Pendidikan non formal METODE PENELITIAN
kelompok binaan, hal ini dikarenakan fasilitator mengerti tentang tugas- tugas serta wewenang dalam kelompok binaan.
Peran Fasilitator
Peran fasilitator yang di amati dalam penelitian ini berupa tingkatan dan persentase peran fasilitatif fasilitator dalam kelompok binaan PNPM Mandiri
Perkotaan. Tingkatan dan persentase peran fasilitatif fasilitator ini disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10. Tingkatan dan persentase fasilitator menurut peran fasilitatif program
PNPM Mandiri Perkotaan Bandar Lampung Tingkat Peran Fasilitatif
Fasilitator Jumlah
Tinggi 8
21,2 Sedang
25 65,7
Rendah 5
13,1 Jumlah
38 100
Berdasarkan tabel di atas diperoleh urutan terbesar tingkat peran fasilitatif fasilitator berada di tingkat sedang. Peran fasilitatif fasilitator tersebut yaitu
membantu anggota komunitas agar berpartisipasi dalam program pengembangan masyarakat, dengan memberikan inspirasi, semangat, rangsangan, inisiatif, energi
dan motivasi sehingga mampu bertindak. Peran ini ini juga berupa memberikan dukungan kepada orang-orang yang terlibat dalam struktur dan kegiatan
komunitas. Hal ini terlihat fasilitator membantu tim refleksi kemiskinan dalam persiapan dan pelaksanaan simulasi refleksi kemiskinan, membantu dalam
persiapan dan pelaksanaan pelatihan LKM lembaga keswadayaan masyarakat serta KSM kelompok swadaya masyarakat.
Perilaku Komunikasi Partisipatif Fasilitator
Perilaku komunikasi partisipatif fasilitator yang diamati dalam penelitian ini adalah 1 tingkatan fasilitator dalam memberikan akses kepada kelompok
binaan PNPM Mandiri, 2 tingkatan fasilitator dalam menciptakan dialog untuk menyelesaikan tugas kelompok dan dialog untuk memelihara interaksi dalam
kelompok binaan dan 3 tingkatan fasilitator dalam melakukan kegiatan refleksi- aksi dalam kelompok binaan.
Tingkatan dalam memberikan akses kepada kelompok binaan ialah sejauh mana fasilitator memberikan ruang dan kesempatan kelompoknya secara bersama-
sama untuk berpartisipasi melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam sebuah kegiatan penanggulangan kemiskinan di daerah mereka. Pemberian
akses ini juga melibatkan pihak-pihak yang mempunyai peran penting, hal ini dimulai dengan memberikan akses ke RT, RW, Lurah sampai kepada pemerintah
setempat di setiap kegiatan-kegiatan kelompok. Tingkatan fasilitator dalam menciptakan dialog penyelesaian masalah
kelompok ialah sejauh mana fasilitator dalam kelompok selalu melakukan dialog bersama sebagai media untuk menyelesaikan masalah-masalah kelompok dalam
tahap perencanaan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan, sedangkan tingkatan fasilitator dalam memelihara interaksi kelompok ialah sejauh mana fasilitator
menciptakan rasa saling menghargai dan menghormati dalam dialog-dialog kelompok.
Tingkatan fasilitator dalam melakukan kegiatan refleksi-aksi ialah sejauh mana fasilitator bersama-sama dengan kelompok binaan untuk melihat kondisi
sosial, lingkungan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan di daerah mereka.
Hasil penelitian di lapangan tentang tingkatan dan persentase perilaku komunikasi partisipatif fasilitator disajikan dalam tabel 11.
Tabel 11. Tingkatan dan porsentase fasilitator menurut perilaku komunikasi
partisipatif program PNPM Mandiri Perkotaan Bandar Lampung Perilaku komunikasi partisipatif
fasilitator Tingkatan
Jumlah Pemberian akses
Rendah 9
23,6 Sedang
13 34,3
Tinggi 16
42,1
Jumlah
38 100
Dialog penyelesaian Rendah
14 36,9
Tugas kelompok
Sedang 9
23,7 Tinggi
15 39,4
Jumlah
38 100
Dialog pemeliharaan Rendah
15 39,4
Sedang 4
10,6
Interaksi kelompok
Tinggi 19
50
Jumlah 38
100
Refleksi - aksi Rendah
12 31,6
Sedang 9
23,7 Tinggi
17 44,7
Jumlah
38 100
Berdasarkan tabel di atas sebanyak 42,1 atau sejumlah 16 responden fasilitator memiliki tingkatan paling tinggi dalam memberikan akses kepada
kelompok binaannya untuk bersama-sama berpartisipasi dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan kelompok binaan. Dapat dikatakan hampir
setengahnya dari responden memiliki tingkatan yang baik dalam memberikan akses kepada kelompok binaannya. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
fasilitator memiliki metoda yang baik dalam menciptakan partisipasi bersama melalui pemberian akses kelompoknya hal ini terlihat fasilitator mengundang para
relawan dan perwakilan kelompok miskin untuk hadir dalam rembug warga pembentukan FGD, melakukan simulasi refleksi kemiskinan, melaksanakan
refleksi kemiskinan, melakukan sosialisasi pemetaan swadaya, serta menjadi mediator - mediator bagi kelompok didalam program PNPM Mandiri
Tingkatan tertinggi fasilitator dalam menciptakan dialog dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok sebesar 39,4 atau sejumlah 15 responden,
sedangkan terendah sebesar 36,9 atau sejumlah 14 responden. Untuk tingkatan sedang sebesar 23,7 atau sejumlah 9 responden. Dapat dikatakan sebesar 63
atau hampir tiga perempat responden fasilitator memiliki tingkatan yang baik dalam menciptakan dialog untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Hasil
pengamatan dilapangan fasilitator mengakui bahwa dialog merupakan media yang tepat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tujuan bersama dalam
kelompoknya. Hal ini terlihat fasilitator memberi saran, memberi informasi, memberi pendapat, mencari informasi di setiap rangkaian kegiatan refleksi
kemiskinan, pemetaan swadata, pembentukan LKM lembaga keswadayaan masyarakat, pembentukan KSM kelompok swadaya masyarakat
Tingkatan tertinggi fasilitator untuk menciptakan pemeliharaan interaksi kelompok dalam dialog kelompok binaan sebesar 50 atau hampir setengah
responden fasilitator dengan jumlah 19 resonden. Berdasarkan wawancara dilapangan dengan fasilitator bahwa hampir separuhnya, fasilitator menyadari
bahwa sangat penting dalam membina dan memelihara interaksi di dalam kegiatan dialog kelompok karena dengan terciptanya interaksi yang baik, segala sesuatu
permasalahan kelompok dapat diselesaikan dengan mudah, walaupun pada pelaksaannya banyak menemui kesulitan. Secara umum fasilitator selalu membina
dan memelihara interaksi dengan kelompok binaannya pada saat melakukan dialog. Hal ini terlihat fasilitator sering membuat lelucon dalam dialog, menerima
dan meminta saran kepada setiap anggota kelompok Sejumlah 17 responden atau sebesar 44,7 responden fasilitator memiliki
tingkatan yang tinggi dalam melakukan kegiatan refleksi-aksi dengan kelompoknya, sedangkan sebesar 23,7 atau sejumlah 9 responden fasilitator
memiliki tingkatan sedang. Dapat dikatakan hampir tiga perempat responden atau sebesar 68,3 melakukan kegiatan refleksi-aksi dengan baik bersama kelompok
binaannya, secara umum seluruh fasilitator melakukan kegiatan refleksi-aksi, karena mereka menyadari dengan melakukan kegiatan refleksi-aksi dapat
menyadarkan kelompok binaan untuk mengerti kondisi sosial, lingkungan mereka serta dapat mengidentifikasi faktor penyebab kemiskinan yang terjadi di daerah
mereka secara mandiri. Hal ini terlihat fasilitator bersama-sama engan anggota kelompok membentuk tim pemetaan swadaya, merencanakan dan melaksanakan
refleksi kemiskinan.
Hubungan Karakteristik Fasilitator terhadap Perilaku Komunikasi Partisipatif Fasilitator
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan nyata antara karakteristik fasilitator terhadap perilaku komunikasi partisipatif fasilitator.
Adapun variabel karakteristik fasilitator yaitu pengalaman, pengetahuan nonteknis, pengetahuan teknis dan pendidikan nonformal. Variabel perilaku
komunikasi partisipatif fasilitator, yaitu pemberian akses, dialog penyelesaian tugas, dialog pemeliharaan kelompok dan refleksi aksi. Untuk mengetahui tingkat
hubungan antara kedua variabel tersebut, dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan uji korelasi Spearman dengan program SPSS 17.0 for windows.