Hubungan antara pengalaman terhadap perilaku komunikasi partisipatif fasilitator
dimiliki fasilitator maka memliki kecenderungan semakin rendah perilaku komunikasi partispatifnya.
Untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel pengalaman terhadap variabel perilaku komunikasi partisipatif tersebut, dilakukan pengujian statistik
dengan menggunakan anlisis uji korelasi Spearman. Tabel 13. Koefisien korelasi r antara pengalaman dan perilaku
komunikasi partisipatif fasilitator
Karakteristik fasilitator Perilaku komunikasi partisipatif fasilitator
Pengalaman r
Sig 0.367
0.024
Keterangan: nyata pada α = 0,05
Berdasarkan tabel 13, dapat dikatakan variabel pengalaman berhubungan nyata positif terhadap perilaku komunikasi partisipatif, dengan nilai signifikansi
sebesar 0.024 pada alpha 5. Hubungan nyata positif menunjukan semakin tinggi pengalaman fasilitator, memiliki kecenderungan perilaku komunikasi partisipatif
fasilitator semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pengalaman fasilitator, memiliki kecenderungan perilaku komunikasi partisipatif semakin rendah.
Hubungan nyata positif tersebut dikarenakan fasilitator memiliki pengalaman dalam menciptakan perilaku komunikasi partisipatif. Pengalaman tersebut
berdasarkan data yang diperoleh, terlihat fasilitator pernah mengikuti program P2KP, program kemiskinan Bandar Lampung, dan Gema Tapis. Dengan
pengalaman tersebut fasilitator memiliki pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap dalam menciptakan perilaku komunikasi partisipatif, sehingga dapat
diterapkan kembali pada PNPM Mandiri. Walaupun hampir separuh dari jumlah fasilitator memiliki waktu
pengalaman yang rendah, tetapi memiliki hubungan tehadap perilaku komunikasi partisipatif, apabila lamanya pengalaman yang dimiliki fasilitator semakin tinggi
dapat dikatakan, semakin memiliki hubungan yang erat terhadap perilaku komunikasi partisipatifnya.
Untuk melihat hubungan antara variabel pengalaman dengan variabel pemberian akses, dialog penyelesaian tugas kelompok, dialog pemeliharaan
kelompok dan refleksi aksi, dilakukan uji analisis korelasi rank Spearman dan didapatkan hasil yang tersaji pada tabel 14.
Tabel 14. Koefisien korelasi r antara pengalaman dan variabel perilaku komunikasi partisipatif fasilitator
Karakteristik fasilitator
Perilaku Komunikasi Partisipatif Failitator Pemberian akses
Dialog menyelesaikan
tugas kelompok Dialog
pemeliharan kelompok
Refleksi aksi
Pengalaman r
Sig r
Sig r
Sig r
Sig 0.286
0.082 0.364
0.025 0.380
0.019 0.399
0.013
Keterangan: nyata pada α = 0,05
Berdasarkan hasil analisis statistik pada tabel 14, dapat dikatakan variabel pengalaman berhubungan nyata positif terhadap dialog dalam menyelesaikan
tugas kelompok dengan nilai signifikansi sebesar 0.025 pada alpha 5. Hubungan nyata positif menunjukan semakin tinggi pengalaman fasilitator, memiliki
kecenderungan proses dialog dalam menyelesaikan tugas kelompok semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pengalaman fasilitator memiliki kecenderungan
proses dialog dalam menyelesaikan tugas kelompok semakin rendah. Hubungan nyata positif ini, dikarenakan fasilitator memiliki pengalaman
menyelesaikan masalah kelompok dalam bentuk dialog. Dengan pengalaman tersebut dapat diterapkan kembali pada PNPM Mandiri, sehingga dengan mudah
menyelesaikan masalah-masalah dalam kelompok. Hal ini terlihat berdasarkan data yang diperoleh, fasilitator kelompok memberikan banyak ide-ide, informasi
dan pendapat di saat kegiatan refleksi kemiskinan, pembentukan LKM sebagai wadah sinergi masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 14, dapat dikatakan variabel pengalaman berhubungan nyata positif terhadap dialog dalam memelihara
kelompok dengan nilai signifikansi sebesar 0.019 pada alpha 5. Hubungan nyata positif menunjukan semakin tinggi
pengalaman fasilitator, memiliki kecenderungan proses dialog dalam memelihara kelompok binaan semakin tinggi,
sebaliknya semakin rendah pengalaman fasilitator memiliki kecenderungan proses dialog dalam memelihara kelompok binaan semakin rendah. Hubungan nyata
positif ini dikarenakan fasilitator memiliki pengalaman dalam proses pemeliharaan kelompok. Dengan pengalaman tersebut dapat dengan mudah
diterapkan kembali untuk memelihara keseimbangan kelompok pada PNPM Mandiri. Hal ini terlihat berdasarkan data yang diperoleh, fasilitator selalu
memberi dan menerima sumbangan ide dan pendapat yang berbeda-beda dari
anggota kelompok, serta selalu memberikan lelucon-lelucon yang dapat menciptakan situasi yang hangat di dalam dialog kelompok.
Variabel pengalaman juga berhubungan nyata positif terhadap proses refleksi aksi. Hal ini terlihat pada tabel 14, dengan nilai signifikansi sebesar 0.013
pada alpha 5. Hubungan nyata positif menunjukan semakin tinggi pengalaman fasilitator, memiliki kecenderungan proses refleksi aksi yang dilakukan fasilitator
semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pengalaman fasilitator memiliki kecenderungan proses refleksi aksi yang dilakukan fasilitator semakin semakin
rendah. Hubungan nyata positif ini dikarenakan fasilitator memiliki pengalaman dalam proses refleksi aksi. Dengan pengalaman tersebut dapat dengan mudah
diterapkan kembali pada PNPM Mandiri. Hal ini terlihat berdasarkan data yang diperoleh, fasilitator mampu mengikutsertakan setiap anggotanya untuk ikut
melakukan kegiatan refleksi aksi, dengan membuat sebuah modul yang berisi hasil identifikasi penyebab kemiskinan dan modul analisis kemiskinan di
daerahnya.