Kesimpulan Saran Kandungan fenol, komponen fitokimia dan aktivitas antioksidan lamun dugong (Thalassia hemprichii)

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Lamun dugong Thalassia hemprichii yang berasal dari Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu mengandung air yang cukup tinggi 86,26, lemak 0,78, protein 0,81, abu 2,34, abu tidak larut asam 0,39 dan karbohidrat 9,81. Total serat pangan yang dikandung oleh lamun dugong sebesar 15,38 g100g dengan nilai serat pangan larut dan tidak larut yaitu sebesar 7,83 g100g dan 7,55 g100g. Ekstrak kasar kasar lamun dugong dengan pelarut metanol memiliki rendemen tertinggi yaitu sebesar 17,11 diikuti oleh pelarut n-heksana 0,74 dan etil asetat 0,64. Kandungan total fenol ekstrak lamun dugong pada pelarut metanol, etil asetat, dan n-heksana berturut-turut yaitu sebesar 1022,58 mg GAE1000g ekstrak, 36,19 mg GAE1000g ekstrak, dan 5,23 mg GAE1000g ekstrak. Lamun dugong terdeteksi mengandung 4 komponen bioaktif yaitu steroid, triterpenoid, flavonoid, dan fenol hidrokuinon. Aktivitas antioksidan lamun dugong dengan pelarut metanol tergolong sangat kuat dengan nilai IC 50 sebesar 73,72 ppm sedangkan kedua ekstrak lainnya memiliki nilai IC 50 sebesar 250,72 ppm dengan pelarut etil asetat dan 8134,70 ppm dengan pelarut n-heksana. Kandungan total fenol dan nilai IC 50 pada masing-masing pelarut berkolerasi positif.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap aktivitas antioksidan pada bagian-bagian lamun dugong seperti daun rimpang, akar, dan buah dengan metode pengeringan bahan lainnya seperti freeze drying. Optimasi ekstraksi dan penggunaan pelarut lain seperti air. Pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode pengujian lainnya yang universal, pemurnian ekstrak dan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak murni tersebut serta pengujian kandungan kimia lainnya yang terdapat pada lamun dugong seperti vitamin dan mineral. DAFTAR PUSTAKA Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar fenolat total dan likopen pada buah tomat Solanum lycopersicum L. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 131: 1-9. Apriyandi A. 2011. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif pada keong ipong-ipong Fasciolaria salmo. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Aranda RS, Lopez LAP, Arroyo JL, Garza BAA, De Torres JL. 2009. Antimicrobial and antioxidant activities of plants from northeast of Mexico. Journal Medicine 2011:1-6. Asp NG, Johansson CG, Hallmer H, Siljestroem M. 1983. Rapid enxymic assay of insoluble and soluble dietary fiber. Journal Agricultural Food Chemistry 313 : 476-482 [AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1980. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc. ___________________________________________. 2005. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. SNI-01-3836-2000. Teh Kering dalam Kemasan. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional. Basmal J, Syarifudin, Ma’ruf WF. 2003. Pengaruh konsentrasi larutan potasium hidroksida terhadap mutu kappa-karaginan yang diekstraksi dari Eucheuma cottonii. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 95:95-103. Colegate SM, Molyneux RJ. 2008. Bioactive Natural Products: Detection, Isolation, and Structural Determination. New York: CRC Press Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Dewick PM. 2002. Medicinal Natural Products. England: John Wiley Sons, Ltd. Febrianti F. 2010. Kandungan total fenol, komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan buah pedada Sonneratia caseolaris [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Furkon LA. 2006. Konsumsi pangan sumber antioksidan mahasiswa TPB-IP serta kaitannya dengan daya tahan terhadap penyakit flu dan diare akibat infeksi [laporan penelitian dosen muda]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. 23:127-133. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Edisi kedua. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical methods 2 nd edition. Hariyatmi. 2004. Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usia. Jurnal MIPA 141: 52-60. Juniarti, Osmeli D, Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas Brine Shrimp Lethality Test dan antioksidan 1,1 diphenyl-2- pycrylhidrazyl dari ekstrak daun saga Abrus precatorius L.. Jurnal Sains 131: 50-54. [KLH] Kementrian Lingkungan Hidup. 2001. Kebijaksanaan pengelolaan dan pengembangan ekosistem padang lamun berwawasan lingkungan berbasis masyarakat [laporan akhir]. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Ketaren S. 1986. Pengnatar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia. UI Press. Kuncahyo I, Sunardi. 2007. Uji aktivitas antioksidan ekstrak belimbing wuluh Averrhoa bilimbi, L. terhadap 1,1 diphenyl-2- pycrylhidrazyl DPPH [prosiding]. Di dalam: SNT 2007. Yogyakarta: Perhimpunan Teknik Indonesia. hlm 1-9. Kurnia R. 2010. Ekstraksi dengan pelarut. http:www.lordbroken.com [24 Juni 2011] Kusmardiyani S, Elfahmi. 2000. Phytochemical studies of Thalassia hemprichii Ehrenb. Aschers [prosiding]. Di dalam: ISMB 2000. Jakarta : Perhimpunan Bioteknologi Laut. hlm 51-55. Lako J, Trenerry VC, Wahlqvist M, Wattanapenpaiboon N, Sotheeswaran S, Premier R. 2007. Phytochemical flavonols, carotenoids and the antioxidant properties of a wide selection of Fijian fruit, vegetables and other readily available foods. Food Chemistry 101 : 1727-1741. Lenny S. 2006. Senyawa flavonoida, fenilpropanoida dan alkaloida [makalah]. Medan: Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Lim SN, Cheung PCK, Ooi VEC, Ang PO. 2002. Evaluation of antioxidative activity of extracts from a brown seaweed, Sargassum siliquastrum. Journal of Agricultural and Food Chemistry 50: 3862-3866. Maulida R. 2007. Aktivitas antioksidan rumpul laut Caleurpa lentillifera [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Molyneux P. 2004. The use of stable free radical diphenylpicrylhydrazyl DPPH for estimating antioksidan activity. Songklanakarin Journal Science Technology. 262:211-219. Montano MNE, Bonifacio RS, Rumbaoa RGO. 1999. Proximate analysis of the flour and starch from Enhalus acoroides L.f royle seeds. Journal Aquatic Botany. 65 1999 : 321-325. Muchtadi D. 2001. Kajian terhadap serat makanan dan antioksidan dalam berbagai jenis sayuran untuk pencegahan penyakit degeneratif [Laporan penelitian]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pokorny J, Yanishlieva N, Gordon M. 2001. Antioxidants in Food. Inggris : Woodhead Publishing Limited. Rahayu SS. 2009. Ekstraksi. http:www.chem-is-try.org [24 Juni 2011] Rivai H, Nurdin H, Suyani H, Bakhtiar A. 2009. Pengaruh cara pengeringan terhadap perolehan ekstraktif, kadar senyawa fenolat dan aktivitas antioksidan dari daun jambu biji Psidium Guajava Linn. [laporan penelitian]. Padang: Univeritas Andalas. Romimohtarto K, Juwana S. 2007. Biologi Laut. Jakarta: Penerbit Djambatan. Setyati WA, Ridlo A, Subagiyo. 2003. Potensi berbagai jenis lamun sebagai sumber makanan kesehatan dengan analisa proksimat [laporan penelitian]. Semarang : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Setyawan E, Estradivari, Syusri. 2009. Mengenal Alam Pesisir Kepulauan Seribu. Jakarta: Penerbit IPB Press. Shut IR. 2002. Tanin. http:www.usu.ac.id [17 Mei 2011] Sirait. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press. Soedharma D.2007. Klasifikasi lamun. http:web.ipb.ac.id~itkipb [1 Februari 2011] Sulaeman A, Anwar F, Rimbawan, Marliyanti SA. 1993. Metode Analisis Komposisi Zat Gizi Makanan. Bogor: Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB Bogor. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio Press. Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius Trilaksani W. 2003. Antioksidan: jenis, sumber, mekanisme kerja dan peran terhadap kesehatan [makalah]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Yanthong M, Towatana NH, Phromkunthong W. 2009. Antioxidant activities of four edible seaweeds from the southern coast of Thailand. Plants Foods Human Nutritions 64: 218-223. Yuliarti N. 2008. Vegetarian atau Nonvegetarian. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. LAMPIRAN Lampiran 1 Perhitungan analisis proksimat dan abu tidak larut asam a Kadar air b Kadar abu c Kadar lemak d Kadar protein e Kadar abu tidak larut asam f Kadar karbohidrat by difference Lampiran 2 Perhitungan analisis serat pangan Lampiran 3 Data rendemen ekstrak lamun dugong Thalassia hemprichii a Ekstrak n-heksane Jenis pelarut Ulangan Berat Sampel g Berat ekstrak g Rendemen Rata-rata N-heksane 1 25,04 0,19 0,76 0.74 2 25,06 0,18 0,72 Etil asetat 1 25,09 0,76 0,80 0.64 2 25,07 0,80 0,48 Metanol 1 25,04 4,76 19,01 17.11 2 25,05 3,81 15,21 b Ekstrak etil asetat cEkstrak metanol Lampiran 4 Hasil analisis ragam dan uji Duncan rendemen ekstrak a Hasil analisis ragam rendemen ekstrak SK JK DB KT F Sig. Perlakuan 359.559 2 179.779 74.171 .003 Galat 7.272 3 2.424 Jumlah 366.830 5 b Hasil uji Duncan rendemen ekstrak Pelarut N P 0,05 1 2 etil asetat 2 .637900 n-heksan 2 .738550 metanol 2 17.1096 00 Sig. .953 1.000 Lampiran 5 Persamaan regresi standar asam tanat a. Standar asam galat konsentrasi ppm Absorban 0,000 10 0,083 20 0,185 30 0,287 40 0,402 50 0,498 60 0,584 70 0,686 Lampiran 6 Nilai kandungan total fenol lamun dugong Pelarut Ulg A B C Vol FP Abs X total fenol Rata- rata metanol 1 25,05 3,81 0,02 2 1 0,43 43,98 885,91 1022.58 2 25,04 4,76 0,02 2 1 0,48 51,74 1159.25 etil asetat 1 25,09 0,20 0,01 2 1 0,17 17,56 43,73 37,24 2 25,07 0,12 0,04 6 2 0,43 44.38 28,64 n- heksana 1 25,06 0,18 0,03 4 2 0,045 5,30 4,83 5,29 2 25,04 0,19 0,02 2 1 0,06 6.76 5,74 Keterangan : A = bobot awal sebelum ekstrak g B = bobot setelah ekstraksi g C = bobot ekstrak yang digunakan g Perhitungan mencari x ppm ekstrak metanol ulangan 1 x = 43,977 mgl Perhitungan mencari x ppm ekstrak metanol ulangan 2 Perhitungan mencari x ppm ekstrak etil asetat ulangan 1 Perhitungan mencari x ppm ekstrak etil asetat ulangan 2 Perhitungan mencari x ppm ekstrak n-heksana ulangan 1 Perhitungan mencari x ppm ekstrak n-heksana ulangan 2 Perhitungan total fenol ekstrak metanol ulangan 1 Perhitungan total fenol ekstrak metanol ulangan 2 Rata-rata total fenol ekstrak metanol Perhitungan total fenol ekstrak etil asetat ulangan 1 Perhitungan total fenol ekstrak etil asetat ulangan 2 Rata-rata total fenol ekstrak etil asetat Perhitungan total fenol ekstrak n-heksan ulangan 1 Perhitungan total fenol ekstrak n-heksan ulangan 2 Rata-rata total fenol ekstrak n-heksan Lampiran 7 Hasil analisis ragam dan uji Duncan total fenol a Hasil analisis ragam total fenol SK JK DB KT F Sig. Perlakuan 1339212.30 2 669606.15 53.609 .004 Galat 37471.64 3 12490.55 Jumlah 1376683.94 5 b Hasil uji Duncan total fenol Pelarut N p 0,05 1 2 n-heksan 2 5.285000 etil asetat 2 36.18530 metanol 2 1022.580 000 Sig. .800 1.000 Lampiran 8 Perhitungan pengenceran DPPH, BHT dan ekstrak lamun dugong

a. DPPH 0,00013 M sebanyak 25 ml Mr = 394 gmol