Keteguhan Lentur Modulus of Elasticity, MOE

2.5 Sifat Mekanis

Sifat mekanis merupakan sifat yang sangat menentukan kekuatan kayu tersebut untuk dijadikan bahan konstruksi kayu. Sifat mekanis yang penting untuk kayu yang dijadikan bahan konstruksi adalah sifat kekakuan dan kekuatan lentur maksimum kayu. Sifat mekanis yang diuji dalam penelitian ini antara lain sifat keteguhan lentur MOE, keteguhan patah kayu MOR, keteguhan rekat dan delaminasi.

2.5.1 Keteguhan Lentur Modulus of Elasticity, MOE

Keteguhan lentur merupakan ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban tanpa terjadi perubahan permanen atau dapat kembali ke bentuk semula. Berdasarkan hasil pengujian nilai MOE glulam dari jenis kayu Jabon berkisar antara 74.274,3-89.872,0 kgcm 2 dengan nilai rata-rata 79.412,5 kgcm 2 , nilai MOE glulam dari jenis kayu Pinus berkisar antara 68.158,6-83.558,5 kgcm 2 dengan nilai rata-rata 75.677,5 kgcm 2 . Hasil pengujian nilai MOE glulam dari kayu Pinus-Jabon berkisar antara 69.219,7-83.233,3 kgcm 2 dengan nilai rata- rata 77.748,0 kgcm 2 . Mengacu pada standar JAS 234 : 2003 nilai MOE minimum adalah sebesar 75.000 kgcm 2 , maka ketiga jenis glulam tersebut memenuhi standar. Gambar 6 Nilai rata-rata MOE glulam. Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa glulam dari kayu Jabon lebih elastis terhadap beban. Nilai MOE glulam dari kayu Jabon lebih tinggi dibandingkan glulam dari kayu Pinus dan Pinus-Jabon. Sifat kelenturan glulam tergantung dari mutu lamina-lamina penyusun glulam tersebut, semakin tinggi mutu kayu lamina penyusun glulam maka semakin tinggi kekuatan glulam yang dihasilkan. Lamina yang memiliki nilai MOE yang paling tinggi diletakkan pada bagian luar dan MOE lamina yang paling kecil diletakkan pada bagian dalam agar kekuatan lentur dan kekuatan patah glulam semakin meningkat. Berdasarkan analisis statistik sidik ragam pada taraf nyata 5 menunjukkan nilai signifikan 0,7710,05 dapat disimpulkan bahwa nilai MOE dari ketiga jenis glulam tidak berbeda nyata dan uji lanjut tidak perlu dilakukan. Herawati 2007 menyatakan bahwa nilai MOE tidak dipengaruhi oleh ukuran lebar lamina tetapi lebih pada kondisi lamina terutama adanya cacat mata kayu atau serat miring. Selain dipengaruhi oleh sifat-sifat kayunya, kualitas perekatan pada penelitian yang dilakukan juga diduga oleh proses pengempaan. Kekuatan glulam juga ditentukan dari proses pembuatannya dan sistem perekatannya. Berdasarkan penelitian Malik dan Santoso 2005 pada glulam dari kayu Pinus dengan perekat LFR Lignin Resolsinol Formaldehide, TRF Tanin Resolsinol Formaldehide dan PRF Phenol Resorsinol Formaldehide dengan perbandingan waktu kempa 8 dan 15 jam memiliki nilai MOE berturut turut 68.264,8 kgcm 2 , 51.561,6 kgcm 2 dan 67.592,8 kgcm 2 ; 45.640,5 kgcm 2 , 46.874,5 kgcm 2 dan 58.992,3 kgcm 2 . Hasil penelitian glulam dari kayu Pinus dengan perekat PRF pada waktu kempa 6 jam memilki nilai MOE yang lebih tinggi dari penelitian Malik dan Santoso tersebut. Besarnya tekanan kempa dan lama waktu pengempaan antara lain bergantung pada jenis kayu, jenis perekat, dan ketebalan balok laminasi.

2.5.2 Keteguhan Patah Modulus of Rupture, MOR