Latar Belakang Keanekaragaman Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon Buto (Enterolobium cylocarpum Griseb.) dan Trembesi (Samanea saman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Batubara PT Kitadin Embalut, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan batubara merupakan bagian dari kegiatan pembangunan ekonomi yang mendayagunakan sumber daya alam dan dapat menunjuang kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan Sumber daya ini harus dilakukan secara bijak agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Secara teknis kegiatan pertambangan batubara meliputi proses pembersihan lahan, pengambilan dan penimbunan top soil serta overbuden; penambangan bahan galian dan penimbunan kembali, sehingga memberikan dampak perubahan bentang alam yang jelas. Pelaksanaan pertambangan diharapkan dapat memberikan jaminan pengembangan dalam praktek rehabilitasi serta mengaplikasikan praktek berkelanjutan. Kegiatan pertambangan yang kurang tepat juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa penurunan produksivitas tanah, pemadatan tanah, meningkatnya tingkat erosi dan sedimentasi, terjadinya gerakan tanahlongsoran, penurunan biodiversitas flora dan fauna serta perubahan iklim mikro Darwo 2003. Oleh karena itu untuk meminimalkan dampak negatif setiap perusahaan tambang wajib melaksanakan kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan. Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang Menteri Sumberdaya dan Mineral, dimana peraturan bertujuan untuk mengembalikan kondisi lahan seperti sesuai dengan peruntukannya, dengan mengacu pada dokumen AMDAL perusahaan Kementerian ESDM 2008. Secara umum kegiatan pertambangan batubara yang dilakukan menggunakan metode penambangan terbuka open pit mining. Penyelesaian dari kegiatan penambangan adalah menutup kembali lubang galian yang nantinya akan menjadi areal revegetasi. Kegiatan revegetasi bertujuan untuk perbaikan lahan yang telah rusah, sehingga terbentuknya hutan sekunder yang kondisinya ekosistemnya dapat mendekati ekosistem hutan primer. Dalam suatu ekosistem hutan, masyarakat tumbuh-tumbuhan berhubungan erat satu sama lain dengan lingkungannya. Hubungan ini terlihat dengan adanya variasi dalam jumlah masing-masing jenis tumbuhan dan terbentuknya struktur masyarakat tumbuh-tumbuhan tersebut. Terbentuknya pola keanekaragaman dan struktur spesies vegetasi hutan merupakan proses yang dinamis, erat hubungannya dengan kondisi lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Tumbuhan bawah adalah suatu tipe vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan, herba dan semak belukar. Dalam stratifikasi hutan hujan tropika, tumbuhan bawah menempati stratum D yakni lapisan perdu, semak dan lapisan tumbuhan penutup tanah pada stratum E Soerianegara dan Indrawan 2008. Keberadaan tumbuhan bawah di lantai hutan dapat berfungsi sebagai penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga dapat meminimalkan bahaya erosi. Selain itu, tumbuhan bawah juga sering dijadikan sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam meningkatkan kesuburan tanah. Selain fungsi ekologi, beberapa jenis tumbuhan bawah telah diidentifikasi sebagai tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, tumbuhan obat, dan sebagai sumber energi alternatif. Namun tidak jarang juga tumbuhan bawah dapat berperan sebagai gulma yang menghambat pertumbuhan permudaan pohon khususnya pada tanaman monokultur yang dibudidayakan Soerianegara dan Indrawan 2008. Penelitian mengenai tumbuhan bawah di lahan bekas tambang masih belum banyak dilakukan, hal ini dikarenakan masih kurangnya pemahaman pelaku tambang dalam hal revegetasi. Penelitian mengenai tumbuhan bawah ini dapat membatu mengumpulkan informasi jenis tumbuhan bawah dan kondisi lahan bekas tambang sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada, oleh karena itu penelitian mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan bawah di lahan bekas tambang ini dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Dokumen yang terkait

PENGARUH BOBOT DAN KEDALAMAN PENANAMAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL SEMAI SENGON BUTO (Enterolobium cyclocarpum Jacq. Griseb)

0 6 1

Pendugaan Viabilitas Benih Sengon Buto (Enterolobium Cyclocarpum Griseb.) dengan Berbagai Metode Uji Cepat

0 11 81

Model Reklamasi lahan Pasca Tambang Batu Bara Berbasis Agroforestri (Studi Kasus Di Kabupaten Kutai Kartanegara Dan Kabupaten Kutai Timur)

5 92 270

Pendugaan Kandungan Karbon pada Tegakan Akasia (Acacia mangium) dan Sengon (Paraserianthes falcataria) di Lahan Reklamasi Pasca Tambang Batubara PT Arutmin Batulicin, Kalimantan Selatan

0 6 115

Evaluasi Keberhasilan Tanaman Hasil Revegetasi di Lahan Pasca Tambang Batubara Site Lati PT Berau Coal Kalimantan Timur

6 18 97

Pertumbuhan Tanaman Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di PT Cibaliung Sumberdaya, Banten

1 25 33

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN TREMBESI (SAMANEA SAMAN (Jacq.) Merr) SEBAGAI ANTIBAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS.

6 33 52

Hasil Kegiatan Pendataan Bahan Galian Yang Tertinggal, Di Tambang Batubara Daerah Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur

0 0 13

Inventarisasi Batubara Bersistem Daerah Senyiur, Kabupaten Kutai Kartanegara Dan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur

1 6 8

PENGARUH POLUTAN TERHADAP STRUKTUR MORFOLOGI STOMATA DAUN TREMBESI (Samanea saman (Jacg) Merr) Effect of Pollutants on Morphology of Stomata Leaves of Trembesi (Samanea saman (Jacg) Merr) Pratiwi Dyah Kusumo dan Manogari Sianturi

0 0 15