BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4 Sifat Fisis
Sifat fisis kayu merupakan sifat dasar kayu yang menentukan kekuatan kayu. Sifat fisis sangat penting diketahui sebelum menentukan kekuatan kayu.
Pengujian sifat fisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah kadar air dan kerapatan.
2.4.1 Kadar Air
Pada umumnya sifat fisis dan mekanis kayu tergantung dari kadar air kayu. Kadar air adalah banyaknya air yang mampu diikat oleh bahan terhadap berat
kering tanurnya yang dinyatakan dalam persen . Kadar air di dalam kayu segar ditentukan oleh air bebas dan air terikat Haygeen dan Bowyer 2007. Nilai kadar
air kayu tergantung pada suhu dan kelembaban disekitarnya. Pengujian kadar air dari ketiga jenis glulam baik yang campuran dan tidak
campuran memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Nilai kadar air glulam Jabon berkisar antara 9,8-12,1 dengan rata-rata sebesar 11,0, nilai kadar air glulam
Pinus berkisar antara 10,4-11,7 dengan rata-rata sebesar 10,9, dan nilai kadar air glulam campuran Pinus-Jabon berkisar antara 9,2-10,7 dengan rata-
rata 10,0. Nilai kadar air dari ketiga glulam ini telah memenuhi standar JAS 234 : 2003 dimana nilai kadar air maksimum glulam adalah 15.
Gambar 4 Nilai rata-rata kadar air glulam.
Berdasarkan pengujian analisis sidik ragam pada taraf nyata 5 menunjukkan nilai signifikan 0,2040,05 dapat disimpulkan bahwa kadar air
dari ketiga jenis glulam tidak berbeda nyata. Kadar air glulam juga dipengaruhi oleh kadar air lamina penyusunnya,
perbedaan kadar air antar lamina penyusun glulam maksimum 5. Kadar air mempengaruhi sifat kekuatan kayu, pengembangan dan penyusutan. Perubahan
kadar air di atas titik jenuh serat tidak akan memberikan pengaruh yang berarti pada kayu tersebut. Namun sebaliknya perubahan kadar air di bawah titik jenuh
serat akan mempengaruhi keteguhan, pengembangan dan penyusutan dimensi kayu. Kadar air semakin rendah pada umumnya kayu akan bertambah kuat
Haygeen Bowyer 2007.
2.4.2 Kerapatan
Kerapatan merupakan perbandingan antara massa kayu dengan volumenya dalam kondisi kering udara Bowyer et al. 2007. Kerapatan sangat berhubungan
dengan berat jenis kayu. Semakin tinggi berat jenis maka semakin tinggi kerapatan. Semakin tinggi berat jenis kayu semakin banyak zat kayu pada dinding
sel yang berarti semakin tebal dinding sel tersebut. Kekuatan kayu terletak pada dinding sel dimana semakin tebal dinding sel maka kayu tersebut semakin kuat.
Kerapatan kayu dalam satu spesies dapat bervariasi tergantung letaknya dalam pohon, letak dalam spesies tersebut, dan kondisi tempat tumbuh Pandit dan
Kurniawan 2008 Berdasarkan hasil pengujian kerapatan contoh uji kecil bebas cacat
diperoleh kerapatan glulam dari kayu Jabon berkisar antara 0,41-0,46 gcm³ dengan nilai rata-rata 0,43 gcm³. Kerapatan glulam dari kayu Pinus berkisar
antara 0,53-0,63 gcm³ dengan nilai rata-rata 0,57 gcm³ dan kerapatan glulam dari kayu Pinus-Jabon berkisar antara 0,39-0,49 gcm³ dengan nilai rata-rata
0,45 gcm³.
Gambar 5 Nilai kerapatan glulam.
Pada Gambar 5 dapat diketahui bahwa kerapatan glulam dari kayu Pinus memiliki nilai kerapatan yang paling tinggi dibandingkan glulam dari kayu Jabon
dan glulam dari kayu Pinus-Jabon. Hal ini dikarenakan berat jenis kayu Pinus lebih besar dari pada berat jenis kayu Jabon. Menurut Pandit dan Kurniawan
2008, kerapatan berbanding lurus dengan berat jenis. Semakin tinggi berat jenis suatu kayu maka akan semakin tinggi nilai kerapatan kayu tersebut. Pandit dan
Kurniawan 2008 juga menyebutkan bahwa berat jenis rata-rata kayu Pinus
0,55 0,40-0,75 dan berat jenis rata-rata kayu Jabon
0,42 0,29-0,56. Hasil analisis statistik sidik ragam pada taraf nyata 5 menunjukkan nilai
signifikan 0,0010,05 dapat disimpulkan bahwa nilai kerapatan dari ketiga jenis glulam berbeda nyata dan uji Duncan dapat dilanjutkan.
Berdasarkan uji lanjut Duncan, jenis kayu memberikan pengaruh yang nyata terhadap kerapatan. Glulam dari jenis kayu Pinus memiliki kerapatan yang
berbeda nyata dengan glulam dari kayu Jabon dan Pinus-Jabon, sedangkan kerapatan glulam dari kayu Jabon tidak berbeda nyata dengan glulam dari kayu
Pinus-Jabon.
2.5 Sifat Mekanis