2.2.3.   Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Bintil Akar Temperatur dan Cahaya
Temperatur  dan  cahaya  dapat  mempengaruhi  pertumbuhan  tanaman,  bintil akar  dan  penambatan  N.  Pengaruh  suhu  terhadap  tanaman  legum  bervariasi
tergantung  kepada  jenis  legumnya.  Sistem  simbiotik  lebih  sensitif  terhadap  suhu dibandingkan  dengan  pertumbuhan  tanaman.  Pada  suhu  yang  rendah  10
o
C proses  pembelahan  sel  dari  bakteri  pada  rizosfer  akan  terhambat  sehingga
menyebabkan  terhambatnya  proses  infeksi  dan  menurunnya  berat  bintil, sedangkan  pada  suhu  24
o
C  merangsang  infeksi  rambut  akar  oleh    Rhizobium. Rentang  temperatur  yang  paling  menguntungkan  untuk  pembentukan  jaringan
bakteroid di dalam bintil adalah 20-30
o
C Subba Rao, 1994.
Kelembaban Tanah
Kelembaban  tanah  sangat  berperan  dalam  pembentukan  bintil  akar. Permasalahan  utama  stress  kelembaban  yaitu  kekeringan  dan  jenuh  air.  Menurut
Gibson et al. 1982, terjadi penurunan  infeksi akar dan nodulasi seiring dengan penurunan  kelembaban  tanah  kekeringan,  bahkan  tidak  terbentuk  bintil  akar
pada tanah yang mengalami kekeringan. Hal ini disebabkan oleh kegagalan proses infeksi  rambut  akar.  Keadaan  yang  demikian  juga  dapat  menekan  proses  fiksasi
nitrogen  dan  menurunkan  fotosintesis.  Defisiensi  kelembaban  tanah  sangat mempengaruhi  fiksasi  N
2
sebab  pembentukan  bintil  awal,  perkembangan  bintil dan aktifitas nitrogenase lebih sensitif terhadap stress kelembaban tanah daripada
sistem  metabolisme  akar  dan  pucuk  secara  umum.  Stress  yang  ringan  hanya menurunkan  jumlah  bintil  sedangkan  stress  sedang  dan  berat  menurunkan  baik
jumlah maupun ukuran bintil akar tanaman.
Zat Pengatur Tumbuh
Zat  pengatur  tumbuh  berupa  asam  indol  asetat  IAA  dan  giberelin  telah dapat  dideteksi  dalam  bintil  akar.  Bintil  akar  mengandung  lebih  banyak  IAA
daripada  perakaran  yang  bersebelahan  dengannya.  Beberapa  zat  tumbuh merangsang pembentukan bintil sedangkan yang lainnya menghambat, tergantung
pada konsentrasi zat kimia yang digunakan.
Kemasaman Tanah
Kemasaman  tanah  berpengaruh  terhadap  perkembangan  akar  tanaman  dan ketersediaan hara tanah.  Pada pH  yang  rendah, beberapa jenis  legum  tidak dapat
berkembang  walaupun  Rhizobium  cukup  toleran,  sehingga  proses  pembentukan bintil  terhambat.  Jumlah  dan  ukuran  bintil  mungkin  dipengaruhi  oleh  reaksi
substrat  tempat  tumbuh  legum.  Kondisi  masam  dan  defisiensi  kalsium berpengaruh langsung terhadap pembentukan simbiosis Gibson et al., 1982.
Faktor Biologi
Faktor  biologi  dapat  menjadi  faktor  pembatas  seperti  persaingan  antara bakteri  pengikat  N,  serangan  nematoda  maupun  bakteri  parasit  lainnya.
Rhizobium  juga  memiliki  musuh  alami  dapat  menurunkan  populasi  Rhizobium dalam tanah.
Biasanya  legum  sangat  hemat  dalam  penggunaan  nitrogen  tanah  sehingga suatu tanaman berkadar  protein tinggi  dapat  diperoleh atau dipanen tanpa terlalu
banyak menguras N dari tanah. Sehingga legum dapat dikatakan sebagai penabung N dan ini merupakan aksioma kesuburan tanah yang penting Soepardi, 1983.
Faktor ekologis
Penggunaan pestisida
merupakan usaha
yang dilakukan
untuk mengendalikan  hama  dan  penyakit  tanaman  dan  beberapa  senyawa  kimia  ini
mungkin  mempengaruhi  proses  mikrobiologis  dalam  tanah.  Tetapi  dengan  dosis yang  direkomendasikan  pestisida  tidak  mempengaruhi  nodulasi.  Sebaliknya,
herbisida  mempengaruhi  proses  pembentukan  bintil  dan  fiksasi  nitrogen  pada legum.  Pada  percobaan  menunjukkan  bahwa  penggunaan  Dalapon  dapat
mengurangi  pembentukkan    bintil  dan  cenderung  mengurangi  efisiensi  fiksasi nitrogen.  Hal  ini  terlihat  dari  autoradiograf  herbisida  ditranslokasikan  dengan
cepat dan dapat dideteksi dalam daun dan bintil Subba Rao, 1994.
Ketersediaan Hara Lainnya
Ketersediaan  fosfor  P  merupakan  faktor  penting  dalam  pembentukkan bintil dan pertumbuhan tanaman terutama pada tanah-tanah masam. Kandungan P
dalam bintil 2-3 kali lebih besar daripada kandungan P  pada akar Gibson  et  al.,
1982.  Menurut  Zahran  1999  bahwa  aplikasi  KH
2
PO
4
25  ppm  di  tanah-tanah masam  meningkatkan  dengan  signifikan  persentase  pembentukkan  bintil  pada
Trifolium  subterraneum  yang  diinokulasikan  Rhizobium  leguminosarum  bv. Trifolii.  Hal  yang  sama,  pembentukkan  bintil  dan  fiksasi  N
2
aktivitas nitrogenase pada Trifolium vesiculosum akan meningkat secara signifikan setelah
ditambahkan  P  100  ppm  dan  K  300  ppm  sedangkan  aktivitas  nitrogenase meningkat dua kali pada saat konsentrasi P dinaikkan menjadi 400 ppm.
Kandungan  N dalam  tanah  khususnya  dalam  bentuk  NO
3 -
dapat menghambat  proses  nodulasi  dan  fiksasi  N
2
oleh  bakteri  rhizobia  yang bersimbiosis  dengan  tanaman  legum.  Selain  itu  Molibdenum  merupakan  unsur
mikro  yang  sangat  esensial  untuk  semua  tanaman  dan  sangat  dibutuhkan  untuk pembentukkan  bintil  akar  dan  fungsi  enzim  kompleks  nitrogenase  dari  bakteri
rhizobia.  Tanah  yang  kekurangan  Mo  akan  menurunkan  populasi  rhizobia sehingga  tanaman  yang  terinfeksi  tidak  ternodulasi  efektif  Somasegaran  dan
Hoben, 1994.
Interaksi Mikroorganisme
Setiap inokulasi strain Rhizobium ke media tanah akan mengalami beberapa kendala  untuk  mencapai  keberhasilan  nodulasi  akar.  Menurut  Chowdury  1976
ada tiga kendala utama yaitu : 1 rhizobia tidak berhasil bertahan hidup di daerah rhizosfer maupun membentuk bintil akar tanaman inang. 2 Inokulan Rhizobium
berhasil  bertahan  hidup  di  daerah  rhizosfer  dan  menghasilkan  bintil  akar  yang baik  tetapi  gagal  bertahan  hidup  di  media  tanah  sekitarnya.  3  Inokulan
Rhizobium gagal bersaing dengan rhizobia asli untuk membentuk bintil akar. Indikasi  kemampuan  kompetitif  dan  daya  efektivitas  strain  rhizobia
tergantung dari karakter strain itu sendiri, namun tanaman inang lebih menyeleksi beberapa strain yang terbaik dari campuran populasi strain efektif dan strain tidak
efektif Robinson, 1968. Ada  beberapa  jenis  fungi  terutama  Penicillium  dan  Aspergillus  bersifat
antagonis terhadap R. trifoli atau R. lupini. Fungi tersebut membentuk koloni pada tanah  atau  daerah  sekitar  rhizosfer  yang  mengakibatkan  berkurangnya  daya
simbiosis  yaitu  berkurangnya  pembentukkan  bintil,  leghaemoglobin  bintil, kandungan nitrogen dan pertumbuhan tanaman inang Robinson, 1968.
Pengaruh Sterilisasi terhadap Kandungan Unsur Hara
Hasil penelitian Toharisman 1989, menunjukkan bahwa sterilisasi dengan autoklaf  lebih  efektif  dalam  membunuh  bakteri  dan  fungi  dibandingkan  dengan
pemberian  fumigasi  Basamid,  Phostoxim,  Nuvantop  dan  Kloroform.  Pengaruh intensitas sterilisasi autoklaf akan meningkatkan pH dan kelarutan Fe, Mn, dan Zn
serta cenderung menurunkan Cu. Perubahan kelarutan unsur mikro tersebut relatif lebih  kecil  pada  tanah  yang  tidak  dikapur  kecuali  Mn.  Pada  tanah  yang  tidak
dikapur, kenaikan intensitas sterilisasi autoklaf menurunkan tinggi tanaman, bobot kering  akar  dan  bobot  kering  bagian  tanaman  kedelai  dan  jagung.  Namun
penurunan  ketiga  peubah  tersebut  tidak  terjadi  pada  tanah  yang  dikapur. Pemberian  kapur  sebelum  sterilisasi  dapat  mengurangi  pengaruh  buruk  autoklaf
terutama menurunkan keracunan Mn.
2.3.  Nitrogen