31 tidak berbeda nyata dengan perlakuan kompos 10 K1 dan 15 K2. Artinya
perlakuan dengan media tanam limbah agar 15 P2 masih memberikan hasil pertumbuhan lebar daun yang sama dengan kompos 10 K1. Hasil analisis sidik
ragam selengkapnya disajikan pada Lampiran 12a sampai 12g. Tabel 11.
Pengaruh perlakuan media tanam terhadap lebar daun selada
Perlakuan Lebar Selada
21 HST 28 HST
35 HST ----------------------------------- cm --------------------------------
Limbah Agar 10 P1 6,37
abc
7,50
ab
8,87
a
Limbah Agar 15 P2 5,90
a
6,80
a
7,63
a
Limbah Agar 20 P3 5,83
a
7,00
a
8,43
a
Kompos 10 K1 7,33
abc
7,93
ab
8,90
a
Kompos 15 K2 8,13
bc
9,33
bc
10,97
bc
Kompos 20 K3 8,43
c
10,07
c
11,93
c
Tanah 100 T0 6,13
ab
6,97
a
8,13
a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji Duncan.
4.4.4 Pengaruh Perlakuan Media Tanam terhadap Bobot Selada
Secara keseluruhan, bobot tanaman selada yang paling optimal adalah pada perlakuan limbah 20 P3, yang diukur dalam satu kali saat pemanenan
pada 21 HST. Hal ini diduga adanya pembelahan sel pada tanaman sebagai akibat asupan nutrisi yang berasal dari limbah agar yang mencukupi.
Kisaran rataan bobot total selada yaitu 2,07 gram pada perlakuan tanah 100 T0 hingga 8,30 gram pada perlakuan limbah agar 20 P3 Tabel 12.
Hasil analisis Duncan mengindikasikan bahwa perbedaan yang nyata pada bobot total dan bobot tajuk selada ditemukan antara P3 dengan semua perlakuan
lainnya; antara T0 dengan semua perlakuan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan limbah agar 20 P3 masih cenderung lebih baik dibandingkan
semua perlakuan kompos K1, K2 dan K3. Hasil analisis sidik ragam selengkapnya disajikan pada Lampiran 13a sampai 13c.
32 Tabel 12.
Pengaruh perlakuan media tanam terhadap bobot selada
Perlakuan Bobot Selada
Bobot Tajuk Bobot Akar
Bobot Total ------------------------------- gram ---------------------------
Limbah Agar 10 P1 4.47
b
1.13
bc
5.60
b
Limbah Agar 15 P2 4.63
b
1.10
bc
5.73
b
Limbah Agar 20 P3 7.10
c
1.20
c
8.30
c
Kompos 10 K1 3.67
b
1.00
bc
4.67
b
Kompos 15 K2 5.15
b
0.75
ab
5.90
b
Kompos 20 K3 5.00
b
0.57
a
5.57
b
Tanah 100 T0 1.67
a
0.40
a
2.07
a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 95 menurut uji Duncan.
Hasil pengamatan pada Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa perlakuan limbah agar 20 P3 memberikan hasil terbaik pada bobot tanaman
dibandingkan semua perlakuan lainnya. Data bobot tanaman ini menunjukkan bahwa limbah agar pada taraf 20 merupakan konsentrasi terbaik untuk
menghasilkan pertumbuhan optimal tanaman selada pada penelitian ini. Diagram nilai bobot tanaman selada dan data pengamatannya dapat dilihat pada Lampiran
15. Pertumbuhan bobot yang baik ini, diduga karena limbah agar mengandung Ca, Mg, dan K yang tinggi dan bermanfaat untuk perumbuhan pucuk daun Ca,
penyusun klorofil Mg, penunjang sistem perakaran dan tunas K. Selain itu, limbah agar berasal dari rumput laut yang memilliki sifat hidrokoloid yang dapat
dimanfaatkan untuk penyerapan air penyimpan cadangan nutrisi dan kandungan selulosa yang dapat meningkatkan porositas penunjang pertumbuhan tanaman,
serta sebagai substrat yang baik untuk mikroorganisme tanah Saputra 2008. Untuk memenuhi kebutuhan hara mineral tanaman seperti Nitrogen dan
Fosfat yang merupakan dua unsur yang paling banyak diperlukan tanaman, tambahan hara dari bahan organik lain sangat diperlukan Sutanso 2002.
Nitrogen diperlukan oleh tanaman dalam membentuk protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Sementara Fosfat merupakan unsur makro yang penting bagi
tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan mentah untuk
33 pembentukan sejumlah protein tertentu, dan membantu asimilasi Lingga 1988.
Bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman ini diantaranya adalah limbah perikanan. Tabel 13 menyajikan data
komposisi kimia limbah agar dan beberapa ikan tawar dan payau. Tabel 13. Komposisi kimia limbah agar rumput laut Gracillaria sp. dan beberapa
ikan tawar dan payau
Komposisi kimia ikan yang dominan adalah air. Protein ikan banyak mengandung asam amino esensial. Mineral yang banyak terdapat dalam ikan
adalah kalsium, fosfor, dan kalium. Bagian yang dapat dimakan pada ikan kira- kira hanya sebesar 70 . Kepala, ekor, sirip, dan isi perutnya merupakan limbah
perikanan yang kebanyakan tidak dapat digunakan sebagai makanan Ferazuma 2010. Oleh karena itu pemanfaatan limbah perikanan sebagai bahan untuk
menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman, dapat dilakukan. Hal ini juga dapat menjawab tantangan kebutuhan unsur tambahan hara yang semakin
meningkat, namun ketersediaanya terbatas Sutanto 2002.
4.5 Nilai Ekonomis Pemanfaatan Limbah Padat Proses Pengolahan Agar