struktur spesies vegetasi hutan merupakan proses yang dinamis, erat hubungannya dengan kondisi lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Tumbuhan bawah adalah
suatu tipe vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan, herba dan semak belukar. Dalam
stratifikasi hutan hujan tropika, tumbuhan bawah menempati stratum D yakni lapisan perdu, semak dan lapisan tumbuhan penutup tanah pada stratum E
Soerianegara dan Indrawan 2008. Keberadaan tumbuhan bawah di lantai hutan dapat berfungsi sebagai
penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga dapat meminimalkan bahaya erosi. Selain itu, tumbuhan bawah juga sering dijadikan sebagai indikator
kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam meningkatkan kesuburan tanah. Selain fungsi ekologi, beberapa jenis tumbuhan bawah telah diidentifikasi sebagai
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, tumbuhan obat, dan sebagai sumber energi alternatif. Namun tidak jarang juga tumbuhan bawah dapat
berperan sebagai gulma yang menghambat pertumbuhan permudaan pohon khususnya pada tanaman monokultur yang dibudidayakan Soerianegara dan
Indrawan 2008. Penelitian mengenai tumbuhan bawah di lahan bekas tambang masih
belum banyak dilakukan, hal ini dikarenakan masih kurangnya pemahaman pelaku tambang dalam hal revegetasi. Penelitian mengenai tumbuhan bawah ini
dapat membatu mengumpulkan informasi jenis tumbuhan bawah dan kondisi lahan bekas tambang sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada, oleh karena
itu penelitian mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan bawah di lahan bekas tambang ini dilakukan.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi dan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah di areal revegetasi, lahan pasca tambang
batubara PT Kitadin Embalut, Kalimantan Timur.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang indikator keberhasilan revegetasi lahan pasca tambang batubara khususnya di PT
Kitadin Embalut, Kalimantan Timur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang
Setiadi 2006 menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi memiliki
aksentuasi pada fungsi proteksi dan konservasi serta bertujuan untuk kembali ke kondisi awal, reforestasi dan agroforestri. Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa
aktivitas dalam kegiatan revegetasi meliputi beberapa hal yaitu seleksi dari tanaman lokal yang potensial, produksi bibit, penyiapan lahan, amendemen tanah,
teknik penanaman, pemeliharaan, dan program monitoring. Revegetasi yang sukses tergantung pada pemilihan jenis tanaman yang adaptif, tumbuh sesuai
dengan karakteristik tanah, iklim dan kegiatan pasca penambangan Jenis tanaman yang cocok untuk tanah berbatu seperti herba, pohon dan
rumput yang cepat tumbuh, sehingga dapat mengendalikan erosi tanah. Tumbuhan yang bersimbiosis dengan mikroorganisme tanah yang mampu memfiksasi
nitrogen adalah salah satu jenis yang dapat dipilih dalam kegiatan revegetasi lahan pasca tambang, seperti jenis-jenis pada famili Fabaceae Vogel 1987 dalam
Setiawan 1993. Revegetasi merupakan sebuah usaha kompleks yang meliputi banyak
aspek, akan tetapi memiliki banyak keuntungan. Beberapa keuntungan yang didapat dari revegetasi antara lain: menjaga lahan terkena erosi dan aliran
permukaan yang deras; menyediakan habitat bagi satwaliar; meningkatkan keanekaragaman tumbuhan jenis-jenis local, memperbaiki produktivitas dan
kestabilan tanah, memperbaiki kondisi lingkungan secara biologis dan estetika, dan menyediakan tempat perlindungan bagi jenis-jenis lokal dan plasma nutfah
Setiadi 2006. Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi
yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan. Setiadi 2006 menyatakan bahwa model revegetasi
dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model, yaitu restorasi memiliki aksentuasi pada fungsi proteksi dan konservasi serta bertujuan
untuk kembali ke kondisi awal, reforestrasi dan agroforestri.
Kendala utama dalam melakukan aktivitas revegetasi pada lahan-lahan terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahannya yang tidak mendukung
marginal bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu diperlukan berbagai pendekatan pada beberapa hal, diantaranya terhadap pemilihan jenis pohon,
penyediaan bibit tanaman, penanaman dan pemeliharaan tanaman Setiadi 2011. Tujuan dari revegetasi akan mencakup re-establishment komunitas
tumbuhan asli secara berkelanjutan untuk menahan erosi dan aliran permukaan, perbaikan biodiversitas dan pemulihan estetika lanskap. Pemulihan lanskap secara
langsung menguntungkan bagi lingkungan melalui perbaikan habitat satwa liar, biodiversitas, produktivitas tanah dan kualitas air.
Penilaian adalah pengamatan yang dilakukan secara periodik terhadap kegiatan reklamasi hutan untuk menjamin bahwa rencana kegiatan yang
diusulkan, jadwal kegiatan, hasil yang diinginkan dan kegiatan lain yang diperlukan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan dijadikan dasar
perpanjangan, pengembalian izin penggunaan kawasan hutan dan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan reklamasi hutan. Kriteria keberhasilan
reklamasi hutan menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 60Menhut- II2009, yaitu penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi serta revegetasi
atau penanaman pohon. Revegetasi atau penanaman pohon terdiri dari luas areal penanaman, persentase tumbuh tanaman, jumlah tanaman per hektar, komposisi
jenis tanaman dan pertumbuhan atau kesehatan tanaman. Setiadi 2006 menyebutkan beberapa faktor sebagai bahan evaluasi
revegetasi, antara lain performa pertumbuhan dan kesesuaian
jenis; kesinambungan dan tingkat pemenuhan kebutuhan diri oleh tanaman; peningkatan
lingkungan mikro-habitat; pengurangan dampak terhadap lingkungan serta keuntungan bagi masyarakat sekitar. Evaluasi keberhasilan revegetasi adalah
sebuah upaya untuk menjamin bahwa revegetasi tengah berjalan menuju arah yang diharapkan, yaitu kondisi asli sebelum terjadinya gangguan. Selain itu, hal
ini juga merupakan sebuah mekanisme untuk menentukan keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan, berdasarkan parameter silvikultur dan ekologis juga sesuai
dengan peraturan pemerintah yang mengikat bagi pelaksana kegiatan revegetasi, dalam hal ini perusahaan pertambangan.
2.2 Tumbuhan Bawah