Asuransi Syariah TEORI PEMBIAYAAN TABUNGAN ASURANSI SYARIAH

32 kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang. 16 Secara substansif, asuransi itu pada hakikatnya adalah suatu ikhtiar dalam upaya mengatasi “resiko” yang mungkin terjadi dalam kehidupan ini, manusia akan senantiasa dihadapkan pada berbagai resiko, baik resiko yang bersifat material maupun resiko yang bersifat spiritual. Biasanya resiko yang banyak dihadapi dan adakalanya sulit diatasi adalah resiko yang bersifat material, terutama ketika kwantitas resiko yang mestinya ditanggung itu di luar kemampuannya. Resiko yang di luar batas kemampuan inilah yang ditanggung pada asuransi. 17 Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta’awun yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapi, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam mengalami peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian derma yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian 16 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Llife and General, Jakarta: Gema Insani, 2004, h.27. 17 Yadi Janwari, Asuransi Syariah, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005, h. 4. 33 derma tersebut mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah. 18 Menurut Fuad Mohd Fachrudin, asuransi itu pada haikatnya adalah perjanjian peruntungan. Peruntungan yang di maksud disini bahwa peristiwa yang akan terjadi itu belum menentu dan belum diketahui secara pasti, baik oleh perusahaan asuransi maupun oleh peserta asuransi itu sendiri. Kalau peristiwa itu telah diketahui sebelumnya atau setidaknya direncanakan, khususnya oleh peserta, maka bagi perusahaan asuransi sebagai asurator tidak berkewajiban untuk menunaikan kewajibannya. Dengan demikian, peristiwa yang direncanakan dan telah diketehui sebelumnya bukan merupakan bagian dari asuransi. 19 Dari sekian pengertian asuransi menurut undang- undang dan juga para pakar ekonomi syariah. Penulis dapat menyimpulkan bahwa asuransi syariah itu adalah suatu perjanjian aqad antara perusahaan dengan peserta asuransi dimana peserta memberikan kontribusi berupa premi dengan maksud bila terjadi hal-hal yang dapat merugikan peserta dengan tidak direncanakan, maka peserta akan mendapatkan pertanggungan dari perusahaan berupa nilai dari kerugian tersebut. Dengan prinsip operasionalnya didasarkan pada syariat Islam dengan mengacu kepada al- Qur’an dan as- Sunnah. 2. Landasan Hukum Asuransi Syariah 18 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General, Jakarta:Gema Insani, 2004, h. 29. 19 Yadi Janwari, Asuransi Syariah, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005, h.2. 34 Pendirian asuransi syariah, khususnya di Indonesia, didasarkan pada beberapa landasan, yaitu: 1. Landasan syari’ah; 2. Landasan yuridis; 3. Landasan filosofis. Pada landasan yang pertama dari pendirian asuransi syari’ah, yakni landasan syari’ah, mengandung arti bahwa pendirian asuransi syari’ah merupakan implementasi dari nilai-nilai syari’ah yang termuat dalam al-quran dan as-sunnah. 20 Kebanyakan ulama jumhur memakai metodologi konvensional dalam mencari landasan syariah al-asas al-syar’iyyah dari suatu pokok masalah subjek matter. Dalam hal ini subject matter-nya adalah lembaga asuransi. Pada kesempatan kali ini, landasan yang digunakan dalam memberi nilai legalisasi dalam praktik bisnis asuransi adalah: al-Qur’an, sunnah Nabi, piagam Madinah, praktik sahabat, ijma’, qias, syar’u man qablana, dan istihsan 21 . 1. Al-Qur’an Di dalam al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas ayat yang menjelaskan tentang praktik asuransi seperti yang ada pada saat ini. Hal ini terindiksi dengan tidak munculnya istilah asuransi atau at-ta’min secara nyata dalam al-quran. Dalam Surah al-Maidah5: 2. 22 20 Ibid, h. 7. 21 AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004 h. 104 22 Ibid. h. 106 35                                                            Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar- syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan mengganggu binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridoan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka. dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. Ayat ini memuat perintah amr tolong menolong antar sesama manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan anggota nasabah perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar digunakan sebagai dana sosial tabarru. Dana sosial ini berbuntuk rekening tabarru’ pada perusahaan asuransi dan difungsikan untuk menolong salah satu anggota nasabah yang sedang mengalami musibah peril. 36 Dalam Surah Yusuf13: 46-49 juga dijelaskan mengenai landasan Asuransi yaitu:                                                                   Artinya: Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru: Yusuf, Hai orang yang amat dipercaya, Terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir gandum yang hijau dan tujuh lainnya yang kering agar Aku kembali kepada orang- orang itu, agar mereka mengetahuinya.46. Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun lamanya sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. 47. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya tahun sulit, kecuali sedikit dari bibit gandum yang kamu simpan.48. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan dengan cukup dan dimasa itu mereka memeras anggur.49. 3. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah 23 a. Prinsip Tauhid unity b. Keadilan justice 23 AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004, h. 125-134. 37 c. Tolong Menolong ta’awun d. Kerja Sama cooperation e. Amanah trusworthy f. Kerelaan al—ridha g. Larangan Riba h. Larangan Maisir judi i. Larangan Gharar ketidak pastian 4. Produk Asuransi Syariah Konsekuensi dari perkembangan asuransi syariah dan banyaknya masalh masyarakat yang ditemui, akan berdampak semakin beragam produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Produk asuransi syariah merupakan representasi dari kondisi “permintaan” masyarakat akan keberadaan suatu produk. Maka dengan keadaan ini perlu dukungan dari berbagai elemen masyarakat untuk menjadikan posisi asuransi syariah dengan produk- produknya semakin berarti dalam masyarakat. 24 Sebagai sebuah perusahaan asuransi, maka asuransi syariah pun menawarkan produk-produk perasuransiannya. Produk asuransi yang dimaksud disini adalah program atau fasilitas yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi dan bisa dimanfaatkan atau digunakan oleh masyarakat sebagai calon peserta asuransi. Pada awalnya, produk-produk yang ditawarkan 24 Heri Sudarsono, Bank Lembaga Keuangan Syariah: “Deskripsi dan Ilustrasi”, Yogyakarta: Ekonisia,h. 126. 38 asuransi syariah ini terbagi kepada dua katagori utama sesuai dengan jenis asuransi itu sendiri, yakni produk asuransi umum dan produk asuransi keluarga. 25 1. Produk Asuransi Umum: a. Asuransi Kendaraan Bermotor Asuransi untuk kendaraan bermotor rata-rata memberikan kontribusi premi yang tinggi karena memang pangsa pasar untuk asuransi kendaraan bermotor ini di industri asuransi konvensional juga sangat tinggi. Yang menjadi permasalahan adalah jenis asuransi ini cukup rawan terhadap hasil underwritingbaik karena pengaruh resiko fisik maupun resiko yang terkait dengan moral moral hazard. 26 b. Asuransi Kebakaran Produk asuransi kebakaran memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat terjadinya kebakaran yang disebabkan percikan api, sambaran petir, ledakan pesawat terbang berikut resiko yang ditimbulkannya. Dan juga dapat diperluas dengan tambahan jaminan polis yang lebih luas sesuai dengan kebutuhan. Jaminan risiko- 25 Yadi Janwari, Asuransi Syariah, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005 h. 58. 26 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik Upaya Menghilangkan Gharar, Maisir, dan Riba, Jakarta: Gema Insani, 2006, h. 41. 39 risiko tambahan, dengan dikenakan tambahan premi untuk kerugian atau kerusakan yang diakibatkan terhadap risiko-risiko. 27 c. Asuransi Kecelakaan Diri Produk asuransi ini menjamin risiko-risiko yang terjadi sebagai akibat kecelakaan yang bisa mengakibatkan meninggal dunia akibat kecelakaan, cacat tetap seluruhnya akibat kecelakaan. Seperti: kehilangan penglihatan dari kedua belah mata, kehilangan kedua belah tangan atau kaki, kehilangan satu tangan dan satu kaki, dsb. 2. Produk Asuransi Keluarga a. Asuransi Dana Siswa Progran asuransi dana siswa adalah suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang bermaksud menyediakan dana pendidikan, dalam mata uang Rupiah dan US Dolar untuk putra-putrinya sampai sarjana 28 b. Asuransi Kesehatan Produk ini diperuntukan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan dana santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit dan kecelakaan dalam masa perjanjian. c. Asuransi Dana Investasi 27 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General, Jakarta: Gema Insani, 2004, h. 661. 28 Ibid, h. 641. 40 Asuransi dana investasi adalah suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata Rupiah dan US Dolar sebagai dana Investasi yang diperuntukan bagi ahli warisnya jika ditakdirkan meninggal lebih awal atau sebagai bekal untuk hari tuanya 29 . d. Asuransi Dana Haji Dalam asuransi dana haji ini, asuransi syariah memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempersiapkan dana untuk menunaikan ibadah haji. Sama halnya dengan dengan produk asuransi dana siswa, peserta memiliki dua kemungkinan masih hidup sampai masa kontrak berakhir dan meninggal dunia selama mas kontrak berlangsung. Bila peserta masih hidup sampai masa kontrak berakhir, maka pembayaran klaim yang berasal dari rekening tabungan peserta dan porsi bagi hasil, akan diterima oleh peserta yang bersangkutan untuk biaya menunaikan ibadah haji. Tetapi bila peserta meninggal dunia pada saat masa kontrak masih berlangsung, maka pembayaran klaim berupa rekening tabungan peserta, porsi bagi hasil, dan dana kebajikan yang diambil dari tabungan tabarru’ akan diterima oleh ahli warisnya untuk biaya menunaikan ibadah haji. 30 29 Ibid, h.638. 30 Yadi Janwari, Asuransi Syariah, Bandung: Pustaka Bani Quraisy,2005, h. 64. 41 Asuransi dana haji merupakan suatu produk gabungan antara asuransi dengan investasi, yaitu suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah dan US Doar untuk biaya menjaankan ibadah haji. 31 Investasi yang dilakukan asuransi syariah berprinsip bahwa perusahaan selaku pemegang amanah mudharib yang dipercaya pemilik dana shahibul mal harus melakukan kegiatan investasi terhadap dana yang telah berhasil di timbun dari premi peserta, setelah mendapat persetujuan secara syar’i dari Dewan Pengawas Syariah. Investasi yang dilakukan harus sesuai dengan hukum syariah. 32 Definisi investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya dimasa mendatang. Sedangkan, investasi keuangan adalah menanamkan dana pada suatu surat berharga yang diharapkan akan meningkat nilainya dimasa mendatang. 33 Kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan menurut syariah pada prinsipnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemilik harta 31 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General, Jakarta: Gema Insani, 2004, h.644. 32 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihannya Ditengah Asuransi Konvensionl, Jakarta: PT. Gramedia, 2006, h.175-176. 33 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General, Jakarta: Gema Insani, 2004, h.359. 42 investor terhadap pemilik usaha emiten untuk memberdayakan pemilik usaha dalam melakukan kegiatan usahanya di mana pemilik harta investor berharap untuk memperoleh manfaat tertentu. Karena itu, kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan pada dasarnya sama dengan kegiatan usaha lainnya, yaitu memelihara prinsip kehalalan dan keadilan. 34 Menurut Profesor Ali Mustafa Ya’kub., mengatakan bahwa salah satu bentuk pengelolaan dana asuransi yang paling dominan adalah menginvestasikan dana yang terkumpul dari premi. Pihak asuransi dapat menginvestasikan dana tersebut dalam bentuk investasi apa saja selam investasi itu tidak mengandung salah satu unsur yang tidak dibolehkan syar’i. Upaya ini mengakibatkan prinsip ini, akan mengakibatkan investasi tersebut diharamkan menurut syariat Islam. 35 34 Ibid., h. 360. 35 Ibid., h. 378 40

BAB III GAMBARAN UMUM DIVISI SYARIAH AJB. BUMIPUTRA 1912

A. Sejarah DIVISI SYARIAH AJB. BUMIPUTRA 1912

Pada awal berdirinya Asuransi Jiwa Syariah di AJB Bumiputra 1912 sesuai SK No. 9DIR2002 tanggal 8 November 2002 tentang pembentukan Divisi Asuransi Syariah dan Kantor Cabang Asuransi Jiwa Syariah dan SK Menkeu RI No. 268Keu62002 tanggal 17 November 2002 serta SK 14DIR2002 tanggal 20 November 2002. Barulah memiliki 1 Kantor Cabang dan sebutan Kantor Cabang sesuai SK. No. 12DIRPMS2006 tanggal 1 November 2006 sebutannya berubah menjadi Kantor Wilayah. Sehubungan dengan peran dan fungsi Divisi Asuransi Jiwa Syariah adalah mengelola kegiatan pemasaran asuransi jiwa dan investasi sesuai prinsip syariah, maka berdasarkan SK. Direksi AJB Bumiputra 1912 No. 11DIRPMS2003, Struktur Organisasi Divisi Asuransi Jiwa Syariah adalah sebagai berikut: 41 Divisi Syariah Deputi Bagian Operasional Kantor Cabang Syariah Melihat perkembangan asuransi syariah yang cukup pesat serta dalam upaya meningkatkan efesiensi dan efektifitas operasional pemasaran asuransi jiwa syariah berdasarkan potensi pasar, maka melalui Surat Keputusan Direksi No. 13DIRPMS2006 tanggal 1 November 2006, AJB Bumiputra 1912 telah mengembangkan Kantor Wilayah Syariah menjadi 2 Kantor Wilayah Syariah Deputi Bidang Adm Keuangan Bagian Pemasaran Bagian Pemberdayaan Organisasi Bagian Teknik Underwraiting Bagian Keuangan Investasi Bagian Pelayanan Pemegang Polis Bagian Akuntansi Umum Kantor Wilayah Syariah Kantor Cabang Syariah Kantor Cabang Syariah 42 serta membentuk 5 Kantor Wilayah Syariah baru yang membawahi 46 kantor Cabang Asuransi Jiwa Syariah yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian kini Divisi Asuransi Jiwa Syariah telah berkembang menjadi 7 kantor Wilayah yaitu Jakarta 1, Jakarta 2, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan dan Makasar serta telah membawahi 49 Kantor Cabang Syariah, dengan tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 No KANTOR WILAYAH SYARIAH KANTOR CABANG SYARIAH 1 JAKARTA 1 9 2 JAKARTA 2 9 3 BANDUNG 5 4 SEMARANG 6 5 SURABAYA 7 6 MEDAN 8 7 MAKASAR 5 JUMLAH 49 Bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam adalah suatu kenyataan dimana kesadaran mereka untuk mengekpresikan amalan agama dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat, hal ini tampak pada tuntutan masyarakat terhadap tersedianya produk yang dijamin kehalalannya termasuk produk asuransi yang dikelola secara syariah. Sangatlah tepat kiranya apabila perusahaan mengambil langkah untuk menanggapi tuntutan kebutuhan need and want umat muslim serta keinginan pasar pemegang