Berdasarkan hasil penelitian Tabel 3 menunjukkan bahwa pada tanaman A. mangium baik yang berbintil dan tidak berbintil memiliki nitrat yang tinggi
lebih tinggi daripada amonium. Menurut Smith 2001, peningkatan amonium dapat meningkatkan kemasaman tanah menurunkan pH tanah dan penambahan
nitrat akan menurunkan kemasaman meningkatkan pH tanah. Ketika nitrat dipakai terus menerus maka tanah menjadi lebih alkalin. Amonium cenderung
meningkatkan kemasaman tanah karena ketika amonium diambil tanaman, akar tanaman akan melepaskan ion H
+
ke tanah. Di mana amonium tersebut diubah menjadi nitrat melalui proses nitrifikasi, seluruh ion H
+
akan digantikan oleh ion hidroksil OH
-
.
4.7. Pembahasan Umum
Isolat Rhizobia pada penelitian ini diambil dari bintil akar A. Mangium yang tumbuh di 3 lokasi yakni Rantau Rasau RR, PT. Kaltim Prima Coal KPC, dan
lahan di belakang Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan KAMPUS. Pengamatan pada hasil isolat rhizobia yang diisolasi pada media
YEMA menunjukkan karakteristik seperti berbentuk bundar, tampak berkilau dan licin, permukaan berlendir dengan elevasi cembung, berwarna putih atau putih
susu. Sementara, untuk pertumbuhan isolat terlihat bahwa pada isolat RR memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dari isolat lainya
. Hasil pengamatan pada 10 MST menunjukkan bahwa tanaman perlakuan
pada umumnya memiliki bintil akar sedangkan untuk tanaman kontrol sama sekali tidak memiliki bintil akar. Sementara itu, perlakuan inokulum KAMPUS memiliki
tinggi tanaman tertinggi di antara tanaman pada perlakuan lainnya. Untuk jumlah daun, terlihat pada Gambar 7 bahwa perlakuan inokulum RR memiliki jumlah
daun yang lebih banyak dibanding dengan perlakuan lain. Diikuti oleh perlakuan inokulum KPC, KONTROL dan perlakuan inokulum KAMPUS yang memiliki
jumlah daun paling sedikit baik daun semu maupun daun sejati.
Gambar 7. Keadaan Tanaman A. mangium pada Umur 10 MST
Pengamatan pada bobot kering tanaman bagian atas umur 10 MST menunjukan bahwa pada tanaman yang berbintil, perlakuan inokulum KPC
memiliki bobot kering tertinggi dan diikuti oleh perlakuan inokulum RR. Meskipun perlakuan inokulum KPC memiliki bobot kering yang lebih tinggi
dibandingkan perlakuan inokulum RR, namun perbedaannya belum cukup signifikan. Sedangkan untuk perlakuan inokulum KAMPUS memiliki bobot
kering terendah. Perlakuan inokulum KPC dan RR berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot kering tanaman bagian atas. Untuk tanaman tidak berbintil
tanaman kontrol memiliki bobot kering yang paling tinggi perlakuan inokulum
RR diikuti perlakuan inokullum KPC dan KAMPUS.
Pengukuran Kadar N pada tanaman menunjukkan bahwa pada tanaman berbintil, tanaman perlakuan inokulum RR memiliki kadar N tertinggi diikuti oleh
perlakuan inokulum KPC dan KAMPUS yang memiliki kadar N yang sama. Sedangkan untuk tanaman tidak berbintil, perlakuan inokulum RR dan KPC
sama-sama memiliki kadar N yang tertinggi, lebih tinggi dari pada perlakuan inokulum KAMPUS dan Kontrol. Kadar N yang tinggi ini menyebabkan tanaman
rentan terhadap hama dan penyakit. Tanaman perlakuan inokulum RR baik yang berbintil maupun tidak berbintil memiliki kadar N yang tinggi, hal inilah yang
menyebabkan tanaman perlakuan inokulum RR lebih rentan terserang hama dan penyakit dibandingkan dengan tanaman perlakuan lainnya.
Sementara untuk serapan N pada tanaman berbintil, perlakuan inokulum KPC memiliki Serapan N tertinggi. Hasil ini sedikit lebih tinggi dari perlakuan
inokulum RR dan Serapan N yang terendah adalah perlakuan inokulum KAMPUS. Perlakuan inokulum KPC dan RR juga berpengaruh nyata dalam
meningkatkan serapan N pada tanaman A. mangium yang berumur 10 MST. Sedangkan untuk tanaman yang tidak berbintil, Kontrol memiliki Serapan N
tertinggi. Hasil ini sedikit lebih tinggi dari perlakuan inokulum RR dan diikuti oleh perlakuan inokulum KPC dan KAMPUS. Semua perlakuan untuk tanaman
yang tidak berbintil, tidak berpengaruh nyata meningkatkan serapan N terhadap tanaman kontrol.
Bila diamati secara kualitatif Gambar 3 perlakuan inokulum RR memiliki keunggulan daripada perlakuan inokulum lainnya. Hal ini dibuktikan dengan
ukuran bintil akar yang lebih besar dan jumlah bintil akar yang lebih banyak. Jumlah dan ukuran bintil akar ini menunjukkan bahwa simbiosis antara A.
mangium dan rhizobia berlangsung lebih efektif pada perlakuan ini. Bobot kering untuk tanaman berbintil pada perlakuan inokulum RR lebih rendah dari perlakuan
inokulum KPC namun perbedaan ini belum signifikan tidak berbeda jauh. Padahal tanaman pada perlakuan inokulum RR banyak yang terserang hama
penyakit. Kondisi ini dapat mengindikasikan adanya potensi bobot kering yang lebih tinggi daripada perlakuan inokulum KPC bila tidak terserang hama penyakit.
V. KESIMPULAN DAN SARAN