4. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Bandar Lampung.
Tabel 17. Data jumlah penduduk penyandang masalah kesejahteraan sosial di
Kota Bandar Lampung tahun 2008.
No. Kecamatan
Anak Terlantar
Tuna susila
Gelandangan Jompo
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
13 Kecamatan Teluk Betung Barat
Kecamatan Teluk Betung Selatan Kecamatan Panjang
Kecamatan Teluk Betung Utara Kecamatan Tanjung Karang Timur
Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kecamatan Tanjung Karang Barat
Kecamatan Kemiling Kecamatan Kedaton
Kecamatan Rajabasa Kecamatan Tanjung Seneng
Kecamatan Sukarame Kecamatan Sukabumi
168 70
17 12
56 45
7 17
72 29
14 11
17 40
26 1
3 2
2 1
3 49
23 9
9 2
2 3
1
17 166
395 52
33 186
39 39
27 26
14 35
43
535 78
115 1.087
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2008 Pada tabel 7 menunjukan penyandang masalah sosial terbesar di kota
Bandar Lampung adalah jompo yaitu sejumlah 1.087 jiwa dan anak terlantar berada di urutan kedua, sedangkan untuk tuna susila berada di urutan terakhir
dalam masalah kesejahteraan sosial di kota Bandar Lampung.
5. Jumlah Tenaga Kerja dan Usaha Di Kota Bandar Lampung
Tabel 8. Data jumlah distribusi tenaga kerja di Bandar Lampung tahun 2008
No. Sektor
Usaha Tenaga Kerja
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
13 Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air
Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran
Penyediaan Akomodasi dan Makan minum Trasnportasi, Pergudangan
Perantara Keiangan Real Estate, usaha Persewaan
Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan
Jasa Kemasyarakatan, social budaya Jasa Perorangan Rumah Tangga
257 6.125
32 974
45.354 15.629
14.379
374 5.436
919 565
9.118 6.205
383 29.917
1.122 3.79
81.864 27.074
20.519
5.274 10.179
16.534 4.439
18.630 6.248
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2008
Deskripsi Program PNPM Mandiri Perkotaan
PNPM Mandiri pada hekekatnya adalah gerakan dan program nasional yang dituangkan dalam kerangka kebijakan yang menjadi acuan pelaksanaan
program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bertujuan menciptakan atau meningkatkan kapasitas
masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, untuk menyelesaikan berbagai persoalan pembangunan yang dihadapinya dengan baik dan benar.
PNPM Mandiri membutuhkan harmonisasi kebijakan yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui perbaikan pemilihan sasaran baik wilayah
maupun masyarakat penerima manfaat, prinsip dasar, strategi, pendekatan, indikator, serta berbagai mekanisme dan prosedur yang diperlukan untuk
mengefektifkan penanggulangan kemiskinan dan mempercepat tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mulai tahun 2007 pemerintah
mencanangkan PNPM mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri perdesaan PNPM MPd, PNPM Mandiri perkotaan PNPM MPk, serta PNPM Mandiri wilayah
khusus dan desa tertinggal. Program penanggulangan kemiskinan di Perkotaan P2KP dilaksanakan
sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara
berkelanjutan. Program ini sangat stratergis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepimpinan masyarakat yang
representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial masyarakat di masa mendatang. Lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar,
representatif dan dipercaya tersebut secara generik disebut badan keswadayaan masyarakat atau disingkat BKM dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat
untuk menggali kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai kemasyarakatan sebagai pondasi modal sosial.
Tiap BKM bersama masyarakat telah menyusun perencanaan jangka menengah program penaggulangan kemiskinan yang kemudian lebih dikenal
sebagai PJM Pronangkis secara partisipatif, sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi
pemerintah dan prakarsa masyarakat, BKM-BKM ini mulai menjamin kemitraan