Keterbatasan Penelitian Keberadaan Larva Aedes aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas

80 lain-lain perlu dilakukan secara teratur seminggu sekali dengan menyikat dan menggunakan sabun dalam pengurasannya agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat tersebut Depkes RI, 2005. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menguras tempat penampungan air. Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara menguras tempat penampungan air dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Dimana dari hasil penelitian diperoleh 13 dari 36 orang 36,1 yang tidak menguras tempat penampungan air dan ditemukan larva Aedes aegypti. Sedangkan, 23 dari 199 responden 11,6 yang menguras tempat penampungan air dan ditemukan larva Aedes aegypti. Hal ini bisa jadi disebabkan karena secara umum nyamuk meletakkan telurnya pada dinding tempat penampungan air, oleh karena itu pada waktu pengurasan atau pembersihan tempat penampungan air dianjurkan menggosok atau menyikat dinding- dindingnya Sutaryo, 2005. Walaupun sebagian masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat telah melaksanakan pengurasan seminggu sekali, namun tetap saja masih ada larva Aedes aegypti yang ditemukan di TPA tersebut. Pelaksanaan pengurasannya masih belum baik seperti hanya membuang air yang berada di TPA yang dianggap sudah 81 kotor kemudian langsung mengganti air TPA tersebut tanpa dilakukan dengan menyikat TPA, sehingga menyebabkan adanya larva Aedes aegypti yang ditemukan. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi, dkk 2013 didapatkan bahwa ada hubungan antara menguras TPA dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarief 2008 di Wilayah Puskesmas Tarakan Kota Makassar yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara menguras TPA dalam rumah dengan keberadaan larva Aedes aegypti Dalam penelitian ini larva Aedes aegypti yang paling banyak ditemukan pada TPA adalah di bak mandi. Sebagaimana dinyatakan oleh Fatimah 2006 bahwa salah satu tempat penampungan air dalam rumah yang sering dijumpai adalah bak mandi. Menguras TPA minimal sekali dalam seminggu dapat mengurangi tempat berkembang biaknya larva Aedes aegypti. Karena dalam siklus hidup nyamuk diketahui bahwa larva Aedes aegypti dapat berkembang biak selama 6-8 hari Herms, 2006, dalam Sulina, 2012. Oleh karena itu, pelaksanaan menguras TPA seminggu sekali berpengaruh dalam kemungkinan terjadinya DBD. Penelitian Novita 2011 menyimpulkan bahwa ada hubungan antara keberadaan larva Aedes aegypti di TPA dengan 82 kejadian DBD, sedangkan menurut Silvia 2007 menyebutkan bahwa menguras TPA berpengaruh terhadap kejadian DBD. TPA terdiri dari TPA di dalam rumah dan TPA di luar rumah. TPA dalam rumah yaitu ember, gentong, tempayan, dan bak mandi. Sedangkan tempat penampungan air luar rumah yaitu vas bunga, kolam ikan, dan lain-lain Bustan, 2007. Selain itu, keberadaan tempat penampungan air di dalam maupun luar rumah sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya larva Aedes aegypti, bahkan TPA tersebut bisa menjadi tempat perkembangbiakan menjadi nyamuk dewasa sehingga dapat menjadi vektor DBD Fatimah, 2006. Puskesmas Ciputat sudah mempunyai program penyuluhan kesehatan tentang menguras TPA. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya belum maksimal dilakukan. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Ciputat kepada masyarakat dalam hal penanggulangan penyakit DBD dengan pengendalian di tempat-tempat berkembang biaknya jentik Aedes aegypti melalui PSN-3M plus terutama dalam hal ini yaitu menguras TPA.

6.3.2 Gambaran Keberadaan Larva Aedes aegypti Berdasarkan

Kegiatan Menutup Tempat Penampungan Air Menutup rapat tempat penampungan air memegang peranan penting dalam PSN DBD yaitu seperti menutup rapat ember,