Pengaruh Perlakuan Media Tanam terhadap Jumlah Daun Pakcoy

23

4.3.2 Pengaruh Perlakuan Media Tanam terhadap Jumlah Daun Pakcoy

Secara keseluruhan, pertumbuhan jumlah daun paling optimal adalah pada perlakuan kompos 15 K2 dan kompos 20 K3. Hal ini disebabkan adanya pembelahan sel pada tanaman sebagai akibat asupan nutrisi yang berasal dari pupuk kompos yang mencukupi. Namun demikian, dari kelompok perlakuan dengan menggunakan limbah agar, perlakuan limbah agar 20 P3 cenderung menunjukkan pertumbuhan jumlah daun paling optimal pada 35 HST. Kisaran rataan jumlah daun pakcoy pada 35 HST berada di antara 4,67 helai pada perlakuan tanah 100 T0 hingga 8,00 helai pada perlakuan kompos 15 K2 dan kompos 20 K3 Tabel 6. Hasil analisis Duncan mengindikasikan bahwa pada 7 HST, perbedaan yang nyata ditemukan antara K3 dengan P1, P2, K2 dan T0; pada 21 HST perbedaan yang nyata ditemukan antara K3 dengan semua perlakuan. Pengamatan pada 28 HST mengindikasikan perbedaan yang nyata antara T0 dengan P3, K1, K2 dan K3; antara K3 dengan semua perlakuan kecuali K2. Sementara itu, pada 35 HST atau saat pemanenan, perbedaan yang nyata terlihat antara T0 dengan semua perlakuan lainnya kecuali dengan P1; antara K2 dan K3 dengan P1 dan T0. Jika dilihat pada kelompok perlakuan limbah agar, perlakuan limbah agar 20 P3 menunjukkan pertumbuhan jumlah daun paling optimal. Namun, secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan kompos K1, K2 maupun K3. Artinya, meskipun secara rataan, perlakuan kompos lebih tinggi, namun memberikan hasil yang sama dengan perlakuan media limbah agar 15 dan 20, sehingga masih dapat menggantikan media kompos hingga taraf konsentrasi 20. Hasil analisis sidik ragam selengkapnya disajikan pada Lampiran 7a sampai 7g. 24 Tabel 6. Pengaruh perlakuan media tanam terhadap jumlah daun pakcoy Perlakuan Jumlah Daun Pakcoy 0 HST 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST ----------------------------------- helai -------------------------------- Limbah Agar 10 P1 3,00 a 3,67 a 4,67 a 4,67 a 5,67 ab 5,67 ab Limbah Agar 15 P2 3,00 a 4,67 bc 5,00 a 5,00 ab 6,33 ab 6,67 bc Limbah Agar 20 P3 3,67 a 4,67 bc 4,67 a 5,33 a 6,33 b 6,67 bc Kompos 10 K1 3,33 a 4,67 bc 5,00 a 5,67 a 6,33 b 7,00 bc Kompos 15 K2 3,33 a 4,00 ab 4,33 a 5,00 a 7,00 bc 8,00 c Kompos 20 K3 3,33 a 5,00 c 5,00 a 7,00 b 8,00 c 8,00 c Tanah 100 T0 3,00 a 3,67 a 4,00 a 4,33 a 4,67 a 4,67 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 95 menurut uji Duncan. Data penelitian di atas menunjukkan bahwa meskipun tanaman dengan menggunakan media kompos cenderung lebih bagus dibanding limbah agar, namun secara statistik tidak berbeda nyata. Jika dibandingkan dengan kontrol tanah 100 T0, terlihat bahwa perlakuan media limbah agar maupun kompos memberikan hasil yang berbeda nyata. Hal tersebut dikarenakan limbah agar-agar mengandung unsur hara yang merupakan elemen penting untuk pertumbuhan dan pertumbuhan tanaman. Elemen tersebut meliputi unsur makro, yakni C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S, serta unsur mikro yaitu Mn, Cu, Fe, Mo, dan Zn Soepardi 1983. Berdasarkan analisis mineral limbah agar-agar yang dilakukan Mandela 2010, limbah agar-agar terbukti mengandung berbagai macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Kandungan mineral tersebutlah yang membantu tanaman pakcoy melakukan pembelahan sel yang meningkatkan pertumbuhan pakcoy setiap minggunya.

4.3.3 Pengaruh Perlakuan Media Tanam terhadap Lebar Daun Pakcoy