Indeks Dominansi C Potensi Jenis Tumbuhan Bawah

Keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas cenderung akan rendah apabila secara fisik terkendali oleh manusia Odum 1993. Kedua tegakan yang diamati merupakan tanaman homogen hasil budidaya manusia. Dilihat dari nilai keanekaragaman jenis, kedua tegakan memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Hal tersebut dapat disebabkan secara fisik lingkungannya terganggu akibat kegiatan penambangan. Kondisi demikian yang menyebabkan jenis yang ditemukan pada kedua tegakan hanya sedikit. Menurut Istomo dan Kusmana 1997, jika nilai IS lebih kecil dari 75 maka dua komunitas yang dibandingkan dianggap berbeda, dan jika nilai IS ≥ 75 maka kedua komunitas yang dibandingkan dianggap sama. Hasil perhitungan Indeks Kesamaan Jenis IS pada kedua komunitas sengon buto dan trembesi, nilai IS yang diperoleh adalah 82,05. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas tumbuhan bawah pada kedua tegakan dianggap sama. Kesamaan pada komunitas ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sama, seperti cuaca, suhu, tanah dan ketinggian pada kedua tegakan. Jenis-jenis yang ditemukan pada kedua tegakan tersebut dapat membantu perbaikan stuktur tanah sehingga dapat membantu regenerasi pertumbuhan berikutnya.

5.2.3 Indeks Dominansi C

Indeks dominansi adalah suatu ukuran untuk memeriksa tingkat penguasaan suatu jenis dalam komunitas. Interpretasi dari nilai indeks dominansi seperti yang dinyatakan oleh Kusmana dan Istomo 1997 sebagai berikut: a. jika nilai Indeks Dominansi mendekati 1 atau tinggi, maka dominansi terpusat pada satu atau beberapa jenis, b jika nilai Indeks Dominansi mendekati 0 atau rendah, maka dominansi jenis dipusatkan pada banyak jenis. Berdasarkan hasil perhitungan indeks dominansi tumbuhan bawah pada kedua tegakan menunjukkan bahwa nilai Indeks Dominansi C pada tegakan sengon buto yaitu 0,23 dan pada tegakan trembesi 0,21. Pada tegakan sengon buto maupun trembesi tidak ada nilai Indeks dominansi yang sama dengan atau mendekati satu, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Indeks Dominansi vegetasi di lokasi penelitian tergolong rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis tumbuhan bawah pada tegakan sengon buto dan trembesi menyebar pada banyak jenis.

5.2.4 Potensi Jenis Tumbuhan Bawah

Tumbuhan bawah memiliki banyak manfaat bagi lingkungan. Tumbuhan bawah juga dapat membantu menjaga agregat tanah agar tidak mudah lepas dan tererosi oleh air hujan maupun aliran permukaan. Tumbuhan bawah juga berfungsi sebagai penutup tanah yang menjaga kelembaban sehingga proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat. Proses dekomposisi yang cepat dapat menyediakan unsur hara untuk tanaman pokok. Disinilah siklus hara dapat berlangsung sempurna, guguran daun yang jatuh sebagai serasah akan dikembalikan lagi ke pohon dalam bentuk unsur hara yang sudah diuraikan oleh bakteri Irwanto 2011. Tumbuhan bawah juga merupakan tempat berlindung yang baik bagi mamalia dan ikut pula menentukan iklim mikro yang cocok bagi serangga. Komunitas tumbuhan bawah dapat dipakai untuk menggambarkan keadaan tanah, tingkat kesuburan tanah di lapangan dapat dicirikan oleh jenis tumbuhan yang tumbuh secara dominan Sutomo dan Undaharta 2005 Di dalam Peraturan Menteri Kehutanan No 60 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Evaluasi Keberhasilan Reklamasi Lahan Pasca Tambang, tumbuhan bawah merupakan salah satu parameter penilaian pada aspek pengendalian erosi dan sedimentasi dalam kegiatan evaluasi keberhasilan revegetasi lahan pasca tambang, dimana apabila lebih besar dari sama dengan 80 luasan areal revegetsi sudah tertutup oleh cover crop maka dapat dianggap berhasil Dephut 2009. Tumbuhan bawah merupakan vegetasi awal yang menjadi indikator tempat tumbuh yang kondusif bagi proses suksesi hutan Barnes et al 1997 dalam Puspaningsih 2011. Berdasarkan hasil penelitian Puspaningsih 2011, tumbuhan bawah dalam monitoring tingkat keberhasilan reforestasi yang mengacu pada terbentuknya kembali struktur dan fungsi hutan klimaks rona awal karena tumbuhan bawah merupakan proses awal suksesi yang dapat menggambarkan keberhasilan reforestasi. Suksesi sekunder yang terjadi pada daerah hutan hujan yang diusahakan, lalu ditinggalkan, pertumbuhannya akan dimulai dengan vegetasi rumput dan semak kecil seperti yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu P.conjugatum, P.distichum, N.reynaudiana, A.conyzoides,dan C.rotundus. Semak-semak seperti P.aduncum, P.betle, dan S.torvum, kemudian nantinya akan disusul dengan tumbuhnya jenis pohon pionir seperti Macaranga, Vitex, Dillenia, dan Ficus. Hutan sekunder muda akan tumbuh apabila keadaan lingkungan memungkinkan, seperti keadaan tanah yang tidak tererosi, sesudah 15 – 20 tahun dan 50 tahun, kemudian akan menjadi hutan sekunder tua yang berangsur-angsur akan mencapai klimaksnya yaitu hutan dataran randah Irwanto 2009 dalam Puspaningsih 2011 Tumbuhan bawah selain berfungsi sebagai tanaman penutup tanah beberapa dari jenis yang ditemukan pada penelitian ini dapat berpotensi sebagai pakan ternak, seperti jenis rumput P.conjugatum, dan A.conyzoides, Jenis ini memiliki kandungan protein berkisar antara 6-8 yang dibutuhkan oleh ternak tersebut Utami 2009 Jenis-jenis tumbuhan bawah lainnya yang berpotensi yang ditemukan di lokasi penelitian antara lain Pacing Costus speciosus. Rimpangnya untuk peluruh dahak, pencegah kehamilan, obat raja singa dan kencing bernanah. Batangnya sebagai obat demam, cacar, dan untuk penyubur rambut. Rumput teki Cyperus rotundus dapat mengatasi gangguan sakit dada, sakit gigi, gangguan fungsi pencernaan, haid tidak teratur, sakit waktu haid, keputihan, dan menyuburkan kandungan. Pakis pedang Nephrolepis bisserata daunnya dapat dijadikan sayur Dahlan 2011. Selain bermanfaat beberapa jenis tumbuhan bawah dapat berperan sebagai gulma. Gulma adalah tumbuhan yang dapat menganggu dan menyaingi pada tanaman perkebunan dan tanaman pokok pada kegiatan revegetasi. Jenis tersebut diantaranya yang telah diketahui yaitu M.micranta. Jenis ini sangat merugikan bagi tanaman perkebunan, maupun bibit pohon yang baru ditanam pada kegiatan revegetasi, karena jenis tersebut mencari cahaya matahari dengan cara merambat dan menutupi tanaman lainnya, sehingga tanaman yang terlilit lama kelamaan akan kekurangan cahaya matahari dan oksigen sehingga lambat laun akan mati SEAMEO BIOTROP 2012. Selain bermanfaat sebagai tanaman obat, pakan ternak dan gulma beberapa jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di lokasi penelitian merupakan tanaman jenis invasif. Jenis invasif yang ditemukan pada lokasi penelitaian diantaranya adalah jenis M.micranta, P.javanica, dan M.umbellata Invasive species adalah spesies yang bukan jenis asli tempat tersebut hewan ataupun tumbuhan, yang secara luas memengaruhi habitat yang mereka invasi. Makna lain dari spesies invasif adalah Non Indigenous species atau spesies asing yang menyebabkan habitat diinvasi dan dapat merugikan baik dari segi ekonomi maupun ekologis, Native and Non Native species yaitu spesies yang mengkoloni secara berat habitat tertentu, dan Widespread Non Indigenous Species yaitu adalah spesies yang mengekspansi suatu habitat Kusmana 2010. Umumnya invasi terjadi karena suatu kompetisi. Setiap spesies selalu berkompetisi dengan spesies lain untuk mendapatkan sumber daya sebanyak-banyaknya sehingga salah satu caranya adalah dengan tumbuh dan berkembang biak secepat mungkin. Hal ini cukup mengeliminasi spesies asli dari kompetisi memperebutkan sumber daya. Selain dengan tumbuh dan berkembang dengan cepat, mereka juga melakukan interaksi yang kompleks dengan spesies asli. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

PENGARUH BOBOT DAN KEDALAMAN PENANAMAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL SEMAI SENGON BUTO (Enterolobium cyclocarpum Jacq. Griseb)

0 6 1

Pendugaan Viabilitas Benih Sengon Buto (Enterolobium Cyclocarpum Griseb.) dengan Berbagai Metode Uji Cepat

0 11 81

Model Reklamasi lahan Pasca Tambang Batu Bara Berbasis Agroforestri (Studi Kasus Di Kabupaten Kutai Kartanegara Dan Kabupaten Kutai Timur)

5 92 270

Pendugaan Kandungan Karbon pada Tegakan Akasia (Acacia mangium) dan Sengon (Paraserianthes falcataria) di Lahan Reklamasi Pasca Tambang Batubara PT Arutmin Batulicin, Kalimantan Selatan

0 6 115

Evaluasi Keberhasilan Tanaman Hasil Revegetasi di Lahan Pasca Tambang Batubara Site Lati PT Berau Coal Kalimantan Timur

6 18 97

Pertumbuhan Tanaman Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di PT Cibaliung Sumberdaya, Banten

1 25 33

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN TREMBESI (SAMANEA SAMAN (Jacq.) Merr) SEBAGAI ANTIBAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS.

6 33 52

Hasil Kegiatan Pendataan Bahan Galian Yang Tertinggal, Di Tambang Batubara Daerah Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur

0 0 13

Inventarisasi Batubara Bersistem Daerah Senyiur, Kabupaten Kutai Kartanegara Dan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur

1 6 8

PENGARUH POLUTAN TERHADAP STRUKTUR MORFOLOGI STOMATA DAUN TREMBESI (Samanea saman (Jacg) Merr) Effect of Pollutants on Morphology of Stomata Leaves of Trembesi (Samanea saman (Jacg) Merr) Pratiwi Dyah Kusumo dan Manogari Sianturi

0 0 15