Tabungan TEORI PEMBIAYAAN TABUNGAN ASURANSI SYARIAH

28 merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga oleh bank dan dikembalikan disetiap saat pemiliknya menghendaki, sedangkan tabungan mudharabah adalah tabungan yang pengelolaannya berdasarkan akad mudharabah sehingga penarikannya harus memenuhi syarat dan tata cara yang disepakati antara nasabah dan bank. 2. Landasan Hukum Tabungan Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum Muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, misalkan dalam Surah An-Nisa4: 9                 Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. Ayat tersebut memerintahkan kita untuk bersiap-siap dan mengantisipasi masa depan keturunan, baik secara rohani iman dan taqwa maupun secara ekonomi harus dipikirkan langkah-langkah perencanaannya. 29 Salah satu langkah perencanaan adalah dengan menabung. Sebagaimana dalam Surah Al-Hasyr59: 18 11                     Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 3. Jenis-jenis Tabungan Seseorang yang ingin menabung dibank syariah dapat memilih antara akad al-wadiah dan al-mudharabah, meskipun tabungan dibank syariah mirip dengan bank konvensional namun dalam bank syariah terdapat perbedaan- perbedaan yang prinsipil yaitu: a. Tabungan Wadiah Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. b. Tabungan Mudharabah 11 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, h. 271. 30 Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. 12 Mudharanbah mempunyai dua bentuk, yaitu mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah. Yang perbedan utama diantara keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelolah hartanya. Dalam hal ini, bank syariah dalam kepastiannya sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertindak dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. 13

C. Asuransi Syariah

1. Pengertian Asuransi Syariah Asuransi dalam bahasa Arab disebut At-ta’min. Pihak menjadi penanggung asuransi disebut mu’ammin dan pihak yang menjadi tertanggung disebut mu’amman lahu atau mus’tamin. At-tamin berasal dari kata “amanah” 12 Euis Amalia, dkk, Konsep dan Mekanisme Bank Syariah, Rujukan Konseptual Untuk Praktek Bank Mini Syarriah, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2007 h. 23 13 Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 2001 h. 272 31 yang berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas dari rasa takut. Istilah men-ta’min-kan sesuatu berarti seseorang membayar atau memberikan uang cicilan agar ia atau orang yang ditunjuk menjadi ahli warisnya mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang. 14 Asuransi syariah dikenal juga dengan nama takaful yang secara etimologi berarti menjamin atau saling menanggung, sedangkan dalam pengertian mua’malah berarti saling memikul resiko diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lain. Hal itu dikenal dengan sistem sharing of risk. 15 Secara baku definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan. Atau, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Sedangkan, ruang lingkup usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberi perlindungan 14 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihannya Ditengah Asuransi Konvensionl, Jakarta: PT. Gramedia, 2006, h. 3. 15 Ibid., h. 5. 32 kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang. 16 Secara substansif, asuransi itu pada hakikatnya adalah suatu ikhtiar dalam upaya mengatasi “resiko” yang mungkin terjadi dalam kehidupan ini, manusia akan senantiasa dihadapkan pada berbagai resiko, baik resiko yang bersifat material maupun resiko yang bersifat spiritual. Biasanya resiko yang banyak dihadapi dan adakalanya sulit diatasi adalah resiko yang bersifat material, terutama ketika kwantitas resiko yang mestinya ditanggung itu di luar kemampuannya. Resiko yang di luar batas kemampuan inilah yang ditanggung pada asuransi. 17 Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta’awun yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapi, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam mengalami peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian derma yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian 16 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Llife and General, Jakarta: Gema Insani, 2004, h.27.