah ditingkatkan. Menurunnya potensi hutan akibat kebakaran, pembalakan liar dan sebab-sebab lain belum sepenuhnya dapat ditanggulangi.

Selain penerapan sistim Tebang Pilih Tanaman Indonesia (TPTI) secara lengkap dan benar pada hutan alam, pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Pembangunan HTI tersebut tidak semata-mata ditujukan untuk mendukung industri hasil hutan, melainkan sekaligus juga bertujuan untuk melestarikan lingkungan hidup melalui konservasi hutan. Wilayah hutan yang merupakan sasaran utama pembangunan HTI adalah wilayah hutan yang tidak berhutan yang perlu dihutankan kembali dan dipertahankan sebagai hutan tetap sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan (Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1990). Kegiatan Pengusahaan hutan di HTI, meliputi: penanaman, pemeliharaan, pemungutan, pengelolaan dan


(17)

pemasaran. Pengusahaan HTI bertujuan untuk: 1) Menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah dan devisa. 2) Meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup, serta 3) Memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha.

Areal hutan yang dapat diusahakan sebagai areal HTI adalah kawasan hutan produksi tetap yang tidak produktif. Menteri menetapkan lokasi areal hutan untuk pembangunan HTI. Untuk mendukung industri pulp ditetapkan seluas-luasnya 300.000 Ha. Untuk mendukung industri kayu pertukangan atau industri lainnya ditetapkan seluas-luasnya 60.000 Ha.

2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.2.1 Pengertian CSR

Corporate Social Responsibility (CSR) mulai dikenal sejak awal 1970-an, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan (WBCSD dalam Meita 2009). Konsep CSR merupakan konsep yang berkembang di dunia usaha sebagai bentuk kepedulian dan peran serta perusahaan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan.

Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Dapat dikatakan dengan adanya CSR berarti perusahaan mampu bertanggung jawab terhadap semua kegiatannya yang berpengaruh terhadap manusia, komunitas, dan lingkungan. Hal tersebut berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Sehingga perusahaan hendaknya tidak mementingkan keuntungan


(18)

secara finansial namun memperhitungkan keuntungan sosial untuk keberlangsungan perusahaan jangka panjang.

Kotler dan Lee (2005) menyebutkan bahwa CSR merupakan instrumen penting untuk menunjang strategi perusahaan, yaitu membangun citra perusahaan sekaligus meningkatkan profit jangka panjang. Dalam buku tersebut disebutkan ada enam cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan program CSR ini, yaitu:

1) Cause Promotion menjadi sponsor kegiatan yang sedang menjadi perhatian masyarakat.

2) Cause Related Marketing mengalokasikan sekian persen pendapatan untuk kegiatan sosial.

3) Corporate Social Marketing mengadakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat.

4) Corporate Philanthropy memberikan donasi atau sumbangan kepada masyarakat.

5) Community Volunteering mengerahkan karyawan untuk kegiatan sosial. 6) Social Responsible Business Practices praktek produksi menyesuaikan

dengan isu sosial.

Komitmen dunia usaha dalam menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan ke dalam bentuk program CSR. Apabila perusahaan melakukan program-program CSR diharapkan keberlanjutan perusahaan akan terjamin dengan baik dan membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri. Oleh karena itu, program-program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan.

2.2.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR

Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki tiga cara pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan terhadap CSR yaitu:

1) Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena


(19)

terjadi masalah lingkungan) dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan).

2) Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan menjalankannya.

3) CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam

(internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya saja, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.

2.2.3 Pengembangan Masyarakat dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Wibisono (2007), perubahan paradigma perusahaan atau dunia usaha yang kini mengarah pada sikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial diwujudkan melalui kegiatan karitatif, filantropis dan menyelenggarakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (community development). Ada tiga alasan penting yang dikemukakan Wibisono (2007) mengapa kalangan dunia usaha harus merespon dan mengembangkan isi CSR sejalan dengan operasi usahanya, yaitu:

1) Perusahaan adalah bagian dari masyarakat sehingga perusahaan perlu memperhatikan kepentingan masyarakat.

2) Hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme antara kalangan dunia usaha dan masyarakat yaitu sebagai bentuk licence to operate masyarakat dan kontribusi perusahaan kepada masyarakat.

3) CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau menghindari konflik sosial.

Menurut Saidi (2003) dalam Meita (2009) dari upaya pengembangan konsep kedermawanan sosial perusahaan berorientasi pada keberlanjutan kegiatan sosial itu sendiri sehingga mendorong kegiatan bersedekah, pengembangan, dan akhirnya pemberdayaan masyarakat. Tahapan kedermawanan sosial perusahaan diawali dengan bentuk charity yang kemudian mengarah pada philantrophy dan akhirnya menuju corporate citizenship dengan menggunakan karakteristik seperti


(20)

motivasi, misi, pengelolaan, pengorganisasian, penerima manfaat, kontribusi serta inspirasi.

Tabel 1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial

Tahapan Charity Philantrophy Corporate Citizenship

Motivasi Agama, Tradisi, Adat

Norma, etika, dan hukum universal redistribusi kekayaan

Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial Misi Mengatasi

masalah sesaat

Mencari dan mengatasi akar masalah Memberikan kontribusi kepada masyarakat Pengelolaan Jangka pendek

menyelesaikan masalah besar

Terencana dan terorganisir serta terprogram

Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan

Pengorgani-sasian

Kepanitiaan Yayasan/ Dana abadi: profesionalitas Keterlibatan baik dana maupun sumber dana lain. Penerima

Manfaat

Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan Perusahaan

Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial maupun pembangunan) keterlibatan sosial. Inspirasi Kewajiban Kepentingan Bersama

Sumber: Zaim Saidi (2003) dalam Meita (2009). “Sumbangan Sosial Perusahaan” Profil dan pola distribusinya di Indonesia: Survei 226 Perusahaan di 10 kota oleh PIRAC. Ford Foundation.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa menurut sifatnya sumbangan dapat dibagi atas dua dimensi. Pertama karitas (charity) yakni memberi bantuan untuk kebutuhan dan kendala yang sifatnya sesaat dan mendesak. Kedua filantropi yaitu sumbangan atau berupa hibah yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau kegiatan yang diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat dan umumnya membutuhkan pengelolaan yang sistematis dan terencana (Saidi 2003 dalam

Meita 2009).

2.2.4 Implementasi CSR

Implementasi CSR di perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi tersebut diantaranya adalah komitmen pimpinannya, ukuran atau kematangan perusahaan, regulasi atau sistem perpajakan yang diatur pemerintah dan sebagainya (Wibisono 2007). Merujuk pada Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2005), ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:

1) Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau


(21)

menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager

untuk menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.

2) Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.

3) Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasai non-pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4) Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat hibah pembangunan. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

2.2.5 Manfaat CSR

CSR mendatangkan berbagai manfaat bagi perusahaan dan masyarakat yang terlibat dalam menjalankannya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu: dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholder, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang


(22)

mendapatkan penghargaan. Sedangkan manfaat CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat.

Menurut Rogovsky (2000) dalam Wibisono (2007) menunjukkan manfaat program ini adalah sebagai berikut :

1) Manfaat bagi indvidu karyawan: belajar metode alternatif dalam berbisnis, menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam lingkungan baru, mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan baru, memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan memberi kontribusi bagi komunitas lokal, dan mendapatkan persepsi baru atas bisnis.

2) Manfaat bagi penerima program: mendapatkan keahlian dan keterampilan profesional yang tidak dimiliki organisasi atau tidak memiliki dana untuk mengadakannya, mendapatkan keterampilan manajemen yang membawa pendekatan yang segar dan kreatif dalam memecahkan masalah, dan memperoleh pengalaman dari organisasi besar sehingga melahirkan pengelolaan organisasi seperti menjalankan bisnis.

3) Manfaat bagi perusahaan: memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas kerjasama komunitas: peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas, meningkatkan pengetahuan tentang komunitas lokal, meningkatkan citra dan profil perusahaan karena para karyawan menjadi duta besar bagi perusahaan.

Perwujudan CSR terhadap masyarakat sekitarnya adalah dengan membuat berbagai program pengembangan masyarakat. Program-program ini dibuat dengan melibatkan masyarakat secara penuh, tidak hanya sebagai objek tetapi subjek dari pembangunan.

2,3 Persepsi

2.3.1 Pengertian Persepsi

Menurut Rakhmat (2005) persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan


(23)

informasi dan menafsirkan pesan. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi, ekspektuasi, motivasi dan memori. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi berasal dari lingkungan yang kemudian diterima oleh panca indera manusia kemudian diproses dalam pikiran yang dipengaruhi oleh sensasi, atensi, ekspektuasi, motivasi dan memori sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dari informasi yang diperoleh tersebut. Persepsi masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah persepsi beberapa individu yang dianggap dapat mewakili masyarakat lainnya dalam wilayah yang sama.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional (Rakhmat 2005). Krech dalam Rakhmat (2005) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Faktor fungsional: faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal. Persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.

2) Faktor struktural: faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.

Selain faktor kebutuhan di atas, Leavitt (1978) juga menyatakan bahwa cara individu melihat dunia adalah berasal dari kelompoknya serta keanggotaannya dalam masyarakat. Artinya, terdapat pengaruh lingkungan terhadap cara individu melihat dunia yang dapat dikatakan sebagai tekanan-tekanan sosial.

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan individu merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi persepsi individu tersebut terhadap suatu obyek. Berkaitan dengan penelitian ini maka faktor personal atau faktor internal yang berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap perusahaan, yaitu: umur, pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga.


(24)

Yuwono (2006) mengatakan bahwa umur merupakan karakteristik individu yang menggambarkan pengalaman dalam diri individu tersebut. Pada umumnya semakin tua seorang petani semakin sulit menerima suatu perubahan atau dengan kata lain sudah puas dengan kondisi yang dicapai. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa umur petani hutan rakyat berpengaruh nyata terhadap tingkat persepsi. Pada umumnya semakin tua umur seorang petani maka persepsi terhadap hutan semakin buruk dan semakin muda umur petani maka persepsi terhadap hutan semakin baik.

Salah satu faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar petani adalah pendidikan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan akan semakin rasional pola pikir dan daya nalarnya. Pendidikan sebagai suatu proses yang berpengaruh pada pembentukan sikap (termasuk persepsi), karena pendidikan meletakkan dasar pengetahuan dan konsep moral dalam diri individu. Pendidikan baik formal maupun nonformal adalah sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Pada umumnya warga yang berpendidikan lebih baik akan lebih mudah dan lebih mampu berkomunikasi dengan baik (Azahari 1988).

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Jumlah anggota keluarga pada umumnya akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga (Sukandar 2007). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendapatan perkapita dan pengeluaran pangan menurun dengan peningkatan jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota dalam keluarga inti responden.

Jumlah anggota keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan empat orang. Keluarga sedang adalah keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga antara lima sampai tujuh orang dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih atau sama dengan delapan orang (Hurlock 1980).


(25)

2.3.3 Pentingnya Persepsi

Hubungannya dengan pelaksanaan kegiatan, tinggi rendahnya tingkat persepsi seseorang atau kelompok akan mendasari atau mempengaruhi tingkat peran serta dalam kegiatan. Persepsi yang baik terhadap sebuah program akan merupakan dasar dukungan dan motivasi positif untuk berperan serta, begitu pula sebaliknya persepsi yang buruk terhadap sebuah program merupakan penghambat bagi seseorang atau kelompok orang untuk berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan (Susiatik 1998).

2.4 Masyarakat

Pengertian masyarakat sering dihubungkan dengan kelompok orang yang hidup bersama di suatu tempat dan mempunyai nilai dan norma. Menurut Suparlan (1990), masyarakat adalah kumpulan dari sejumlah orang dalam suatu tempat tertentu yang menunjukkan adanya kepemilikan norma-norma hidup bersama walaupun di dalamnya terdapat berbagai lapisan atau lingkungan sosial.

Menurut Mayo (1998) sebagaimana dikutip oleh Suharto (2005), masyarakat dapat diartikan dua konsep, yaitu: (1) masyarakat sebagai sebuah

“tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama dan (2) masyarakat

sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan

kebudayaan dan identitas.

Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. Dari kedua pengertian di atas, masyarakat merupakan sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu, dengan aturan yang berlaku di tempat tersebut berupa norma dan nilai atau dengan kata lain mempunyai adat istiadat sebagai hasil dari interaksi yang mereka lakukan sejak lama.


(26)

3.1 Kerangka Pemikiran

Dalam rangka menuju good corporate governance, IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola kini telah membentuk bagian khusus CSR dalam perusahaannya. Perwujudan penerapan CSR dapat dilihat dari pandangan perusahaan terhadap CSR, dan tahap impelementasi CSR. Penilaian keberhasilan pelaksanaan CSR dilakukan melalui analisis persepsi masyarakat terhadap program CSR yang telah dilaksanakan IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola.

Persepsi masyarakat sebenarnya merupakan kumpulan persepsi dari individu-individu. Adapun persepsi individu tersebut dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya (faktor individu) dan faktor yang berasal dari luar dirinya atau lingkungannya (faktor lingkungan). Penilaian tingkat persepsi dibuat ke dalam tiga kelompok persepsi, yaitu: positif, netral dan negatif.

Implementasi CSR yang dikaji dilihat dari pelaksanaan CSR perusahaan berupa bantuan fisik dan bantuan program. Bantuan fisik merupakan bantuan dari perusahaan dalam bentuk bangunan fisik di lingkungan masyarakat. Bantuan program merupakan bantuan berupa program kegiatan. Kerangka pemikiran operasional disajikan pada Gambar 1.


(27)

Gambar 1. Kerangka pemikiran operasional

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola di Kecamatan Meranti Kabupaten Landak, pada bulan Juli sampai bulan September 2010. Dusun yang menjadi objek penelitian ini adalah Dusun Ampadi dan Dusun Ompeng. Kedua dusun tersebut dipilih karena telah mendapatkan program CSR dari perusahaan.

3.3 Jenis Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh langsung dari wawancara dengan masyarakat dan tokoh kunci yang terkait dengan penelitian. Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu:

Rekomendasi CSR PT. Nityasa Idola

Persepsi Masyarakat Implementasi CSR

Positif

- Sangat baik - Baik

Netral Negatif

- Buruk - Sangat buruk

Bantuan Fisik Bantuan

Program

Observasi lapang dan wawancara person kunci

Karakteristik individu dan lingkungan

Observasi lapang dan wawancara rumah tangga


(28)

1) Karakteristik responden, meliputi: nama, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan mata pencaharian.

2) Persepsi masyarakat

3) Keterlibatan masyarakat terhadap program CSR perusahaan.

4) Dampak yang diperoleh masyarakat dengan adanya program CSR perusahaan.

5) Implementasi CSR perusahaan

6) Dampak yang diperoleh perusahaan, meliputi: citra perusahaan di mata masyarakat menjadi baik, peningkatan produksi tanaman hasil kerjasama lahan dengan masyarakat.

Data sekunder mencakup keadaan lingkungan baik fisik maupun sosial ekonomi masyarakat yang telah tersedia baik dari tingkat desa maupun dari instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Keadaan umum lokasi penelitian, meliputi: sejarah perusahaan dan keadaan fisik lingkungan.

2) Keadaan umum penduduk, meliputi: jumlah penduduk, pendidikan, agama dan mata pencaharian penduduk.

3) Data perusahaan berupa dokumen Rencana Kerja Umum (RKU) dan dokumen rencana dan realisasi CSR.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan wawancara, serta pengumpulan data statistik yang turut membantu dalam penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada pihak perusahaan dan masyarakat sekitar yang berada dalam wilayah kerja IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola. Kuisioner berisikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan CSR perusahaan, pandangan dan dampak yang diperoleh setelah diadakannya kegiatan CSR.


(29)

3.5 Metode Pemilihan Responden

Subyek dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi responden dan informan. Responden adalah masyarakat yang merasakan program CSR yang diadakan oleh PT. Nityasa Idola.Informan adalah pihak PT. Nityasa Idola sebagai perusahaan yang menjalankan CSR dan juga pihak-pihak lain yang terkait. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 29 orang, 20 responden berasal dari Dusun Ampadi dan 9 responden berasal dari Dusun Ompeng. Jumlah informan yang diwawancarai sebanyak tiga orang, yakni dua orang merupakan staf bagian CSR PT. Nityasa Idola dan satu orang merupakan kepala bagian farmasi Puskesmas Kecamatan Meranti.

Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling, yakni dengan memilih masyarakat yang berada di sekitar wilayah kerja PT. Nityasa Idola yang merasakan program CSR perusahaan sebagai sample. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar responden dapat merepresentasikan keadaan masyarakat yang merasakan program CSR perusahaan secara keseluruhan.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis data kualitatif. Analisis data primer dan data sekunder diolah menggunakan tiga tahapan analisis cara dan dilakukan bersamaan, yaitu: reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sitorus 1998).

Berdasarkan deskripsi dan hubungan antar variabel yang ada di lapangan, dilakukan analisis, yaitu: 1) Kondisi sosial ekonomi masyarakat secara umum disekitar kawasan perusahaan, 2) Analisis persepsi masyarakat umum terhadap kegiatan CSR perusahaan dan terhadap perusahaan secara umum, 3) Analisis implementasi CSR perusahaan, dan 4) Analisis dampak keberadaan perusahaan terhadap lingkungan, dan sosial ekonomi masyarakat.

3.6.1 Analisis data karakteristik responden

Karakteristik individu adalah ciri-ciri dan kondisi sosial ekonomi responden pada daerah contoh yang kemudian dibagi menjadi usia, tingkat


(30)

pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, dan pendapatan. Pengolahan data dilakukan dengan statistika dasar yang kemudian dideskripsikan.

3.6.2 Analisis pendapatan

Analisis pendapatan dilakukan dengan menggunakan metode analisis garis kemiskinan Sajogyo (1996). Seseorang digolongkan berada di bawah garis kemiskinan apabila memiliki pendapatan per kapita kurang dari nilai 320 kg beras ekuivalen per kapita/tahun (Sajogyo 1996). Nilai tersebut digunakan mengingat lokasi penelitian adalah di pedesaan. Perhitungan pendapatan per kapita pada penelitian ini diperoleh dari hasil pendapatan total responden per tahun dibagi dengan jumlah tanggungan keluarga.

Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu wilayah per tahun. Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu wilayah pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu wilayah pada tahun tersebut.

3.6.3 Tingkat persepsi masyarakat

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Skala Likert 5. Skala Likert merupakan skala yang paling banyak digunakan untuk pengukuran sikap maupun persepsi. Tanggapan dari Skala Likert 5, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Biasa (B), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) secara berturut bernilai 5, 4, 3, 2, 1. Pernyataan dalam item-item favorable mengandung nilai-nilai yang positif sampai item-item unfavorable yang mengandung nilai negatif (Ridwan dan Sunarto 2007). Data yang didapatkan dilakukan editing, untuk mengecek kelengkapan pengisian kuesioner, setelah itu dilakukan coding di buku kode untuk mempermudah pengolahan data, sistem scoring dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor semakin tinggi kategorinya. Setelah dijumlahkan dan selanjutnya akan dikategorikan dengan menggunakan teknik scoring secara


(31)

normatif yang dikategorikan berdasarkan interval kelas (Slamet 1993) sebagai berikut:

Keterangan: n = batas selang

Max = nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor Min = nilai minimum yang diperoleh dari skor

= jumlah kategori

Tabel 2 Tingkat persepsi berdasarkan skala Likert

No Interval nilai tanggapan Tingkat persepsi

1 4,2 - 5,0 Sangat baik

2 3,4 - 4,2 Baik

3 2,6 - 3,4 Sedang

4 1,8 - 2,6 Buruk

5 1,0 - 1,8 Sangat buruk

Data untuk mengetahui informasi persepsi diantaranya adalah: 1) Persepsi responden terhadap keberadaan hutan.

2) Persepsi responden terhadap program CSR perusahaan.

3) Persepsi responden terhadap kinerja perusahaan dalam pelaksanaan usaha yang dikerjasamakan bersama masyarakat.

Selain itu dilakukan analisis pengaruh karakteristik responden terhadap persepsi responden. Analisis hubungan karakteristik terhadap persepsi digunakan untuk mengetahui trend pengaruh karakteristik responden terhadap persepsi pada perusahaan. Analisis hubungan ini dilakukan dengan menggunakan program

software Mini Tab 1.5.

3.6.4 Dampak program CSR perusahaan

Keberhasilan sebuah program akan terlihat jika dinilai dari dua pihak, yakni dari pihak penyelenggara program dan dari pihak yang menerima program.


(32)

Dampak bagi masyarakat adalah efek yang terjadi pada masyarakat dalam hal sosial ekonomi setelah dilaksanakannya CSR oleh perusahaan. Sedangkan dampak pada perusahaan adalah efek balik yang diberikan masyarakat setelah dilaksanakannya program dari perusahaan.

Variabel dampak yang ingin diketahui diantaranya adalah:

1) Penambahan sarana prasarana umum di lingkungan masyarakat, 2) Peningkatan ekonomi masyarakat,

3) Citra positif masyarakat terhadap perusahaan, 4) Peningkatan produksi tanam perusahaan.


(33)

4.1 Sejarah Perusahaan

Pemerintah melalui keputusan Menteri Kehutanan No. 329/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 memberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri kepada PT. Nityasa Idola seluas 113.196 Ha. Sejarah perkembangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) PT. Nityasa Idola disajikan dalam uraian berikut.

Berdasarkan Surat Ditjen Pengusahaan Hutan No. 1936/IV-PPH/1994 mulai tahun 1995 PT. Nityasa Idola melaksanakan uji tanaman seluas 200 hektar di Kecamatan Ledo Kabupaten Sambas, namun mengalami hambatan dari masyarakat. Kegiatan usaha perusahaan semakin terganggu dengan terjadinya konflik sosial masyarakat antar Suku Dayak dan Suku Madura pada tahun 1997 hingga akhirnya perusahaan harus meninggalkan areal konsesinya demi keselamatan para pegawai. Pada tahun 2006 PT. Nityasa Idola kembali mengajukan pembaharuan izin usaha kepada Menteri Kehutanan dan melakukan pengulangan kegiatan uji tanaman areal seluas 200 hektar yang terletak di Kampung Malosa dan Sukamulya, Kecamatan Bengkayang yang sudah mencapai tahap penanaman.

Penanaman berdasarkan Rencana Karya Tahunan (RKT), dilakukan untuk RKT 1998/1999 mencapai sekitar 600 hektar ditambah percobaan penanaman seluas 200 hektar. Selain penanaman, selama pelaksanaan RKT tersebut dibangun persemaian permanen yang mampu memproduksi bibit 2 juta bibit/tahun. Sedangkan bibit yang sudah diproduksi 1.686.315 bibit yang terdiri dari jenis

Acacia mangium, Gmelina arborea dan Eucalyptus spp.

Bina desa hutan yang telah dilakukan oleh PT. Nityasa Idola sampai dengan tahun 1999 adalah pembangunan sarana dan prasarana peribadatan satu buah seluas 60 m2, bangunan serba guna satu buah seluas 60 m2, pengembangan karet rakyat seluas 10 ha, demplot pertanian tumpangsari seluas 1,6 hektar serta mengadakan sarasehan dan penyuluhan sebulan sekali. Kegiatan ini terus


(34)

berlangsung hingga pecahnya kerusuhan besar di Kalimantan Barat pada tahun 1997 yang terulang dengan skala yang lebih luas pada tahun 1999.

Kondisi keamanan dan perkembangan sosial masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat pasca kerusuhan tahun 1997 dan 1999 membuat situasi menjadi sangat tidak kondusif untuk pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan hutan tanaman dan investasi pada umumnya antara lain dengan terjadinya penguasaan dan penggunaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar hutan yang mengakibatkan luas areal yang dapat ditanami tidak lagi sesuai dengan Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (RKPHTI) yang telah disetujui oleh Dirjen Pengusahaan Hutan dengan Surat Keputusan Nomor 251/Kpts/VI/1999 tanggal 27 Desember 1999 dimana direncanakan bahwa luas efektif tanaman adalah 64.000 hektar, dengan daur tanaman 8 tahun dengan jenis tanaman Acacia mangium, Gmelina arborea dan Paraserianthes falcataria.

Mempertimbangkan perubahan yang terjadi, PT. Nityasa Idola pada akhir tahun 2006 memohon persetujuan untuk perubahan (revisi) Rencana Kerja Umum Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) HTI. Pada tanggal 4 Oktober 2007, PT. Nityasa Idola memperoleh pengesahan atas revisi Rencana Kerja IUPHHK HTI dalam Hutan Tanaman periode tahun 1998 sampai dengan 2041 dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. 248/VI-BPHT/2007 tentang Persetujuan dan pengesahan Revisi Keputusan Direktur Jendral Pengusahaan Hutan Produksi Nomor 351/Kpts-VI/1999 tentang pengesahan Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman (RKPHT) yang meliputi seluruh jangka waktu pengusahaan hutan atas nama PT. Nityasa Idola di Provinsi Kalimantan Barat.

Berdasarkan revisi rencana kerja ini, mulai tahun 2007 PT. Nityasa Idola melakukan kegiatan pembuatan tanaman dan sampai akhir tanam 2008 telah menyelesaikan penanaman seluas 280 hektar dengan jenis tanaman sengon serta membangun tiga buah persemaian yang dikelola bersama masyarakat masing-masing dengan kapasitas produksi 1.200.000 batang bibit per tahun.


(35)

4.2 Letak dan Luas Areal Kerja

Areal IUPHHK HTI yang dikelola oleh PT. Nityasa Idola terletak di dua administrasi pemerintahan otonom, yaitu Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Landak. Keduanya terletak di Provinsi Kalimantan Barat. Secara fisik, areal IUPHHK HTI PT. Nityasa Idola dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentang lahan yaitu satu bentang di Kabupaten Bengkayang dan dua bentang lahan di Kabupaten Landak.

Areal kerja IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola secara geografis terletak pada

garis lintang 0°22’48” - 01°04’18” Lintang Utara dan garis bujur 109°22’ -

109°54’ Bujur Timur. Secara administrasi areal kerja IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola terletak di Kabupaten Landak dan Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Untuk di Kabupaten Bengkayang wilayah mencakup Kecamatan Samalantan, Bengkayang, Ledo, Sanggau Ledo, Seluas, Sungai Raya, Capkala, Monterado, Teriak, Sungai Betung, Suti Semarang, Lumar, Jagoi Babang dan Siding. Sedangkan untuk di Kabupaten Landak, terletak di wilayah Kecamatan Kuala Behe, Air Besar, Sebangki, Ngabang, Meranti, Menyuke, Mempawah Hulu, Menjalin, Mandor dan Sengah Temila. IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola memiliki luas total areal konsesi sebesar 113.196 Ha.

4.3 Iklim dan Hidrologi

Iklim di kawasan konsesi IUPHHK HTI PT. Nityasa Idola dapat dimasukkan dalam tipe A menurut pembagian iklim Schmidt Ferguson. Cara pembagian iklim menurut Schimdt Fergusson berdasarkan perhitungan jumlah bulan-bulan terkering dan bulan-bulan terbasah setiap tahun kemudian dirata-ratakan. Untuk bulan terbasah (dengan curah hujan tertinggi) adalah bulan Januari dengan curah hujan sebesar 430 mm/bulan. Sedangkan untuk bulan terkering (dengan curah hujan terendah) adalah bulan Agustus dengan curah hujan sebesar 87 mm/bulan (PT. Nityasa Idola 2007). Di wilayah konsesi IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola mengalir beberapa sungai, yaitu: Sintangan, Ledo, Tumek, Sebalau, Menyuke, Sengah, Perabe, Behe dan Beringin.


(36)

4.4 Kondisi Hutan

Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan tentang penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan untuk Provinsi Kalimantan Barat yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 259/Kpts-II/2000 tanggal 20 Agustus Tahun 2000 areal HTI PT. Nityasa Idola berada di kawasan Hutan Produksi, dengan beberapa bagian dari areal tersebut juga terdapat areal dengan fungsi konservasi, hutan lindung, dan penggunaan lain dalam hal ini transmigrasi. Keadaan hutan berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Barat disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Keadaan hutan pada areal kerja IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola berdasarkan peta penunjukkan kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Barat

No

Perkembangan areal pada IUPHHK HTI pada

Hutan Tanaman

Fungsi hutan

HP HPT HPK HL Hutan

Konservasi APL 1 Posisi awal (Keputusan

IUPHHK HTI) 109.926 0 3.270 0 0 0 2 Penambahan (Surat

Menhut) 0 0 0 5.511 5.134 1.701 Posisi sekarang 100.850 0 0 5.511 5.134 1.701

Total 113.196

Sumber: PT. Nityasa Idola (2007)

Sementara itu dengan menggunakan Citra Landsat 7 ETM+Band 542, Path/Row 121/59 dan 121/60 liputan 31 Oktober 2008 diperoleh data yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Keadaan penutupan lahan berdasarkan peta hasil penafsiran citra satelit

No Fungsi Hutan Areal berhutan Areal Tak Berhutan

Tertutup Awan (Ha) VF (Ha) LOA (Ha)

1 Hutan Produksi Tetap 0 6.997 90.831 3.022 2 Hutan Produksi Terbatas 0 0 0 0 3 Hutan Produksi Konservasi 0 0 0 0 4 Hutan Lindung 0 131 3.424 1.956 5 Hutan Konservasi 0 472 4.662 0

6 APL 0 95 653 953

Jumlah 0 7.695 99.570 5.931 Sumber: PT. Nityasa Idola (2007)


(37)

4.5 Jenis Tanaman HTI PT. Nityasa Idola

Jenis tanaman yang dipilih sebagai tanaman pokok pada IUPHHK HTI PT. Nityasa Idola adalah tanaman Sengon. Tanaman sengon dipilih karena berdasarkan pertimbangan industri yang pada saat ini PT. Nityasa Idola menempatkan industri pengolahan kayu PT. Dharma Satya Nusantara sebagai industri terkait strategis yang akan menjadi pasar utama kayu dari IUPHHK-HTI nya. PT. Dharma Satya Nusantara saat ini merupakan salah satu industri pengolahan kayu besar di Jawa yang menyerap hingga 1,2 juta meter kubik kayu sengon per tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan industri tersebut, PT. Nityasa Idola membuat target tanam sebesar 4.000 sampai dengan 5.000 Ha per tahun. Namun dalam dua tahun yang sudah berjalan, realisasi tanam pada tahun 2008 hanya tercapai 284 Ha sedangkan pada tahun 2009 hanya tercapai 1.467 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi tanam di PT. Nityasa Idola masih jauh dari target.

Sengon dalam bahasa latin disebut Paraserienthes falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga polong-polongan. Sengon memiliki beberapa nama daerah seperti Jeunjing (Sunda), Sengon Sabrang (Jawa), Seja (Ambon), Sikat (Banda), Tawa (Ternate), dan Gosui (Tidore). Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman Sengon adalah kayu. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30 sampai 45 meter dengan diameter batang sekitar 70 sampai 80 cm. Bentuk batang Sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV – V (Dinas Kehutanan dan Perkebunan 2010).

4.6 Pola Kemitraan dengan Masyarakat

PT. Nityasa Idola memiliki izin konsesi pada kawasan hutan yang banyak diklaim sebagai kawasan hutan adat oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu, dalam pembangunan usahanya, perusahaan harus meminta izin kepada masyarakat terlebih dahulu sebelum melakukan pekerjaan di lapangan. Bentuk kerjasama perusahaan agar mendapatkan izin dari masyarakat setempat adalah dengan menggunakan pola kemitraan pemanfaatan lahan milik masyarakat.


(38)

Dalam surat kerjasama kemitraan tersebut berisi mengenai hak dan kewajiban bagi perusahaan dan masyarakat. Perjanjian tersebut dibuat untuk memperoleh izin penggunaan lahan yang akan digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan penanaman pohon Sengon dengan masa kontrak selama delapan tahun yang berisi beberapa kesepakatan, yaitu:

1) Perusahaan wajib memberikan dana ganti rugi kepada masyarakat sebesar Rp 60.000,- untuk setiap satu hektar lahan yang dikerjasamakan masyarakat kepada perusahaan.

2) Perusahaan memberikan bibit karet unggul kepada masyarakat sebanyak 21 bibit untuk setiap satu hektar lahan yang dikerjasamakan masyarakat kepada perusahaan.

3) Perusahaan memberikan bagi hasil keuntungan kepada pemilik lahan sebesar Rp 2.500,- per meter kubik pada tahap penjarangan.

4) Perusahaan memberikan bagi hasil keuntungan kepada pemilik lahan sebesar Rp 5.000,- per meter kubik pada tahap pemanenan akhir.

5) Perusahaan melakukan kegiatan pemeliharaan sebanyak tiga kali per tahun selama dua tahun.

4.7 Kondisi Sosial Ekonomi

Areal IUPHHK HTI PT. Nityasa Idola berada pada dua wilayah kabupaten, yaitu: Bengkayang dan Landak. Secara potensial, keadaan sosial dan potensi ekonomi pada kedua kabupaten tersebut akan mempengaruhi perkembangan PT. Nityasa Idola terutama dari segi penyediaan tenaga kerja dan penilaian terhadap besarnya kontribusi PT. Nityasa Idola kepada pengembangan ekonomi regional.

Badan Pusat statistik Kabupaten Bengkayang (BPS Kabupaten Bengkayang 2007) dalam PT. Nityasa Idola (2007) memproyeksikan untuk dua kecamatan yang terletak dan atau berdekatan dengan areal IUPHHK HTI PT. Nityasa Idola, jumlah penduduk tahun 2006 adalah 32.791 jiwa, dengan tingkat kepadatan 51 jiwa per km2. Jika menggunakan angka rata-rata Kabupaten Bengkayang di kedua kecamatan ini penduduk umur produktif diperkirakan


(39)

berjumlah 19.361 orang dengan sekitar 21% diantaranya termasuk dalam usia sekolah.

Tabel 5 Jumlah penduduk, agama, mata pencaharian dan fasilitas umum

No Uraian Satuan Jumlah

Bengkayang Landak Total

1 Jumlah penduduk Orang 211.883 323.075 234.958 Anak-anak (<17 tahun)

Laki-laki Orang 125.992 162.300 268.272 Perempuan Orang 100.172 120.351 250.723 Angkatan tidak produktif (<55 tahun)

Laki-laki Orang 3.117 5.675 8.792 Perempuan Orang 2.602 4.749 7.351

2 Agama dan aliran kepercayaan

Islam Orang 67.569 50.268 117.837 Katolik/Protestan Orang 139.864 269.679 409.543 Lain-lain Orang 4.450 3.128 7.587

Sumber: PT. Nityasa Idola (2007)

Terdapat enam kecamatan yang berada di Kabupaten Landak, luasnya 6.884 km2 atau 69% dari luas kabupaten dengan jumlah penduduk menurut proyeksi BPS Kabupaten Landak (Kabupaten Landak dalam angka 2007) sebanyak 238.062 jiwa atau 73% dari jumlah penduduk Kabupaten Landak, dengan kepadatan 35 jiwa per km2. Jika menggunakan rata-rata angka Kabupaten, penduduk usia produktif berjumlah sekitar 154 ribu.


(40)

5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur

Umur merupakan salah satu karakteristik individu yang mempengaruhi fungsi biologis, psikologis dan sosiologis. Umur dari masyarakat sekitar PT. Nityasa Idola yang menjadi responden dibagi kedalam lima kelas umur dengan selang umur sepuluh tahun. Sebaran umur responden dapat dilihat pada Table 6.

Tabel 6 Distribusi responden menurut kelompok umur

Kelompok umur (tahun)

Ompeng Ampadi Total Responden

n % n % n %

20-29 1 11,11 2 10,00 3 10,34

30-39 5 55,56 4 20,00 9 31,03

40-49 0 0,00 5 25,00 5 17,24

50-59 2 22,22 5 25,00 7 24,14

60-70 1 11,11 4 20,00 5 17,24

Total 9 100,00 20 100,00 29 100,00

Sebaran umur responden sebagian besar (31,03%) terdapat pada selang umur antara 30 sampai dengan 39 tahun (Tabel 6). Umur responden mempengaruhi kemampuan dalam melakukan aktivitas, curahan tenaga serta kematangan dalam bertindak. Menurut Suyono (1991) umur produktif adalah umur yang berada di atas 10 tahun dan kurang dari 51 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa responden pada umumnya masih produktif untuk bekerja. Hal ini sangat sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa responden pada umumnya masih produktif untuk bekerja.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap persepsi responden. Hasil identifikasi di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat (82.76%) tergolong rendah, yaitu tidak bersekolah dan lulus SD. Hanya sebagian kecil


(41)

(10.35%) yang tergolong berpendidikan tinggi yaitu tamatan SMA dan Diploma (Tabel 7).

Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat

Pendidikan

Ompeng Ampadi Total Responden

n % n % n %

Tidak Sekolah 5 55.56 9 45.00 14 48.28

SD 2 22.22 8 40.00 10 34.48

SMP 0 0.00 2 10.00 2 6.90

SMA 1 11.11 1 5.00 2 6.90

Diploma 1 11.11 0 0.00 1 3.45

Total 9 100.00 20 100.00 29 100.00

Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, rendahnya tingkat pendidikan responden disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: 1) ketidakmampuan untuk menyekolahkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena memiliki tingkat pendapatan yang rendah sehingga penghasilan yang diperoleh dari usahatani diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pokok, 2) rendahnya tingkat kesadaran akan pentingnya sekolah, dan 3) aksesibilitas ke sekolah yang sulit karena sebagian besar sekolah lanjutan lebih banyak berada di ibukota kecamatan.

5.1.3 Jumlah Anggota Keluarga

Badan Pusat Statistik (2005) diacu dalam Sukandar (2007) menyatakan bahwa sebuah rumah tangga dengan hanya seorang ayah, ibu dan anak disebut keluarga nuklir (keluarga terpusat), dan keluarga nuklir ditambah keluarga lain atau orang lain disebut keluarga yang diperluas.

Tabel 8 Jumlah anggota keluarga responden Jumlah anggota

keluarga

Ompeng Ampadi Total Responden

n % n % n %

Kecil (< 4 orang) 6 66,67 14 70,00 20 68,97

Sedang (5-7 orang) 3 33,33 4 20,00 7 24,14

Besar (>7 orang) 0 0,00 2 10,00 2 6,90

Total 9 100,00 20 100,00 29 100,00

Sebagian besar jumlah anggota keluarga responden (68,97%) tersebar pada keluarga kecil (Tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden tidak


(42)

memiliki tanggungan keluarga yang besar sehingga pembagian pendapatan di keluarga tidak terlalu besar. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga (Sukandar 2007), dalam arti semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak pula pengeluaran rumah tangga orang tersebut dan begitu pun sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga maka akan sedikit pula pengeluaran rumah tangga orang tersebut.

5.1.4 Mata Pencaharian

Mata pencaharian responden dapat dikategorikan menjadi dua yaitu mata pencaharian berupa usaha tani dan non usaha tani. Mata pencaharian usaha tani disini adalah kegiatan perladangan berpindah dan perkebunan. Hampir seluruh masyarakat sekitar perusahaan melakukan pekerjaan sebagai peladang berpindah padi lading karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan adat dayak setempat. Usahatani perkebunan di lapangan adalah perkebunan karet, tanaman lada, dan tanaman buah-buahan. Sedangkan jenis pekerjaan non usaha tani, yaitu pedagang, PNS, karyawan perusahaan, ojek kayu, tengkulak getah karet, tukang tebang, dan pegawai Credit Union. Untuk melihat sebaran mata pencaharian masyarakat yang melakukan pekerjaan usahatani dan non usahatani, dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Mata pencaharian responden

Mata Pencaharian Ompeng Ampadi Total Responden

n % n % n %

Usahatani 6 66,67 15 75,00 21 72,41

Usahatani&Nonusahatani 3 33,33 5 25,00 8 27,59

Total 9 100,00 20 100,00 29 100,00

Seluruh responden (100%) memiliki mata pencaharian utama usaha tani dan hanya sedikit (27,59%) yang memiliki mata pencaharian tambahan dari non usaha tani (Tabel 9). Responden dari Dusun Ampadi yang memiliki pendapatan tambahan dari non usahatani terdapat lima orang, yakni: tiga orang berprofesi sebagai pedagang, satu orang sebagai tengkulak getah karet, dan satu orang sebagai pegawai swasta. Responden dari Dusun Ompeng yang memiliki


(43)

pendapatan tambahan dari non usahatani terdapat tiga orang, yakni: satu orang sebagai tengkulak getah karet, satu orang sebagai pedagang, dan satu orang sebagai penjual batu.

Kegiatan berladang bagi masyarakat sekitar merupakan kegiatan yang sudah menjadi tradisi adat setempat. Sehingga setiap orang di Kecamatan Meranti memiliki mata pencaharian usahatani sebagai peladang berpindah.

5.1.5 Pendapatan Responden

Tingkat pendapatan responden diperhitungkan berdasarkan seluruh pendapatan yang diperoleh keluarga responden dalam satu bulan, baik dari usahatani maupun non-usahatani. Pekerjaan usahatani yang dijalankan masyarakat adalah berladang berpindah dan menjual hasil hutan berupa getah karet. Pekerjaan non usahatani yang dijalani oleh responden dari Dusun Ompeng antara lain sebagai pedagang, tengkulak getah karet dan penjual batu. Sedangkan pekerjaan non usahatani responden Dusun Ampadi antara lain sebagai pedagang, tengkulak getah karet dan pegawai swasta. Sebaran tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran tingkat pendapatan warga Kondisi Pendapatan

(Rp/Bulan)

Ompeng Ampadi Total Responden

n % n % n %

<1.100.000 2 22,22 15 75,00 17 58,62

1.100.000-1.750.000 4 44,44 3 15,00 7 24,14

>1.750.000 3 33,33 2 10,00 5 17,24

Total 9 100,00 20 100,00 29 100,00

Sebagian besar responden dari Dusun Ompeng (44,44%) berpenghasilan antara Rp 1.100.000,- sampai dengan Rp 1.750.000,- per bulan. Sedangkan sebagian besar responden di Dusun Ampadi (75,00%) berpenghasilan kurang dari Rp 1.100.000,- per bulan (Tabel 10).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan responden dari Dusun Ompeng adalah Rp 1.510.000,- dengan kisaran pendapatan antara Rp 450.000,- sampai Rp 2.400.000,-. Rata-rata pendapatan responden di Dusun


(44)

Ampadi adalah Rp 1.023.000,-dengan kisaran antara Rp 450.000,- sampai dengan Rp 2.400.000,-. Penghasilan rata-rata Dusun Ompeng yang lebih besar dibandingkan dengan Dusun Ampadi dapat disebabkan karena akses Dusun Ompeng lebih dekat menuju pusat ekonomi desa sehingga dalam menggerakkan perekonomiannya dapat lebih cepat dan murah dibandingkan dengan Dusun Ampadi.

Berdasarkan informasi dari PT. Nityasa Idola, pendapatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh perubahan harga karet di pasar. Pada tahun 2009 harga karet hanya berkisar antara Rp 4.000,- sampai dengan Rp 7.000,-. Sedangkan harga karet pada saat bulan September 2010 berkisar antara Rp 10.000,- sampai dengan Rp 13.000,- per kilogram.

5.1.6 Analisis pendapatan per kapita

Dalam penelitian ini tingkat kesejahteraan dianalisis menggunakan pendekatan garis kemiskinan Sajogyo (1996). Pada perhitungan garis kemiskinan Sajogyo, digunakan nilai beras dengan harga lokal Rp 8.000,-/kilogram dan diperoleh nilai sebesar Rp 2.560.000,-. Bila rata-rata pendapatan per kapita lebih besar dari hasil perhitungan berdasarkan acuan (Rp 2.560.000,-/kapita/tahun), maka dikategorikan penduduk tidak miskin. Sebaliknya jika pendapatan per kapita (PCI/per capita income) lebih kecil dari nilai berdasarkan perhitungan standar garis kemiskinan Sajogyo, maka penduduk dikategorikan miskin. Nilai rata-rata pendapatan per kapita responden lebih besar dari acuan adalah sebesar Rp 5.858.276,-. Hal ini menunjukkan tingkat kecukupan ekonomi responden relatif baik dan masyarakat yang hidup di desa dapat terpenuhi kebutuhan primernya. Rata-rata pendapatan per kapita per tahun responden di Dusun Ampadi adalah Rp 4.846.000,- dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak tiga orang. Sedangkan rata-rata pendapatan per kapita per tahun responden di Dusun Ompeng adalah Rp 8.107.777,- dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak tiga orang. Dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan per kapita Dusun Ompeng lebih besar dibandingkan dengan Dusun Ampadi. Dapat diketahui pula bahwa peran hutan sangat nyata untuk memberantas kemiskinan yaitu dengan menopang hidup bekerja di hutan.


(45)

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa rata-rata masyarakat yang berdomisili di lokasi penelitian, berada di atas garis kemiskinan. Akan tetapi tidak semua responden yang berada di Dusun Ampadi dan Dusun Ompeng merupakan warga yang hidup di atas garis kemiskinan. Mengacu pada nilai analisis tingkat kesejahteraan berdasarkan perhitungan garis kemiskinan Sajogyo, terdapat dua orang responden dari Dusun Ampadi dan satu orang responden dari Dusun Ompeng yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga dikategorikan penduduk miskin. Pendapatan per kapita mereka di bawah Rp 2.560.000,-/kapita/tahun, yakni untuk Dusun Ampadi masing-masing besarnya Rp 2.250.000,-/kapita/tahun dan Rp 1.200.000,-/kapita/tahun, dan responden dari Dusun Ompeng yang berada di bawah garis kemiskinan memiliki pendapatan per kapita sebesar Rp 1.350.000,-. Responden Dusun Ampadi yang termasuk ke dalam kriteria miskin.

Gambar 2 Perbandingan PCI responden dengan standar garis kemiskinan Sajogyo

Pendapatan rata-rata masyarakat Dusun Ompeng lebih besar dibandingkan dengan pendapatan masyarakat Dusun Ampadi (Gambar 2) karena Dusun Ompeng memiliki akses menuju tempat aktivitas ekonomi yang lebih dekat dibandingkan dengan Dusun Ampadi. Selain itu, berdasarkan penuturan masyarakat sekitar bahwa rata-rata kepemilikan lahan masyarakat Dusun Ompeng

x Rp 1,000

Rp 8,108,777


(46)

lebih banyak dibandingkan dengan Dusun Ampadi. Luasan kepemilikan lahan dapat mempengaruhi tingkat pendapatan yang bersumber dari usahatani yakni berkebun getah karet.

5.1.7 Akses Masyarakat Terhadap Informasi

Pada dasarnya informasi tentang CSR selalu ada, tetapi tidak semua anggota masyarakat menerimanya. Informasi tidak selalu langsung dari pihak perusahaan. Masyarakat pada umumnya menerima informasi dari ketua dusun, tokoh masyarakat atau tetangganya yang menerima informasi terlebih dahulu dari mereka yang mengikuti sosialisasi. Biasanya seluruh masyarakat desa diundang untuk mengikuti sosialisasi program, namun sering kali yang hadir hanya orang-orang tertentu saja, misalnya ketua dusun dan tokoh-tokoh masyarakat.

Tabel 11 Akses masyarakat terhadap informasi CSR perusahaan

Akses Informasi Ompeng Ampadi Total Responden

n % n % n %

Baik 9 100,00 16 80,00 25 86,21

Kurang baik 0 0,00 4 20,00 4 13,79

Total 9 100,00 20 100,00 29 100,00

Seluruh warga Dusun Ompeng mengaku selalu memperoleh informasi mengenai program CSR perusahaan. Sedangkan Dusun Ampadi ada sebagian kecil (20%) yang terkadang tidak mengetahui mengenai program CSR perusahaan (Tabel 11). Pada dasarnya, perusahaan mengharapkan masyarakat dapat menerima informasi tentang program-program tersebut dari mereka yang mengikuti sosialisasi, tetapi terkadang mereka yang mengikuti sosialisasi tersebut tidak menyampaikan kembali kepada masyarakat.

5.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR

PT. Nityasa Idola mengimplementasikan CSR karena dua hal, yaitu: pertama, adanya kebijakan dari pemerintah yang diatur dalam Kepmen BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 dan kedua, karena adanya kebutuhan dari perusahaan untuk menjalankan kegiatan sosial yang disebabkan kondisi sosial


(47)

sekitar perusahaan yang kurang kondusif. Jika dihubungkan dengan teori Wibisono (2007) mengenai pandangan perusahaan, PT. Nityasa Idola memiliki dua pandangan terhadap CSR sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance) dan karena keterpaksaan akibat kondisi lingkungan sosial masyarakat sekitar yang kurang mendukung kegiatan usaha perusahaan (external driven). Seharusnya perusahaan dapat memandang CSR sebagai tanggung jawab sosial yang secara tulus diberikan kepada masyarakat.

5.3 Upaya Perusahaan Membina Hubungan dengan Masyarakat

Perusahaan membina hubungan dengan masyarakat melalui dua tahap, pertama dengan didampingi oleh tokoh masyarakat setempat dan untuk sosialisasi selanjutnya dilakukan secara langsung oleh pegawai perusahaan tanpa didampingi tokoh setempat. Sosialisasi untuk penerapan program CSR disampaikan setelah desa-desa yang bersangkutan menjalin kerjasama dengan perusahaan dalam usaha penanaman tanaman Sengon milik perusahaan.

Kegiatan sosisalisasi perusahaan kepada masyarakat ada yang dilakukan secara rutin, dan ada yang bersifat insidental. Jadwal sosialisasi disesuaikan dengan jenis kegiatannya masing-masing. Pada umumnya kegiatan yang rutin berupa kegiatan pelatihan pertanian. Sedangkan kegiatan yang dilakukan secara insidental adalah program pembangunan sarana prasarana.

5.4 Implementasi dan Evaluasi Program CSR

Dalam menjalankan tugas tanggung jawab sosialnya, perusahaan memposisikan bagian CSR setara dengan bagian penting lainnya. Oleh karena itu bagian CSR perusahaan telah memiliki aturan dan rencana kegiatan secara tertulis yang disusun secara periodik per semester.

Bentuk CSR yang telah diberikan perusahaan dapat dibagi ke dalam dua jenis bantuan, sebagai berikut:

1) Bantuan Fisik

Program dalam bidang peningkatan sarana dan prasarana umum yang telah diberikan perusahaan adalah pembangunan jembatan dan jalan, perbaikan sekolah, perbaikan rumah ibadah, pembuatan pondok rapat, dan pengadaan air


(48)

bersih. Bantuan-bantuan tersebut diberikan kepada desa-desa yang turut serta dalam kerjasama pengusahaan HTI bersama PT. Nityasa Idola.

Bantuan pengadaan air bersih diberikan perusahaan kepada desa-desa yang masih kesulitan mendapatkan air bersih. Bantuan pengadaan air bersih yang sudah berjalan, terdapat di Desa Manggam dan Desa Sehe. Pembangunan jembatan dilakukan di Desa Selange, Sehe, Sage, Morobehe dan Moro Embuluh karena jalan di desa tersebut dilewati oleh anak sungai.

Program bantuan sarana prasarana lainnya adalah pembuatan lapangan sepak bola di beberapa dusun, yaitu: Dusun Ompeng, Dusun Ampadi dan Dusun Sage. Bantuan pembangunan lapangan sepak bola tersebut diberikan kepada dusun-dusun yang mengajukkan bantuan secara tertulis kepada perusahaan dalam bentuk proposal. Proposal yang diajukan kepada perusahaan harus disepakati oleh seluruh masyarakat desa dan sudah terdapat lokasi yang jelas untuk dibangunnya lapangan sepak bola.

2) Bantuan Program a.Bidang Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Kesehatan masyarakat akan berimplikasi pada kualitas kerja sehari-hari. Jika tingkat kesehatan warga rendah maka kinerja warga pun akan menjadi rendah. Berdasarkan hasil wawancara tokoh kunci1 bahwa tingkat kesehatan masyarakat untuk Kecamatan Meranti saat ini masih rendah. Penyakit yang biasanya diderita oleh masyarakat adalah malaria, diare, tipus, TBC, rematik, penyakit kulit, cacingan dan batuk pilek.

Program bantuan kesehatan diberikan perusahaan melalui Puskesmas Kecamatan Meranti berupa dukungan dana untuk program-program yang diselenggarakan oleh Puskesmas. Kegiatan puskesmas Kecamatan Meranti yang diberikan dukungan oleh perusahaan adalah program peningkatan gizi anak, program posyandu, dan bantuan penanganan tindakan medis. Karena bantuan-bantuan tersebut disalurkan perusahaan melalui Puskesmas, maka masyarakat banyak yang tidak mengetahui program CSR tersebut.

1


(49)

b.Pendidikan

Program bantuan untuk pendidikan yang telah berjalan adalah program bantuan untuk guru bantu. Program bantuan guru bantu adalah program bantuan dana kepada semua guru bantu yang bekerja di seluruh sekolah di desa-desa se-Kecamatan Meranti. Program tersebut kurang banyak diikuti para guru bantu karena sistem penerimaan bantuan terasa sulit dilakukan. Kesulitan tersebut antara lain karena akses guru bantu menuju kantor perusahaan untuk mendapatkan bantuan cukup jauh.

c.Bidang keagamaan dan adat

Program bantuan kegiatan adat yang pernah diberikan oleh perusahaan adalah bantuan untuk kegiatan upacara adat Naik Dango. Upacara adat Naik Dango adalah upacara adat Dayak yang diselenggarakan secara rutin setahun sekali dan diikuti oleh seluruh masyarakat Dayak se-Kecamatan Meranti. Perusahaan pernah turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan ini satu kali dan dengan turutsertanya perusahaan dalam kegiatan ini membuat perusahaan dapat dikenal oleh masyarakat se-Kecamatan Meranti.

d.Program pengembangan masyarakat

Beberapa program dalam upaya pengembangan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh perusahaan adalah pelatihan Corporate Forum for Community Development (CFCD), pelatihan Manajemen Qolbu (MQ) di Bandung, Kegiatan Pelatihan Pertanian Terpadu (KPPT) di Salatiga, dan pelatihan Pertanian Menetap yang diselenggarakan di Dusun Ompeng, Meranti, Ampadi, Darit dan Bengkayang.

Program pelatihan CFCD adalah program pelatihan yang ditujukan bagi pegawai PT. Nityasa Idola yang mempunyai tugas di bidang CSR. Program CFCD ini diikuti oleh lima orang pegawai PT. Nityasa Idola dan telah dilaksanakan di Kota Bogor.

Program pelatihan Manajemen Qolbu adalah program pelatihan yang ditujukan kepada tokoh masyarakat desa agar dapat memanajemen diri dan lingkungannya dengan cara hidup yang lebih baik. Program pelatihan MQ ini


(1)

No nama umur Jenis

kelamin Pendidikan Pekerjaan

Pendapatan dari Hasil Hutan

Pendapatan dari non

hutan

Pendapatan Total Tanggungan 1 Kacung 54 L tdk petani/peladang Rp 1.500.000 Rp 300.000 Rp 1.800.000 4 2 Martius 35 L SMA pedagang,petani,pegawai koperasi Rp 1.200.000 Rp 400.000 Rp 1.600.000 3

3 Aloysius 40 L SD petani/peladang Rp 1.050.000 Rp - Rp 1.050.000 2

4 Cabo 55 L tdk petani,peladang,warung Rp 1.650.000 Rp 750.000 Rp 2.400.000 2

5 Asep 45 L tdk petani/peladang Rp 900.000 Rp - Rp 900.000 4

6 Alos 30 L SD petani/peladang Rp 1.050.000 Rp - Rp 1.050.000 2

7 Lahi 56 L tdk petani/peladang,pedagang Rp 450.000 Rp 100.000 Rp 550.000 1

8 Bakeh 67 L tdk petani/peladang Rp 750.000 Rp - Rp 750.000 3

9 Lapang 70 L tdk petani/peladang,pedagang Rp 600.000 Rp 250.000 Rp 850.000 3

10 Suta 63 L tdk petani, warung Rp 750.000 Rp - Rp 750.000 4

11 Tomo 48 L SD petani/peladang Rp 900.000 Rp - Rp 900.000 4

12 Satap 62 L tdk petani/peladang Rp 510.000 Rp - Rp 510.000 1

13 Donatus 22 L SD petani/peladang Rp 750.000 Rp - Rp 750.000 2

14 Didi 43 L SD petani/peladang Rp 1.050.000 Rp - Rp 1.050.000 4

15 Ogolsius 47 L SD petani/peladang Rp 900.000 Rp - Rp 900.000 4

16 Akung 53 L

SD (tidak

tamat) petani/peladang Rp 1.500.000 Rp - Rp 1.500.000 4 17 Matius 37 L SMP petani/peladang Rp 750.000 Rp \- Rp 750.000 2 18 Andang 25 L SMP petani/peladang Rp 450.000 Rp \- Rp 450.000 0 19 Rapinus 50 L tdk petani/peladang Rp 600.000 Rp - Rp 600.000 6


(2)

Lampiran 5. Pendapatan responden Dusun Ompeng

No nama umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan

Pendapatan dari Hasil Hutan

Pendapatan dari non hutan

Pendapatan Total

Jumlah tanggungan 1 Sia 37 L tdk petani/peladang Rp 1,950,000 Rp 200,000 Rp 2,150,000 3

2 Sinjo 53 L tdk petani/peladang Rp 2,100,000 Rp - Rp 2,100,000 5

3 pa sobian 63 L tdk petani/peladang Rp 1,050,000 Rp 200,000 Rp 1,250,000 1 4 Atan 29 L SMA petani,wiraswasta Rp 1,800,000 Rp 600,000 Rp 2,400,000 2 5 Dama 51 L tdk petani/peladang Rp 450,000 Rp - Rp 450,000 4 6 Rosnani 37 P tdk petani/peladang Rp 1,440,000 Rp - Rp 1,440,000 6

7 Anton 30 L D2 guru/petani Rp 1,500,000 Rp - Rp 1,500,000 1

8 Jungkik 32 L SD petani/peladang Rp 800,000 Rp - Rp 800,000 3


(3)

Lampiran 6.Perhitungan persepsi responden Dusun Ompeng terhadap CSR perusahaan

No Nama Umur Pendidikan Pendapatan Nilai persepsi pada setiap pertanyaan Rata-rata persepsi P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11

1 Sia 37 Tdk Rp 2.150.000 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3,55

2 Sinjo 53 Tdk Rp 2.100.000 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3,55

3 pa sobian 63 Tdk Rp 1.250.000 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3,55

4 Atan 29 SMA Rp 2.400.000 4 4 3 5 5 2 5 4 4 4 2 3,82

5 Dama 51 Tdk Rp 450.000 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3,55

6 Rosnani 37 Tdk Rp 1.440.000 4 3 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3,36

7 Anton 30 D2 Rp 1.500.000 4 4 3 5 5 2 5 4 4 4 2 3,82

8 Jungkik 32 SD Rp 800.000 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3,55

9 Rafi 34 SD Rp 1.500.000 4 4 3 5 5 2 5 4 5 4 2 3,91


(4)

Lampiran 7. Perhitungan persepsi responden Dusun Ampadi terhadap CSR perusahaan

No Nama Umur Pendidikan Pendapatan Nilai persepsi pada setiap pertanyaan Rata-rata persepsi P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11

1 Kacung 54 Tdk Rp 1.800.000 4 4 4 5 5 2 5 4 4 4 3 4,00

2 Martius 35 SMA Rp 1.600.000 4 4 4 5 5 2 5 4 4 4 3 4,00

3 Aloysius 40 SD Rp 1.050.000 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3,18

4 Cabo 55 Tdk Rp 2.400.000 4 4 4 5 4 2 5 4 4 4 3 3,91

5 Asep 45 Tdk Rp 900.000 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3,36

6 Alos 30 SD Rp 1.050.000 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3,27

7 Lahi 56 Tdk Rp 550.000 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3,27

8 Bakeh 67 Tdk Rp 750.000 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3,27

9 Lapang 70 Tdk Rp 850.000 3 3 3 5 4 3 4 3 3 3 2 3,27

10 Suta 63 Tdk Rp 750.000 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3,18

11 Tomo 48 SD Rp 900.000 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3,27

12 Satap 62 tdk Rp 510.000 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3,36

13 Donatus 22 SD Rp 750.000 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3,45

14 Didi 43 SD Rp 1.050.000 4 4 3 5 4 2 4 4 4 4 2 3,64

15 Ogolsius 47 SD Rp 900.000 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3,55

16 Akung 53 SD (tidak

tamat) Rp 1.500.000 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3,45

17 Matius 37 SMP Rp 750.000 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3,55

18 Andang 25 SMP Rp 450.000 4 3 3 4 5 3 4 3 3 3 2 3,36

19 Rapinus 50 tdk Rp 600.000 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3,27

20 Landok 39 SD Rp 1.350.000 4 4 3 5 5 2 5 4 4 4 3 3,91


(5)

Kegiatan di persemaian bibit Sengon PT Nityasa Idola

Persemaian bibit Sengon PT Nityasa Idola

Kegiatan penanaman Sengon Bibit karet unggul bantuan perusahaan

Sosialisasi kerjasama pengelolaan lahan


(6)

Lampiran 8 Foto-foto penelitian (lanjutan)

Kondisi lingkungan Dusun Ampadi

Aktivitas masyarakat membawa kayu bakar

Pembakaran lahan sebelum dilakukan penanaman padi ladang

Penyemaian padi


Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

1 58 93

Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Industri Perbankan Indonesia Terhadap Profitabilitas Dan Struktur Permodalan Perusahaan Periode 2010-2012

0 35 107

Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. ABB Libek Project Terhadap Pendapatan Masyarakat Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

1 28 91

Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional mengenai Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum terhadap Peningkatan Citra Perusahaan di Kalangan Mahasiswa USU)

8 101 134

Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan PT. Toba Pulp Lestari,Tbk pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Toba Samosir)

2 65 145

Program Corporate Social Responsibility dan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Korelasional Peranan Program Corporate Social Responsibility Bidang Pemberdayaan Masyarakat PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat De

1 27 152

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governace dan profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Industri yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 46 93

Rencana kelola sosial dalam rangka Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) pada Hutan Tanaman Industri PT Nityasa Idola di Kalimantan Barat

1 13 78

Analisis finansial hutan tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) dan industri veneer: studi kasus PT Nityasa Idola, Kalimantan Barat

4 34 139

Partisipasi dan Persepsi Masyarakat dalam Pengembangan Hutan Tanaman Pola Kemitraan PT Nityasa Idola, Provinsi Kalimantan Barat

0 7 117