Mekanisme pembiayaan tabungan asuranasi dana haji pada divisi syariah AJB Bumiputra 1912
MEKANISME PEMBIAYAAN TABUNGAN ASURANSI DANA
HAJI PADA DIVISI SYARIAH AJB BUMIPUTRA 1912
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Muhammad Nurhadi NIM: 107046200325
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 15 September 2011
(5)
ABSTRAK
Muhammad Nurhadi (107046200325) Skripsi: Mekanisme Pembiayaan Asuransi Dana Haji Pada Divisi Syariah AJB BUMIPUTRA. Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini. Penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan suatu peristiwa, serta berusaha memberikan
interprestasi yang tepat.
Masyarakat Indonesia adalah suatu komunitas yang mayoritas beragama Islam, sehingga dalam bermuamalah harus sesuai dengan syariat Islam. Kini hampir seluruh lembaga keuangan yang ada di Indonesia menggunakan sistem syariah, sistem ini di anggap lebih adil baik bagi perusahaan maupun nasabah karena tidak menggunakan sistem bunga dalam operasionalnya melainkan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan (aqad) sehinnga terhindar dari praktik riba, maysir dan gharar. Setiap
ummat Islam dimanapun berada tidak ada yang tidak rindu untuk menunaikan ibadah haji, baik yang sudah menunaikannya maupun yang belum selalu saja ingin melaksanakan rukun Islam yang kelima ini. Terlebih dari waktu ke waktu biaya haji yang tiap tahun selalu naik membuat masyarakat sulit merencanakan biaya untuk menunaikan ibadah haji.
Divisi Syariah AJB BUMIPUTRA 1912 mempunyai produk yang khusus dirancang untuk masyarakat yang ingin mempersiapkan biaya penyelenggaraan ibadah haji yang bernama Mitra Mabrur. Peserta yang ingin mengikuti Mitra Mabrur sangat mudah, peserta cukup mengisi aplikasi produk Mitra Mabrur, memfotokopi KTP, dan membayar premi awal. Setelah itu peserta diberi pilihan untuk cara bayar,
bisa sekaligus, bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan. Jumlah polis Mitra
Mabrur Wilayah Jakarta pada tahun 2009 adalah 1.845 orang, pada tahun 2010 adalah 1.530 orang, dan pada tahun (Agustus) 2011 adalah 2.394 orang.
Keunggulan dari produk ini ialah : tidak mengenal polis leps, meskipun
peserta baru sekali bayar. Peserta sudah mendapatkan nilai tunai hingga 60%. Hasil investasi (mudharabah) produk Mitra Mabrur lebih dari bunga deposito bank
(6)
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayahnya yang tak terkira kepada Penulis. Sehingga Penulis dapat mengerjakan Skripsi ini dengan selesai. Salawat teriring salam tak lupa Penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat dan ummatnya yang berjuang untuk menegakan ekonomi syariah dimuka bumi ini.
Penulis merasa bersyukur karena telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Mekanisme Pembiayaan Tabungan Asuransi Dana Haji Pada Divisi Syariah AJB BUMIPUTRA 1912”. Namun semua itu tak akan selesai tanpa doa dan bantuan berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu tak ada salahnya Penulis berterimakasih sebanyak - banyaknya kepada:
1. Bapak dan Ibu Orang Tua Penulis tercinta, yang selalu senantiasa berkorban materi dan non-materi, tak kenal lelah berdoa untuk kebaikan anaknya serta selalu mendukung keberhasilan anaknya dalam menyelesaikan kuliahnya hingga selesai.
2. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Terima kasih kepada Ibu Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat, dan juga terima kasih kepada Bapak Mu’min Rouf, MA, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.
4. Terima kasih kepada Bapak Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag. MA. Yang sudah bersedia menjadi dosen pembimbing Penulis dan mau mengarahkan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
(7)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6
D.Kajian Studi Terdahulu ... 7
E. Metode Penelitian ... 9
F. Teknik Penulisan ... 12
G.Kerangka Teori ... 12
H.Sistematika Penulisan ... 15
BAB II TEORI PEMBIAYAAN TABUNGAN ASURANSI SYARIAH A. Pembiayaan ... 17
1. Pengertian Pembiayaan ... 17
2. Jenis- jenis Pembiayaan ... 18
(8)
ii
3. Jenis - jenis Tabungan ... 26
C. Asuransi Syariah ... 28
1. Pengertian Asuransi Syariah ... 28
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah ... 31
3. Prinsip - prinsip Asuransi Syariah ... 34
4. Produk Asuransi Syariah ... 34
BAB III GAMBARAN UMUM DIVISI SYARIAH AJB BUMIPUTRA 1912 A Sejarah Divisi Syariah AJB BUMIPUTRA 1912 ... 40
B Visi Misi Divisi Syariah AJB BUMIPUTRA 1912 ... 43
C Produk Yang Dihasilkan ... 46
BAB IV MEKANISME PEMBIAYAAN ASURANSI DANA HAJI A.Pembiayaan Dana Haji Pada Asuransi Syariah ... 52
B. Sistem Operasional Dan Aplikasi Produk Mitra Mabrur ... 55
1. Sistem Operasional ... 55
2. Aplikasi Produk Mitra Mabrur ... 64
C. Perkembangan Produk Mitra Mabrur ... 66 D.Analisis Keunggulan dan Kelemahan Produk Mitra Mabrur…68
(9)
iii
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan ... 71 B Saran ... 73 Lampiran – lampiran
Surat Permintaan Asuransi Jiwa Polis Produk Mitra Mabrur
(10)
x
1. Tabel 3.1. ……… 42
2. Tabel 3.2. ………... 47
3. Tabel 4.1. ……….. 65
4. Tabel 4.2. ....………. 67
(11)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia adalah suatu komunitas yang mayoritas beragama Islam, sehingga dalam bermuamalah harus sesuai dengan syariat Islam. Kini hampir seluruh lembaga keuangan yang ada di Indonesia menggunakan sistem syariah, sistem ini dianggap lebih adil baik bagi perusahaan maupun nasabah karena tidak menggunakan sistem bunga dalam operasionalnya melainkan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan (aqad)
sehinnga terhindar dari praktik riba, maysir dan gharar. Setiap individu atau
keluarga pasti mengiginkan untuk hidup berkecukupan. Tapi banyak dari mereka merasa semua itu sulit untuk dicapai apalagi dalam situasi ekonomi seperti sekarang ini.1 Karena rasa sulit yang dirasa, maka kebanyakan dari mereka tidak melakukan perencanaan sama sekali, hal ini yang membuat kehidupan sebagian masyarakat yang sudah sulit menjadi tambah sulit. Kekayaan dalam arti finansial sangat dipengaruhi oleh sebuah perencanaan
jangka panjang yang dilaksanakan dengan keseimbangan.2
1 Adler Haymans dan Rizky T Lutfi. Successful Financial Plane, (Jakarta: PT Grasindo, 2003), h. 44.
(12)
Ibadah haji merupakan salah satu jenis ibadah yang dilaksanakan oleh seluruh ummat Islam di seluruh dunia.3 Muslim dari seluruh dunia berbagai ras dan suku bangsa datang bondong-bondong menuju ke satu tempat untuk melakukan ibadah haji. Tak peduli kaya, tak peduli miskin, tak peduli dari mana asalnya dan apa pekerjaanya, semuanya berkumpul di tempat yang sama dengan pakaian yang sama dan melakukan hal yang sama. Sungguh, ibadah haji merupakan ibadah yang spesial untuk ummat Islam.4 Kalau kita lihat orang-orang tua jaman dulu, mereka bisa pergi haji dengan menjual tanah, emas atau hewan ternak mereka. Itulah alat investasi jaman dahulu, benda-benda yang memiliki nilai yang naik atau setidaknya tidak habis dimakan waktu. Dan yang paling efektif biasanya adalah dalam bentuk emas. Karena emas memiliki nilai yang stabil jika dibandingkan dengan kenaikan harga
(inflasi) dan juga stabil jika dibandingkan dengan nilai mata uang asing, maka
emas bisa menjadi alat investasi yang efektif untuk menyiapkan dana naik haji.
Menjual emas untuk pembiayaan haji bukan barang baru. Namun memadukan emas sebagai media investasi untuk keperluan haji, masih belum banyak dikembangkan. Padahal dengan melihat potensi pasar di Indonesia,
3“Artikel ini diakses pada tanggal 10 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org”. 4 Ahmad Gozali, “Perencana Keuangan”, Ártikel diakses pada tanggal 13 Desember 2010 dari www.perencanakeuangan.com .
(13)
3
emas sebagai media investasi haji sangat berpeluang.5 Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan /atau tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui
aqad (perikatan) yang sesuai dengan syariah6. Konsep Asuransi sudah dikenal
sejak jaman Rasullallah SAW. Adat istiadat yang berlaku pada suku arab pada waktu itu ialah bila salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku lain, maka sebagai isyarat islah atau perdamaian, keluarga terdekat si
pembunuh harus membayar kompensasi sejumlah uang tebusan atau uang darah atau diyat kepada ahli waris korban atau pihak yang terbunuh. Untuk
menghindari pembunuhnya dari jerat hukum, kompensasi dari diyat tersebut
disebut al aqh, sedang orang yang membayar diyat atau denda disebut al’ aqil.7
Asuransi dalam literature ke Islaman lebih banyak bernuansa sosial
dari pada bernuansa ekonomi atau profit oriented (keuntungan bisnis). Hal ini
dikarenakan oleh aspek tolong-menolong yang menjadi dasar utama dalam menegakan praktik asuransi dalam Islam.8 Selain perbankan asuransi pun tak mau ketinggalan kini asuransi menciptakan produk khusus untuk masyarakat
5 Muhammad Lutfi Hamidi, Gold Dinar System Global Yang Stabil dan Berkeadilan, (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007), h. 159.
6 Muhammad Amin Suma, Asuransi Syariah & Asuransi Konvensional, (Ciputat: Kholam Publishing, 2006), h. 41.
7Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 170. 8 A.M. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, (Studi Tinjauan Analisis
(14)
yang ingin menyiapkan dana ibadah haji. Selain tabungan ini untuk pembiayaan dana haji, asuransi ini juga berfungsi sekaligus memberikan proteksi bagi peserta yang ingin mempersiapkan keberangkatan dalam menunaikan ibadah haji untuk ahli warisnya apabila peserta meninggal dalam perjalanan ibadah haji. Jika dibandingkan dengan produk bank, produk asuransi pembiayaan dana haji lebih baik dalam hal pembagian hasil investasi karena produk ini memang dibuat khusus bagi peserta yang ingin merencanakan ibadah haji.9 Seiring berkembangnya inovasi dalam produk asuransi. Asuransi kini bukan saja sebagai lembaga keuangan yang bekerja memproteksi keuangan nasabah. Namun asuransi kini berfungsi sebagai tempat investasi untuk masyarakat yang ingin merencanakan keuangan di masa depan. Dengan banyaknya kebutuhan akan suatu lembaga keuangan untuk berinvestasi yang aman dan dapat memberikan keuntungan, serta dapat memberikan proteksi akan investasinya tersebut.
Ternyata, ada banyak cara untuk bisa naik haji. Jangan berkilah belum mampu sedangkan haji hanya diwajibkan untuk yang mampu. kini haji bukan cuma impian lagi. Lewat penelitian ini Penulis berharap masyarakat dapat mampu merubah cara berpikir bahwa berhaji bukan saja bagi yang mampu, namun berhaji dapat direncanakan. Tergantung bagaimana niat untuk menjalankan perintah Allah SWT dan sedikit usaha untuk menyisihkan
9 Ahmad Gozali, ”Perencana Keuangan” ,Ártikel diakses pada tanggal 13 Desember 2010 dari www.perencanakeuangan.com.
(15)
5
penghasilan dari hasil usaha. Melihat latar belakang yang telah Penulis paparkan. Penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut kedalam sebuah penelitian yang berjudul: “Mekanisme Pembiayaan Tabungan Asuransi Dana Haji Pada Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Melihat dari latar belakang permasalahan di atas, akan sangat luas jika masalah tersebut di bahas secara keseluruhan, oleh karena itu agar dalam penulisan lebih terarah kepada permasalahan yang di maksud, maka Penulis hanya akan membatasi pada persoalan bagaimana mekanisme pembiayaan tabungan asuransi dana haji serta aplikasi dari produk Mitra Mabrur dalam pembiayaan dana haji peserta.
2. Perumusan masalah
Setelah Penulis mengetahui pembatasan masalah di atas, maka Penulis membatasi masalahnya sebagai berikut:
1) Apakah sudah sesuai prosedur mekanisme pembiayaan asuransi dana haji pada Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912 ?
2) Apa saja produk-produk yang ditawarkan pada Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912.?
(16)
3) Apa kelebihan dan kekurangan dari produk tabungan asuransi dana haji pada Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jawaban terhadap masalah yang muncul melalui batasan pelaksanaan yang akan dilaksanakan, sifatnya merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang dilakukan berdasarkan masalah yang dirumuskan, adapun tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai prosedur pembiayaan tabungan asuransi dana haji.
2) Untuk mengetahui seberapa besar minat masyarakat terhadap tabungan asuransi dana haji.
3) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tabungan dana haji pada asuransi syariah.
Sedangkan manfaat penelitian ini diupayakan memberikan kontribusi bagi berbagai pihak yang terkait diantaranya:
1) Bagi masyarakat luas agar dapat lebih mengenal produk-produk asuransi syariah yang telah dipasarkan terutama produk pembiayaan tabungan asuransi dana haji.
(17)
7
2) Bagi perusahan bisa lebih mengenalkan produk tabungan asuransi dana haji pada masyarakat dan kelebihan produk tersebut dari produk sejenis sehingga bisa mengembangkan produk-produk yang sudah ada agar bisa lebih inovatif dan variatif.
3) Bagi Penulis manfaat penelitian ini dapat menjadi wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai produk asuransi syariah khususnya mekanisme tabungan asuransi dana haji pada Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912.
D. Kajian Studi Terdahulu
Dalam penulisan penelitian ini agar terhindar dengan kesamaan objek penelitian, untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan kajian terdahulu. Berdasarkan pengamatan dan pengkajian yang telah terkait dengan permasalahan yang di bahas dalam penulisan penelitian ini, adapun kajian pustaka yang terkait dengan permasalahan yang akan di bahas yaitu:
No Identitas Substansi lama Substansi baru 1 Mutia Sari 203046101729
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi 2008 Judul: “Konsep
Pembiayaan KPRS (Kredit Perbaikan Rumah
Swadaya) Mikro Syariah
Permasalahan yang diangkat mengenai penyaluran pembiayaan kredit perbaikan rumah swadaya yang
diterbitkan oleh penerbit kredit yaitu:
Permasalahan yang Penulis akan bahas yaitu: pembiayaan asuransi dana haji, bagaimana aplikasi produk
(18)
Bersubsidi Melalui LKMS (Studi di BMT
Husnayatun”).
BMT Husnayatun, Serta kemampuan masyarakat untuk mengembalikannya sesuai jangka waktu yang telah ditentukan.10
Mitra Mabrur dalam
memberikan pembiayaan dana haji dan kelebihan produk tersebut. Di banding dengan produk sejenis
2 Ita Rohmawati UIN Maulana Malik Ibrahim. Skripsi 2010 Judul: “Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Haji dan Asuransi Dana Haji (studi komparasi pada PT Asuransi Syariah Mubarakah dan AJB Bumiputra 1912 unit syariah Malang)”.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: pengelolaan dana asuransi haji dan asuransi dana haji pada PT Asuransi
Mubarakah dan AJB Bumiputra serta premi peserta serta nisbah bagi hasil.11
Permasalah yang Penulis angkat dalam penelitian ini ialah: bagaimana makanisme pembiayaan asuransi dana haji, dengan objek pada Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912.
10 Mutia Sari, “Konsep Pembiayaan KPRS (Kredit Perbaikan Rumah Swadaya) Mikro Syariah Bersubsidi Melalui LKMS”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri, 2008).
11 Ita Rohmawati, “Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Haji dan Asuransi Dana Haji”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Malang, 2010).
(19)
9
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan suatu peristiwa, serta berusaha memberikan interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif ini mempelajari masalah-masalah dalam suatu masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Oleh karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan Mekanisme Pembiayaan Tabungan Asuransi Dana Haji Pada Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912.
2. Teknik Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa penelitian langsung yang dilakukan dengan cara suvei pada Divisi
Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912. Pada penelitian ini digunakan juga penedekatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui arsip dokumen, laporan keuangan dan data-data atau sumber lainnya yang memberikan kontribusi dalam penyelesaian penelitian ini.
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan jenis data yaitu data kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalau pun ada
(20)
angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang seperti artikel dan kuantitatif, yang berupa angka-angka seperti laporan keuangan yang digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap data kualitatif.
3. Sumber Data
Adapun dalam penulisan penelitian ini, Penulis menggunakan jenis data kualitatif yang berupa kata-kata adapun yang berupa angka-angka hanya sebagai penunjang. Selain itu Penulis juga menggunakan dua sumber data yaitu:
1. Sumber Data Primer
Merupakan data yang di peroleh secara langsung dari sumber data atau dari hasil penelitian lapangan. Untuk memperoleh data primer ini, Penulis melakukan wawancara kepada pihak Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912 yang di anggap dapat memberikan informasi untuk penelitian.
2. Sumber Data Sekunder
Dalam hal ini data yang di peroleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, majalah, internet serta sumber lainnya yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang Penulis gunakan adalah sebagai berikut:
(21)
11
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung kelapangan dengan mendatangi nara sumber, hal ini guna mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi pada lokasi penelitian.
b. Wawancara
Dalam hal penulisan penelitian ini, Penulis melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang berkompeten untuk mengetahui informasi permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini.
c. Penelitian Kepustakaan
Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data yang ada, yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini melalui buku-buku, artikel, brosur, internet dan media lainnya yang berhubungan pokok pembahasan.
5. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah mengelompokan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Data akan disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, dan sejenisnya yang dikumpulkan dengan metode deskriptif yaitu memaparkan serta membandingkan aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian yang telah dirumuskan dari data kualitatif. Setelah data
(22)
dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan analisa kualitatif.
F. Teknik Penulisan
Dalam hal teknik penulisan penelitian, Penulis berpedoman kepada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 yang merupakan sandaran penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.
G. Kerangka Teori
Kita mengenal pembiayaan adalah kegiatan pembayaran untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Pembiayaan konsumen termasuk ke dalam jasa keuangan dan dapat dilakukan baik oleh bank ataupun lembaga keuangan non-bank dalam bentuk perusahaan pembiayaan.12Menurut kamus besar bahasa Indonesia, salah satu pengertian pembiayaan adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau lembaga keuangan lain.13
12 “Artikel ini diakses pada tanggal 10 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org”. 13 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 57.
(23)
13
Saat ini perkembangan pasar keuangan syariah sedang marak di dunia, khususnya di negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim. Kemajuan pasar syariah di Indonesia terutama dalam perbankan maupun asuransi syariah cukup signifikan, di ikuti lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya. Pasar keuangan syariah lahir dengan konsep dan filosofi interest free, yang
melarang penerapan bunga dalam semua transaksi karena termasuk kategori
riba.
Makna asuransi dalam bahasa Arab, asuransi di sebut At-ta’min yang
berasal dari kata amana yang memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut.14 Menurut UU No 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, Pasal 1 ayat (1) UU tersebut mengatakan bahwa. Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung kerena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab yang timbul dari suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang dipertanggungkan.15
Produk ungulan dalam asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional, produk unitlink (gabungan asuransi dan investasi) menjadi
trend sementara. Karena dalam produk ini peserta tidak hanya terlindungi
14 Kuat Ismanto, Asuransi Syariah Tinjuan Asas-asas Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 51
(24)
keuangannya tetapi juga peserta bisa sekaligus berinvestasi sesuai kesepakatan syariah.16 Mitra Mabrur (Asuransi Dana Haji) adalah program yang dikhususkan bagi peserta yang ingin merencanakan pembiayaan dana haji. Produk ini menawarkan proteksi + Investasi yang sesuai dengan syariah. Manfaat dari produk asuransi dana haji yaitu:
Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya akan memperoleh hal-hal berikut: Sebelum pergi haji, Ahli waris yang ditunjuk dapat mengantikan peserta untuk menunaikan ibadah haji sesuai jadwal yang ditentukan tanpa harus membayar iuran (premi)
Haji (Bahasa Arab Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang
kelima setelah syahadat, salat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai muslim haji (bulan Dzulhijjah). Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada 8 Dzulhijjah ketika umat Islam bermalam di Mina (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan berakhir setelah melempar jumroh (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Dzulhijjah.17
16 Ali Zainudin, Hukum Asuransi Syariah. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 50 17 Amir Syarifudin, Garis-garis Besar Fiqih (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 63
(25)
15
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, Penulis mengklasifikasikan penulisan dalam beberapa bab, dengan sistematika sebagai berikut:
Pada bab I yaitu, pendahuluan Penulis memaparkan bahasan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian studi terdahulu, metode penelitian, kerangka teori, teknik penulisan dan sistematika penulisan, selanjutnya. Pada bab II yaitu. Landasan Teori pada bab ini Penulis memaparkan bahasan dan penjelasan mengenai teori yang digunakan landasan untuk pembahasan. Seperti mekanisme pembiayaan asuransi dana haji, di dalamnya meliputi pengertian pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, pengertian tabungan, jenis-jenis tabungan, pengertian asuransi, landasan hukum, produk-produk asuransi, serta asuransi dana haji.
Pada bab selanjutnya yaitu bab III Penulis mengambarkan secara umum perusahaan yang diteliti. Penulis mengangkat tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan produk-produknya yang dipasarkan. Pada bab IV Penulis membahas mengenai dari rumusan masalah yang Penulis angkat yaitu, Mekanisme Pembiayaan Asuransi Dana Haji. yang berisikan bagaimana cara pembiayaan dana haji pada asurasni syariah Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912,
(26)
sistem operasional dan aplikasi produk Mitra Mabrur dan juga membahas perkembangan produk Mitra Mabrur serta keunggulan dan kelemahan produk Mitra Mabrur. Pada bab ke V yaitu, penutup. Pada bab ini Penulis Merangkum bahasan-bahasan intisari dari keseluruhan pembahasan dan pada bagian ini merupakan kesimpulan dan saran mengenai permasalahan penelitian ini.
(27)
17
BAB II
TEORI PEMBIAYAAN TABUNGAN ASURANSI SYARIAH
A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Dalam bahasa sehari-hari kata pembiayaan sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan yang dikemudian hari atau memperoleh barang dengan membayar cicilan yang kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian bisa juga dapat berbentuk barang atau bentuk uang. Baik pembiayaan berbentuk barang maupun pembiayaan berbentuk uang dalam hal pembayarannya adalah dengan menggunakan metode angsuran atau cicilan tertentu.1
Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktifitas bisnis. Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.2
1 Selfie Rahayu, “Analisis Pembiayaan Usaha Mikro Syariah”, (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 19.
2 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005), h. 17.
(28)
2. Jenis-jenis Pembiayaan
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan jenis pembiayaanya. Dalam praktiknya pembiayaan yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis. Secara umum jenis-jenis pembiayaan yang disalurkan dan dilihat dari berbagai segi adalah:
a) Dilihat dari Segi Kegunaanya
Maksud jenis pembiayaan dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk melihat pengguna uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis pembiayaan yaitu3:
1) Pembiayaan Investasi
Yaitu pembiayaan yang biasanya digunakan untuk keperluan kepuasan usaha membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakainnya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya digunakan pembiayaan ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
2) Pembiayaan Modal Kerja
Merupakan pembiayaan yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh pembiayaan modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses
(29)
19
produksi perusahaan. Pembiayaan modal kerja merupakan pembiayaan yang dicairkan untuk mendukung pembiayaan investasi yang sudah ada.
b) Dilihat dari Segi Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu pembiayaan, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperlauan pribadi jenis pembiayaan ini dilihat dari segi tujuan adalah4:
1. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan yang digunakan untuk peningkatan usaha produksi atau investasi. Pembiayaan ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Artinya pembiayaan ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu baik berupa barang maupun jasa.
2. Pembiayaan Konsumtif
Merupakan pembiayaan yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam pembiayaan ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
4 Ibid., h.77.
(30)
3. Pembiayaan Perdagangan
Pembiayaan perdagangan merupakan pembiayaan yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan dagangan tersebut. Pembiayaan ini sering diberikan kepada suplier atau
agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu. 3. Pembiayaan Pada Asuransi Syariah
Pada dasarnya prinsip asuransi syariah tidak jauh berbeda dengan perbankan dalam hal mengelola dana dari masyarakat untuk di investasikan, yaitu dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil yang digunakan dalam asuransi syariah ini adalah mudharabah dan musyarakah. Kedua prinsip tersebut biasanya dipakai untuk pembiayaan
modal usaha terhadap pihak ketiga. Guna meningkatkan investasi perusahaan.
1. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Dengan aplikasi pembiayaan modal, pembiayaan proyek dan pembiayaan eksport.
(31)
21
Aplikasi mudharabah dalam asuransi syariah ini, menurut
Karnaen A. Perwataatmadja, memiliki tiga unsur. Pertama, dalam perjanjian antara peserta dengan perusahaan asuransi, perusahaan diberikan amanah untuk menginvestasikan dan mengusahaakan pembiayaan ke dalam proyek- proyek yang dibenarkan syariat Islam, seperti dalam bentuk mudharabah, musyarakah, murabahah dan wadiah. Kedua, perjanjian peserta dengan perusahaan asuransi
berbentuk perserikatan untuk bersama-sama menanggung resiko usaha dengan prinsip bagi hasil yang porsi bagi masing- masing pihak telah disepakati. Ketiga, dalam perjanjian antara peserta dengan perusahaan asuransi telah ditetapkan bahwa sebelum bagian keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha dan investasi terlebih dahulu diselesaikan klaim manfaat takaful dari para peserta yang mengalami musibah.5
(32)
Aplikasi Pembiayaan Mudharabah pada Asuransi Syariah6
6 Ibid,. h. 152
(33)
(34)
Hubungan
(35)
25
Pesrta
premi
Bagian Perusahaan Surplus
Opersional
Seluruh Peserta Beben
Asuransi Kumpulan
Dana Peserta
2. Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah perjanjian diantara para pemilik dana
modal untuk mencampurkan dana/ modal mereka pada suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana /modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Dengan aplikasi pembiayaan modal kerja dan pembiayaan eksport.
Dalam pembiayaan musyarakah pada asuransi syariah.
Perusahaan dan investor bertindak sebagai syarikayn, sedangkan
modal dalam musyarakah berasal dari kedua belah pihak, yakni sebagian dari perusahaan asuransi dan sebagian lagi dari investor. Hal ini berbeda dengan mudharabah, di mana modal sepenuhnya berasal
dari perushaan asuransi sebagai rab al-mal. Apabila investor dalam
Total Dana
(36)
investasinya mendapatkan keuntungan, maka keuntungan itu akan dibagi oleh pihak-pihak yang berserikat sesuai dengan sahamnya masing-masing, baik berupa modal maupun usaha atau kerja yang dilakukan.7
Aplikasi Pembiayaan Musyarakah Pada Asuransi Syariah8
Perusahaan Asuransi Hubungan
Musyarakah
Investor Pengusaha
B. Tabungan
1. Pengertian Tabungan
Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan menabung berarti seseorang Muslim mempersiapkan diri dari untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.9 Dahulu orang menyebut tabungan sebagai hasil mengumpulkan uang yang disimpan dalam tabung yang dibuat dari
7 Ibid., h. 156.
8 Ibid., h. 157
9 M, Syafi’i Antonio, Bank Syariah Status Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia Institut, 1999), h. 205.
Keuntungan Modal
Usaha
Melakukan Usaha
(37)
27
tanah liat, peti dan tabung lainnya. Hasil tabungannya ini adalah kelebihan penghasilan seseorang setelah dikonsumsi setelah digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Setelah terkumpul dan jumlahnya cukup, maka tabungan tersebut dimanfaatkan untuk keperluan yang biasanya sudah direncanakan terlebih dahulu seperti membeli sawah, untuk modal usaha, untuk biaya pergi haji dan sebagainya.10 Kebiasaan seperti itu terus menerus berlangsung sampai saat ini. Bedanya ialah apabila waktu lampau pengumpulan uang secara fisik (kertas maupun logam) masih sering dilakukan, maka saat ini masih jarang terjadi, kecuali pada anak-anak yang oleh orang tua atau gurunya dilatih untuk menabung sejak dini.
Dewasa ini orang lebih memilih bank atau lembaga keuangan lainnya sebagai cara menabung yang jauh lebih aman dan efektif. Menurut hukum, tabungan di bank diartikan sebagai titipan dana nasabah dengan tujuan untuk disimpan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan, dengan frekuensi
(beberapa hal) dibatasi pengambilan dapat dilakukan atau secara bebas atau penabung menarik uangnya setiap saat dan atas titipan dana tersebut bank memberikan pada nasabah bunga yang dihitung berdasarkan ketentuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu oleh bank.
Pengertian tabungan menurut akadnya, tabungan dibedakan menjadi dua yaitu tabungan wadiah dan tabungan mudharabah. Tabungan wadiah
10 Siti Hajar Yanti. “Kepuasan Nasabah Terhadap Tabungan Haji Mabrur di Bank Syariah Mandiri Cabang Pamulang”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009), h. 42
(38)
merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga oleh bank dan dikembalikan disetiap saat pemiliknya menghendaki, sedangkan tabungan
mudharabah adalah tabungan yang pengelolaannya berdasarkan akad mudharabah sehingga penarikannya harus memenuhi syarat dan tata cara
yang disepakati antara nasabah dan bank. 2. Landasan Hukum Tabungan
Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum Muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, misalkan dalam Surah An-Nisa/4: 9)
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Ayat tersebut memerintahkan kita untuk bersiap-siap dan mengantisipasi masa depan keturunan, baik secara rohani (iman dan taqwa) maupun secara ekonomi harus dipikirkan langkah-langkah perencanaannya.
(39)
29
Salah satu langkah perencanaan adalah dengan menabung. Sebagaimana dalam Surah Al-Hasyr/59: 1811
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
3. Jenis-jenis Tabungan
Seseorang yang ingin menabung dibank syariah dapat memilih antara akad al-wadiah dan al-mudharabah, meskipun tabungan dibank syariah mirip
dengan bank konvensional namun dalam bank syariah terdapat perbedaan-perbedaan yang prinsipil yaitu:
a. Tabungan Wadiah
Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan
berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya.
b. Tabungan Mudharabah
11 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 271.
(40)
Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah yang
dijalankan berdasarkan akad mudharabah.12Mudharanbah mempunyai
dua bentuk, yaitu mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah. Yang perbedan utama diantara keduanya terletak pada
ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelolah hartanya. Dalam hal ini, bank syariah dalam kepastiannya sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertindak dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah
dengan pihak lain.13
C. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Asuransi dalam bahasa Arab disebut At-ta’min. Pihak menjadi
penanggung asuransi disebut mu’ammin dan pihak yang menjadi tertanggung
disebut mu’amman lahu atau mus’tamin. At-tamin berasal dari kata “amanah”
12 Euis Amalia, dkk, Konsep dan Mekanisme Bank Syariah, Rujukan Konseptual Untuk Praktek Bank Mini Syarriah, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2007) h. 23
13 Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) h. 272
(41)
31
yang berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas dari rasa takut. Istilah men-ta’min-kan sesuatu berarti seseorang membayar
atau memberikan uang cicilan agar ia atau orang yang ditunjuk menjadi ahli warisnya mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang.14 Asuransi syariah dikenal juga dengan nama takaful yang secara etimologi berarti
menjamin atau saling menanggung, sedangkan dalam pengertian mua’malah berarti saling memikul resiko diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lain. Hal itu dikenal dengan sistem sharing of risk.15
Secara baku definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan. Atau, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Sedangkan, ruang lingkup usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberi perlindungan
14 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah (Keberadaan dan Kelebihannya Ditengah Asuransi Konvensionl), (Jakarta: PT. Gramedia, 2006), h. 3.
(42)
kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.16
Secara substansif, asuransi itu pada hakikatnya adalah suatu ikhtiar dalam upaya mengatasi “resiko” yang mungkin terjadi dalam kehidupan ini, manusia akan senantiasa dihadapkan pada berbagai resiko, baik resiko yang bersifat material maupun resiko yang bersifat spiritual. Biasanya resiko yang banyak dihadapi dan adakalanya sulit diatasi adalah resiko yang bersifat material, terutama ketika kwantitas resiko yang mestinya ditanggung itu di luar kemampuannya. Resiko yang di luar batas kemampuan inilah yang ditanggung pada asuransi.17
Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap
ta’awun yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapi, antara sejumlah
besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam mengalami peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian
16 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Llife and General), (Jakarta: Gema Insani, 2004), h.27.
(43)
33
derma tersebut mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah.18
Menurut Fuad Mohd Fachrudin, asuransi itu pada haikatnya adalah perjanjian peruntungan. Peruntungan yang di maksud disini bahwa peristiwa yang akan terjadi itu belum menentu dan belum diketahui secara pasti, baik oleh perusahaan asuransi maupun oleh peserta asuransi itu sendiri. Kalau peristiwa itu telah diketahui sebelumnya atau setidaknya direncanakan, khususnya oleh peserta, maka bagi perusahaan asuransi sebagai asurator tidak
berkewajiban untuk menunaikan kewajibannya. Dengan demikian, peristiwa yang direncanakan dan telah diketehui sebelumnya bukan merupakan bagian dari asuransi.19
Dari sekian pengertian asuransi menurut undang- undang dan juga para pakar ekonomi syariah. Penulis dapat menyimpulkan bahwa asuransi syariah itu adalah suatu perjanjian (aqad) antara perusahaan dengan peserta
asuransi dimana peserta memberikan kontribusi berupa premi dengan maksud
bila terjadi hal-hal yang dapat merugikan peserta dengan tidak direncanakan, maka peserta akan mendapatkan pertanggungan dari perusahaan berupa nilai dari kerugian tersebut. Dengan prinsip operasionalnya didasarkan pada syariat Islam dengan mengacu kepada al- Qur’an dan as- Sunnah.
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah
18 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), (Jakarta:Gema Insani, 2004), h. 29.
(44)
Pendirian asuransi syariah, khususnya di Indonesia, didasarkan pada beberapa landasan, yaitu: 1. Landasan syari’ah; 2. Landasan yuridis; 3. Landasan filosofis. Pada landasan yang pertama dari pendirian asuransi syari’ah, yakni landasan syari’ah, mengandung arti bahwa pendirian asuransi syari’ah merupakan implementasi dari nilai-nilai syari’ah yang termuat dalam al-quran dan as-sunnah.20 Kebanyakan ulama (jumhur) memakai metodologi konvensional dalam mencari landasan syariah (al-asas al-syar’iyyah) dari
suatu pokok masalah (subjek matter). Dalam hal ini subject matter-nya adalah lembaga asuransi. Pada kesempatan kali ini, landasan yang digunakan dalam memberi nilai legalisasi dalam praktik bisnis asuransi adalah: al-Qur’an, sunnah Nabi, piagam Madinah, praktik sahabat, ijma’, qias, syar’u man qablana, dan istihsan21.
1. Al-Qur’an
Di dalam al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas ayat yang menjelaskan tentang praktik asuransi seperti yang ada pada saat ini. Hal ini terindiksi dengan tidak munculnya istilah asuransi atau at-ta’min
secara nyata dalam al-quran. Dalam Surah al-Maidah/5: 2.22
20 Ibid, h. 7.
21 AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004) h. 104
(45)
35
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridoan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Ayat ini memuat perintah (amr) tolong menolong antar sesama
manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan anggota (nasabah) perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar digunakan sebagai dana sosial (tabarru). Dana sosial ini berbuntuk
rekening tabarru’ pada perusahaan asuransi dan difungsikan untuk
menolong salah satu anggota (nasabah) yang sedang mengalami musibah (peril).
(46)
Dalam Surah Yusuf/13: 46-49 juga dijelaskan mengenai landasan Asuransi yaitu:
Artinya: (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, Hai orang yang amat dipercaya, Terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar Aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya."(46). Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. (47). Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.(48). Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur."(49). 3. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah23
a. Prinsip Tauhid (unity)
b. Keadilan (justice)
23 AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 125-134.
(47)
37
c. Tolong Menolong (ta’awun)
d. Kerja Sama (cooperation)
e. Amanah (trusworthy)
f. Kerelaan (al—ridha)
g. Larangan Riba
h. Larangan Maisir (judi)
i. Larangan Gharar (ketidak pastian)
4. Produk Asuransi Syariah
Konsekuensi dari perkembangan asuransi syariah dan banyaknya masalh masyarakat yang ditemui, akan berdampak semakin beragam produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Produk asuransi syariah merupakan representasi dari kondisi “permintaan” masyarakat akan keberadaan suatu produk. Maka dengan keadaan ini perlu dukungan dari berbagai elemen masyarakat untuk menjadikan posisi asuransi syariah dengan produk-produknya semakin berarti dalam masyarakat.24
Sebagai sebuah perusahaan asuransi, maka asuransi syariah pun menawarkan produk-produk perasuransiannya. Produk asuransi yang dimaksud disini adalah program atau fasilitas yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi dan bisa dimanfaatkan atau digunakan oleh masyarakat sebagai calon peserta asuransi. Pada awalnya, produk-produk yang ditawarkan
24 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah: “Deskripsi dan Ilustrasi”, (Yogyakarta: Ekonisia,h. 126.
(48)
asuransi syariah ini terbagi kepada dua katagori utama sesuai dengan jenis asuransi itu sendiri, yakni produk asuransi umum dan produk asuransi keluarga.25
1. Produk Asuransi Umum:
a. Asuransi Kendaraan Bermotor
Asuransi untuk kendaraan bermotor rata-rata memberikan kontribusi premi yang tinggi karena memang pangsa pasar untuk asuransi kendaraan bermotor ini di industri asuransi konvensional juga sangat tinggi. Yang menjadi permasalahan adalah jenis asuransi ini cukup rawan terhadap hasil underwritingbaik karena pengaruh resiko fisik maupun resiko yang terkait dengan moral (moral hazard).26
b. Asuransi Kebakaran
Produk asuransi kebakaran memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat terjadinya kebakaran yang disebabkan percikan api, sambaran petir, ledakan pesawat terbang berikut resiko yang ditimbulkannya. Dan juga dapat diperluas dengan tambahan jaminan polis yang lebih luas sesuai dengan kebutuhan. Jaminan
25 Yadi Janwari, Asuransi Syariah, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005 h. 58.
26 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik (Upaya Menghilangkan Gharar, Maisir, dan Riba), (Jakarta: Gema Insani, 2006), h. 41.
(49)
39
risiko tambahan, dengan dikenakan tambahan premi untuk kerugian atau
kerusakan yang diakibatkan terhadap risiko-risiko.27 c. Asuransi Kecelakaan Diri
Produk asuransi ini menjamin risiko-risiko yang terjadi sebagai akibat kecelakaan yang bisa mengakibatkan meninggal dunia akibat kecelakaan, cacat tetap seluruhnya akibat kecelakaan. Seperti: kehilangan penglihatan dari kedua belah mata, kehilangan kedua belah tangan atau kaki, kehilangan satu tangan dan satu kaki, dsb.
2. Produk Asuransi Keluarga a. Asuransi Dana Siswa
Progran asuransi dana siswa adalah suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang bermaksud menyediakan dana pendidikan, dalam mata uang Rupiah dan US Dolar untuk putra-putrinya sampai sarjana28
b. Asuransi Kesehatan
Produk ini diperuntukan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan dana santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit dan kecelakaan dalam masa perjanjian.
c. Asuransi Dana Investasi
27 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 661.
(50)
Asuransi dana investasi adalah suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata Rupiah dan US Dolar sebagai dana Investasi yang diperuntukan bagi ahli warisnya jika ditakdirkan meninggal lebih awal atau sebagai bekal untuk hari tuanya29.
d. Asuransi Dana Haji
Dalam asuransi dana haji ini, asuransi syariah memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempersiapkan dana untuk menunaikan ibadah haji. Sama halnya dengan dengan produk asuransi dana siswa, peserta memiliki dua kemungkinan masih hidup sampai masa kontrak berakhir dan meninggal dunia selama mas kontrak berlangsung. Bila peserta masih hidup sampai masa kontrak berakhir, maka pembayaran klaim yang berasal dari rekening tabungan peserta dan porsi bagi hasil, akan diterima oleh peserta yang bersangkutan untuk biaya menunaikan ibadah haji. Tetapi bila peserta meninggal dunia pada saat masa kontrak masih berlangsung, maka pembayaran klaim berupa rekening tabungan peserta, porsi bagi hasil, dan dana kebajikan yang diambil dari tabungan tabarru’ akan diterima oleh ahli
warisnya untuk biaya menunaikan ibadah haji.30
29 Ibid, h.638.
(51)
41
Asuransi dana haji merupakan suatu produk gabungan antara asuransi dengan investasi, yaitu suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah dan US Doar untuk biaya menjaankan ibadah haji.31Investasi yang dilakukan asuransi syariah berprinsip bahwa perusahaan selaku pemegang amanah (mudharib) yang dipercaya
pemilik dana (shahibul mal) harus melakukan kegiatan investasi
terhadap dana yang telah berhasil di timbun dari premi peserta, setelah
mendapat persetujuan secara syar’i dari Dewan Pengawas Syariah. Investasi yang dilakukan harus sesuai dengan hukum syariah.32
Definisi investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya dimasa mendatang. Sedangkan, investasi keuangan adalah menanamkan dana pada suatu surat berharga yang diharapkan akan meningkat nilainya dimasa mendatang.33
Kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan menurut syariah pada prinsipnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemilik harta
31 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), (Jakarta: Gema Insani, 2004), h.644.
32 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah (Keberadaan dan Kelebihannya Ditengah Asuransi Konvensionl), (Jakarta: PT. Gramedia, 2006), h.175-176.
33 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), (Jakarta: Gema Insani, 2004), h.359.
(52)
(investor) terhadap pemilik usaha (emiten) untuk memberdayakan
pemilik usaha dalam melakukan kegiatan usahanya di mana pemilik harta (investor) berharap untuk memperoleh manfaat tertentu. Karena
itu, kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan pada dasarnya sama dengan kegiatan usaha lainnya, yaitu memelihara prinsip kehalalan dan keadilan.34
Menurut Profesor Ali Mustafa Ya’kub., mengatakan bahwa salah satu bentuk pengelolaan dana asuransi yang paling dominan adalah menginvestasikan dana yang terkumpul dari premi. Pihak
asuransi dapat menginvestasikan dana tersebut dalam bentuk investasi apa saja selam investasi itu tidak mengandung salah satu unsur yang tidak dibolehkan syar’i. Upaya ini mengakibatkan prinsip ini, akan mengakibatkan investasi tersebut diharamkan menurut syariat Islam.35
34 Ibid., h. 360.
(53)
40
BAB III
GAMBARAN UMUM DIVISI SYARIAH AJB. BUMIPUTRA 1912
A. Sejarah DIVISI SYARIAH AJB. BUMIPUTRA 1912
Pada awal berdirinya Asuransi Jiwa Syariah di AJB Bumiputra 1912 (sesuai SK No. 9/DIR/2002 tanggal 8 November 2002 tentang pembentukan Divisi Asuransi Syariah dan Kantor Cabang Asuransi Jiwa Syariah) dan SK Menkeu RI No. 268/Keu/6/2002 tanggal 17 November 2002 serta SK 14/DIR/2002 tanggal 20 November 2002. Barulah memiliki 1 Kantor Cabang dan sebutan Kantor Cabang sesuai SK. No. 12/DIR/PMS/2006 tanggal 1 November 2006 sebutannya berubah menjadi Kantor Wilayah. Sehubungan dengan peran dan fungsi Divisi Asuransi Jiwa Syariah adalah mengelola kegiatan pemasaran asuransi jiwa dan investasi sesuai prinsip syariah, maka berdasarkan SK. Direksi AJB Bumiputra 1912 No. 11/DIR/PMS/2003, Struktur Organisasi Divisi Asuransi Jiwa Syariah adalah sebagai berikut:
(54)
Divisi Syariah
Deputi Bagian Operasional
Kantor Cabang Syariah
Melihat perkembangan asuransi syariah yang cukup pesat serta dalam upaya meningkatkan efesiensi dan efektifitas operasional pemasaran asuransi
jiwa syariah berdasarkan potensi pasar, maka melalui Surat Keputusan Direksi No. 13/DIR/PMS/2006 tanggal 1 November 2006, AJB Bumiputra 1912 telah mengembangkan Kantor Wilayah Syariah menjadi 2 Kantor Wilayah Syariah
Deputi Bidang Adm & Keuangan
Bagian Pemasaran Bagian Pemberdayaan Organisasi Bagian Teknik & Underwraiting Bagian Keuangan & Investasi Bagian Pelayanan Pemegang Polis Bagian Akuntansi & Umum Kantor Wilayah Syariah Kantor Cabang Syariah Kantor Cabang Syariah
(55)
42
serta membentuk 5 Kantor Wilayah Syariah baru yang membawahi 46 kantor Cabang Asuransi Jiwa Syariah yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia.
Dengan demikian kini Divisi Asuransi Jiwa Syariah telah berkembang menjadi 7 kantor Wilayah yaitu (Jakarta 1, Jakarta 2, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan dan Makasar) serta telah membawahi 49 Kantor Cabang Syariah, dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
No KANTOR WILAYAH SYARIAH KANTOR CABANG SYARIAH
1 JAKARTA 1 9
2 JAKARTA 2 9
3 BANDUNG 5
4 SEMARANG 6
5 SURABAYA 7
6 MEDAN 8
7 MAKASAR 5
JUMLAH 49
Bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam adalah suatu kenyataan dimana kesadaran mereka untuk mengekpresikan amalan agama dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat, hal ini tampak pada tuntutan masyarakat terhadap tersedianya produk yang dijamin kehalalannya termasuk produk asuransi yang dikelola secara syariah. Sangatlah tepat kiranya apabila perusahaan mengambil langkah untuk menanggapi tuntutan kebutuhan (need and want) umat muslim serta keinginan pasar (pemegang
(56)
polis maupun calon pemegang polis) yang sungguh merupakan pasar yang
cukup besar dan potensial ini.
Dengan terbentuknya 49 Kantor Cabang Syariah yang telah tersebar di 7 kantor wilayah Indonesia, maka peran Divisi Asuransi Syariah cukup memberikan kontribusi bagi penerimaan premi perusahaan, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kontribusinya belum sebanding dengan kontribusi yang diberikan divisi pemasaran lainnya. Sebagai Strategic Business Unit (SBU), Divisi Asuransi Jiwa Syariah berfungsi melaksanakan pemasaran pada
segmen pasar kelas menengah atas dan menengah bawah dengan sistem penjualan dan pelayanan yang berbeda dengan divisi pemasaran lainnya (Divisi Asper dan Divisi Askum), dimana dari sisi produk yang dipasarkan meningkat aturan-aturan/ prinsip syariah seperti produk asuransinya harus bersifat transparan, tidak adanya unsur “MAGHRIB” yaitu Maisir
(samar-samar), Gharar (ketidakjelasan), dan Riba (bunga).
B. Visi dan Misi DIVISI SYARIAH AJB. BUMIPUTRA 1912
Untuk memperoleh dan terciptanya organisasi yang handal, maka setiap perusahaan menetapkan tujuan-tujuan tertentu yang ingin mereka capai. Dan untuk mencapai tujuan tersebut setiap organisasi tentunya “ingin memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas dalam arti memenuhi persyaratan kompetensi untuk didayagunakan dalam usaha merealisir Visi dan Misi dan pencapaian tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang”.
(57)
44
Begitu pula dengan Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912 untuk mencapai tujuan organisasinya, maka para pendiri telah menetapkan Visi dan Misi jauh kedepan yang oleh generasi penerus Visi dan Misi tersebut telah dimodernisasi dan disesuaikan dengan tuntutan jaman. Untuk lebih memperkokoh eksistensinya, maka perusahaan telah menetapkan Visi dan Misi DIVISI SYARIAH AJB. BUMIPUTRA 1912 yaitu:
Visi:
Menjadikan Syariah Bumiputra sebagai Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah terkemuka di Indonesia.
Misi:
Divisi Syariah AJB BUMIPUTRA 1912 senantiasa menyediakan produk syariah dan layanan yang inovatif, berkualitas tinggi dan memberikan nilai tambah yang optimal kepada para pesertanya sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912 senantiasa meningkatkan idealisme, mutualisme dan profesionalisme melalui SDM yang memiliki sifat shiddiq, tabliqh, amanah dan fathonah, bagi
karyawan/ karyawatinya.
Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912 senantiasa mengembangkan sistem teknologi informasi yang efektif dan efisien sesuai dengan nilai-nilai syariah.
(58)
Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912 senantiasa melakukan pengembangan dana sesuai dengan nilai-nalai syariah yang menguntungkan bagi stake holder.
Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912 turut berperan serta dalam kemaslahatan Ummat.
Visi dan Misi tersebut merupakan koridor yang harus difahami oleh seuruh jajaran insan Bumiputra yang diimplementasikan kedalam Grand Strategy meliputi:
1. Hasil operasi yang profit.
2. Fokus pada peluang pasar.
3. Mengembangkan organisasi berkinerja tinggi.
4. Mengembangkan sistem berbasis teknologi informasi.
Untuk terciptanya keberhasilan Visi dan Misi tersebut, tentunya diperlukan organisasi yang handal dan kunci keberhasilannya adalah: Optimalisasi pemanfaatan potensi Sumber Daya Manusia yang dimiliki yang berorientasi pada proses kerja yang benar melalui proses manajerial yang mengacu pada pencapaian hasil.
BUDAYA BUMIPUTRA SYARIAH
Berorientasi pada kepuasan pelanggan
Utamakan proses kerja yang benar
(59)
46
Ikut menjaga tradisi kebersamaan didasari rasa memiliki perusahaan
Profitabilitas menjadi sasaran
Ulet dalam melakukan pekerjaan
Taat terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan peraturan perusahaan
Efisien dan efektif dalam segala kegiatan
Ramah dan tulus ikhlas terhadap rekan kerja
Amanah dalam mengemban tugas perusahaan
Silaturahmi menjadi budaya kerja
Yakin untuk sukses meraih keberhasilan
Antusias dalam melaksanakan pekerjaan
Refleksi diri & tetap istiqomah
Iman & taqwa menjadi kepribadian
Apresiasi kepada pemegang polis
Hasil prima menjadi tujuan
C. Produk Yang Dihasilkan
Produk-produk asuransi syariah pada PT AJB Bumiputra 1912 Divisi Syariah yang telah dipasarkan terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Produk Asuransi Perorangan
(60)
1. Mitra Iqra’
Produk Mitra Iqra’ adalah produk asuransi pendidikan agar putra-putri anda dapat menuntut ilmu setinggi-tingginya, dan memiliki masa depan yang cemerlang. Ilustrasi produk Mitra Iqra’. Bapak putra berusia 30 tahun mengikuti program dana Mitra iqra’, dengan membayar premi Rp. 2.000.000,- tiap tahun untuk jangka waktu 17 tahun, asuransi tingkat hasil investasi 10%
Manfaat Produk Mitra Iqra’ meliputi:
a) Bila Pak Putra panjang umur hingga perjanjian berakhir maka anak yang dibeasiswakan menerima dana pendidikan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Masuk Terima
(Rp)
Masuk Terima
(Rp)
TK SD SLTP SLTA
PT TAHUN I
3.400.000 3.400.000 6.800.000 8.500.000 11.900.000
PT TAHUN II PT TAHUN III PT TAHUN IV
PT TAHUN V
2.429.298 2.729.316 2.711.770 2.901.594
b) Bila Pak Putra meninggal dalam masa perjanjian (misal pada tahun ke 10)
Santunan Kebajikan Rp. 14.000.000, Rekening Tabungan Rp. 9.980.000,-
(61)
48
Bagi Hasil (Mudharabah) Rp. 4.798.474,-
c) Penerimaan dana hibah tetap menerima dana pendidikan sesuai tahapan, tetapi untuk diperguruan tinggi akan menerima tahapan dana pendidikan dengan ketentuan: Tahun II= 15% MA, Tahun III= 20% MA, Tahun IV= 20% MA dan Tahun V= 25% MA.
2. Mitra Sakinah
Keluarga sakinah merupakan dambaan semua keluarga. Meskipun upaya ke arah itu tidak selalu mudah. Kami menghadirkan Mitra Sakinah (Bumiputra Sakinah) untuk membantu sebagian perencanaan finansial Anda, khususnya dalam
mempersiapkan hari tua. Mitra Sakinah merupakan gabungan antara unsur tabungan, perlindungan asuransi dan investasi. Dengan masa pembayaran premi 3 (tiga) tahun lebih pendek
dibandingkan dengan masa asuransinya. Mitra Sakinah siap membantu cita-cita keluarga anda untuk menjadi keluarga sakinah, saleh, sejahtera, aman, bahagia, dan tentram. Ilustrasi produk ini:. Ibu Sakinah berusia 35 tahun mengikuti program asuransi Mitra Sakinah dengan membayar premi Rp. 1.000.000,- tiap tahun untuk jangka waktu 10 tahun. Asumsi tingkat hasil 10%
(62)
1. Bila Ibu Sakinah panjang umur hingga perjanjian berakhir maka akan memperoleh:
Pada akhir masa pembayaran premi, sebesar 50% manfaat awal
dibayarkan akhir tahun.
Akhir tahun 1 setelah masa pembayaran premi berakhir,
sebesar 30% sisa Nilai Tunai.
Akhir tahun 2 setelah masa pembayaran premi berakhir,
sebesar 50% sisa Nilai Tunai.
Akhir tahun 3 setelah masa pembayaran premi berakhir,
sebesar 100% sisa Nilai Tunai.
2. Bila peserta ditakdirkan meninggal dunia setelah masa pembayaran premi berakhir, maka ahli waris peserta diberikan: Sisa nilai tunai pada saat itu.
Manfaat awal asuransi.
3. Bila peserta ditakdirkan meninggal dunia sebelum masa pembayaran premi berakhir, maka ahli waris peserta diberikan: Dana tabungan yang telah disetor
Bagian keuntungan (mudharabah) atas bagi hasil
investasi tabungan.
(63)
50
3. Mitra Mabrur
Mitra Mabrur (Bumiputra Mabrur) hadir untuk membantu mewujudkan impian Anda. Dengan Mitra Mabrur. Bumiputra tidak hanya membantu Anda menyisihkan dana tabungan haji secara teratur. Lebih dari itu, kami juga menawarkan dana
Mudharabah (bagi hasil) dan terutama perlindungan (asuransi).
Ilustrasi produk Mitra Mabrur: Bapak Putra berusia 30 tahun mengikuti program Mitra Mabrur dengan membayar premi Rp.
1.000.000,- tiap tahun untuk jangka waktu 10 tahun, asumsi tingkat hasil investasi 12% Manfaat yang akan didapat ialah:
1. Bila Pak Putra panjang umur hingga perjanjian berakhir akan menerima dana sebagai berikut:
Rekening tabungan Rp. 8.869.000,-
Bagi hasil (mudharabah) Rp. 5.063.890,- Total penerimaan Rp. 13.932.890,-
2. Bila Pak Putra meninggal dunia dalam masa perjanjian (misal pada tahun ke 8) ahli waris meneriama:
Santunan kebajikan Rp. 2.000.000,-
Rekening tabungan Rp. 7.005.200,-
Bagi hasil Rp. 3.060.427,- Total penerimaan Rp. 12.063.627,-
(64)
2. Produk Asuransi Kumpulan Syariah
Produk Asuransi Kumpulan Syariah meliputi:
1. Asuransi Rawat Inap dan Pembedahan Syariah, produk ini bertujuan untuk penggantian biaya rawat inap dan operasi/ pembedahan.
2. Mitra Ekawarsa, produk ini bertujuan untuk perlindungan dan tolong menolong dalam menanggulangi musibah kematian.
3. Mitra Perlindungan dan Kecelakaan Diri, produk ini bertujuan untuk perlindungan dan tolong menolong terhadap resiko kecelakaan.
4. Mitra Ta’awun Pembiayaan, produk ini bertujuan untuk
perlindungan terhadap resiko peminjaman dana (Debitur).
5. Mitra Barokah, produk ini ialah gabungan antara unsur tabungan dan tolng menolong dalam menanggulangi musibah kematian.
(65)
52
BAB IV
MEKANISME PEMBIAYAAN ASURANSI DANA HAJI
A. Pembiayaan Dana Haji Pada Asuransi Syariah
Setiap ummat Islam dimanapun berada tidak ada yang tidak rindu untuk menunaikan ibadah haji, baik yang sudah menunaikannya maupun yang belum selalu saja ingin melaksanakan rukun Islam yang kelima ini. Terlebih dari waktu kewaktu perubahan selalu saja terjadi dan menjadi hambatan dalam menjalankan ibadah haji. Biaya haji yang setiap tahun selalu naik membuat masyarakat sulit merencanakan biaya untuk menunaikan ibadah haji. Banyak dari lembaga keuangan baik yang konvensional maupun syariah yang menawarkan produk tabungan haji, produk yang khusus disiapkan untuk menyiapkan biaya penyelenggaraan ibadah haji, biaya ini sangat diminati oleh masyarakat karena dengan produk tabungan haji masyarakat dapat lebih mudah merencanakan biaya peyelenggaraan ibadah haji tanpa harus khawatir uangnya akan terpakai untuk kebutuhan lain, karena jenis tabungan ini penarikannya tidak dapat diambil selain untuk ongkos biaya haji atau pada saat tertentu sesuai perjanjian.1
Asuransi AJB. BUMIPUTRA 1912 merupakan asuransi terkemuka di Indonesia yang sudah melayani masyarakat hampir seabad lamanya. Melihat perkembangan asuransi syariah yang cukup pesat serta dalam
(66)
upaya meningkatkan efesiensi dan efektifitas operasional pemasaran asuransi jiwa syariah berdasarkan potensi pasar, kini AJB BUMIPUTRA 1912 membuka Divisi Syariah hal ini guna meningkatkan layanan asuransi yang tidak hanya sekedar memberikan proteksi namun juga sebagai layanan investasi jangka panjang dengan prinsip syariah.2
Asuransi Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA 1912 mengeluarkan produk tabungan asuransi dana haji, produk ini dirancang khusus untuk mempersiapkan biaya penyelenggaraan ibadah haji. Produk ini bukan saja membantu masyarakat menyiapkan dana tabungan haji secara teratur. Lebih dari itu, produk ini juga menawarkan dana mudharabah (bagi hasil) dan terutama perlindungan asuransi.3 Karena banyak dari nasabah yang sudah memiliki niat untuk menunaikan ibadah haji, namun masih padatnya jadwal mereka bekerja sehingga tidak memungkinkan untuk menunaikan ibadah haji dalam jangka pendek sehingga instrumen asuransi lah yang mereka pilih dan dianggap tepat untuk menyimpan dananya sebagai pembiayaan haji. Dengan begitu apabila terjadi hal yang tidak diinginkan maka, niat dari nasabah tetap akan terlaksana dengan perlindungan finansial yang diberikan oleh asuransi.
Adapun Produk Asuransi dana Haji pada Divisi Syariah AJB BUMIPUTRA 1912 ialah produk Mitra Mabrur, produk ini berdiri pada April 2003. Pembiayaan ini merupakan tabungan + proteksi untuk nasabah dalam mempersiapkan pembiayaan ibadah haji jangka panjang dengan
2 Wawancara Pribadi dengan Bapak Arifin Rahman, kepala bidang Adm & Keuangan Investasi
(67)
54
sistem mudharabah (bagi hasil) dalam pembagian hasil investasinya, hal ini memungkinkan untuk nasabah lebih menghemat pembiayaan ibadah haji yang tidak dapat dirasakan bila dananya disimpan pada lembaga keuangan lain. Selain itu produk Mitra Mabrur juga memberikan perlindungan asuransi bila terjadi sesuatu pada peserta, maka niat awal untuk menunaikan ibadah haji tetap terlaksana dengan haji badal (ibadah haji yang dilaksanakan dengan orang lain) dengan uang santunan yang diberikan dari hasil tabarru (uang derma).
Produk Mitra Mabrur hanya mempersiapkan biaya penyelenggaraan ibadah haji saja bagi peserta yang ingin menunaikan ibadah haji dan peserta sendiri yang mendaftarkan dirinya sbagai calon jamaah haji pada SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) karena secara khusus Divisi Syariah AJB. BUMIPUTRA tidak menyiapkan BPIH. Namun Peserta bisa mengambil sebagian nilai tunai dari premi yang berjalan sebagai uang muka untuk pendaftaran ibadah haji kepada Departemen Agama/ instansi yang terkait untuk mendapatkan nomor kursi dan kepastian keberangkatan, sehingga peserta tetap bisa melaksanakan ibadah haji sesuai dengan target yang diinginkan. Adapun proses pengambilan nilai tunai sebagai berikut :
a. Nilai tunai merupakan akumulasi tabungan ditambah dengan bagi hasil investasi masing-masing pemegang polis/ peserta. b. Pengambilan sebagian nilai tunai dapat dilakukan setelah
(68)
c. Peserta dapat mengambil nilai tunai maksimal 50% dari akumulasi premi tabungan untuk setiap pengambilan.
d. Pengambilan sebagian nilai tunai hanya dapat dilakukan satu kali pengambilan dalam tahun yang sama.
e. Selama masa asuransi pengambilan sebagian nilai tunai dapat dilakukan maksimal 3 kali.
f. Pengambilan sebagian nilai tunai hanya dapat dilakukan di kantor Cabang sesuai dengan debit penagihan polis ybs. g. Dalam hal pengambilan sebagian nilai tunai dilakukan di luar
kantor tagih, harus dimintakan mutasinya ke kantor tagih yang lama.
B. Sistem Operasional Dan Aplikasi Produk Mitra Mabrur
1.Sistem Operasional
Tabungan asuransi dana haji pada Divisi Syariah AJB BUMIPUTRA, merupakan salah satu produk unggulan dalam produk-produk yang ada pada Divisi Syariah AJB BUMIPUTRA. Produk ini menggunakan aqad taawun (tolong menolong) untuk hal asuransinya dan investasinya menggunakan aqad mudharabah (bagi hasil).4 Sistem operasional asuransi syariah dilandasi oleh tiga prinsip, yaitu rasa saling bertanggung jawab, kerja sama dan saling membantu, serta saling
(69)
56
melindungi antara para peserta dan perusahaan.5 Dengan mudharabah sebagai kerangka kerja asuransi syariah, yaitu kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan 100% modal sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Apabila dalam usahanya diperoleh keuntungan (profit) maka keuntungan tadi kemudian dibagi antara shahibul maal dan mudharib dengan persentase nisbah atau rasio yang telah disepakati sejak awal perjanjian/ aqad.6 Sebagaimana Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 50/ DSN-MUI/III/2006 tentang aqad mudharabah musyakarah. Berdasarkan akad yang disepakati, perusahaan dan peserta mempunyai hak dan kewajiban yang harus ditunaikan. Kewajiban tertanggung adalah membayar uang premi sekaligus dimuka atau angsuran secara berkala. Uang premi yang di terima akan dipisahkan oleh perusahaan atas rekening tabarru dan rekening tabungan. Dengan dibayarkannya kewajiban membayar premi maka tertanggung juga mempunyai hak diantaranya ialah mendapatkan uang pertanggungan atau klaim serta bagi hasil jika ada.
Keberadaan asuransi syariah di Indonesia secara konstitusi masih sangatlah lemah dan masih perlu adanya political will (kebijakan politik) yang mendukung dari pemerintah Indonesia saat ini. Produk asuransi syariah dipahami sebagai model jaminan (proteksi) yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan asuransi syariah untuk ditawarkan kepada masyarakat
5 Abdullah Amrin , Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional, ( Jakarta: PT. Gramedia, 2006), h, 67.
6 Kuat Ismanto, Asuransi Syariah Tinjauan Asas- asas Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 57.
(70)
luas agar ikut serta berperan sebagai anggota (peserta) dari sebuah perkumpulan pertanggungan yang secara materi mendapat keamanan bersama. Adapun produk asuransi syariah yang sering di pakai dalam operasional sebuah perusahaan asuransi syariah secara garis besar dapat dipilih menjadi dua, yaitu: produk asuransi syariah dengan unsur saving, dan produk asurasnsi syariah non saving. Produk asuransi syariah dengan unsur saving adalah sebuah produk asuransi yang didalamnya menggunakan dua buah rekening dalam setiap pembayaran premi, yaitu rekening untuk dana tabarru’ (sosial) dan rekening untuk dana saving (tabungan). Adapun status kepemilikan dana pada rekening saving masih menjadi milik peserta (anggota) bukan menjadi milik perusahaan asuransi, perusahaan hanya berfungsi sebagai lembaga pengelola.7 Keuntungan perusahaan di peroleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah (bagi hasil) keuntungan yang di peroleh dari pengembangan dana itu di bagi antara peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan (nisbah) yang telah disepakati.
a. Rekening tabungan peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan bila: perjanjian berakhir, peserta mengundurkan diri, peserta meninggal dunia.
b. Rekening tabarru, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong
7 AM Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, & Praktis (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 168.
(71)
58
dan saling membantu, yang dibayarkan bila: peserta meninggal dunia, perjanjian telah berakhir ( bila ada surplus dana).
Sistem ini sebagai implementasi dari aqad mudharabah, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari unsur gharar dan maisir. Selanjutnya kumpulan dana peserta ini diinvestasikan sesuai syariat Islam, dengan tiap keuntungan dari hasil investasi akan dibagi menurut prinsip mudharabah. Sesuai dengan persentase aqad diawal. 8 Pada produk asuransi non saving setiap premi yang dibayarkan oleh peserta, akan dimasukan dalam rekening tabarru’ perusahaan. Yaitu kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dan kebijakan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, dan dibayarkan bila, peserta meninggal dunia, perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana).9
1. Manajemen Pengelolaan Dana
Dalam hal pengelolaan dana pada setiap produk asuransi syariah yang dipasarkan terdapat dua macam pengelolaan, yang disebut pengelolaan dana saving (tabungan) dan non saving (non tabungan). Berikut mekanisme pengelolaan dana produk saving dan non saving :
a. Mekanisme Pengelolaan Dana Produk Saving
Kedudukan perusahaan asuransi syariah dalam transaksi asuransi jiwa adalah sebagai mudharib “pemegang amanah”. Asuransi syariah menginvestasikan dana tabarru’ yang terkumpul
8 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep Dan Sistem Operasional, ( Jakarta: Gema Insani, 2004 ) h.177
(72)
dari kontribusi peserta, kepada intsrumen investasi yang dibenarkan oleh syara’. Mudharib berkewajiban untuk membayarkan klaim, apabila ada salah satu dari peserta mengalami musibah juga berkewajiban menjaga dan menjalankan amanah yang diembannya secara adil, transparan dan profesional. Dalam mengelola dana peserta yang terkumpul pada dana tabarru’, mudharib di awasi secara teknis dan operasional oleh komisaris dan secara syar’i di awasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).10 Mekanisme pengelolaan dana berbasis saving adalah sebagai berikut.
---
---
Hubungan 30 %
Peserta Mudharabah 70 %
---
---
10 Ibid, h. 249
Biaya Operasional Perusahaan Investasi Oleh Perusahaan Keuntungan Investasi Premi Peserta Rekening Tabungan Rekening Tabarru’ Total Dana Terkumpul Rekening Tabungan Rekening Tabarru’ Rekening Tabungan Manfaat Asuransi Dibayar ke Peserta Dibayar ke Peserta
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)