faktor Fisik- Kimia Perairan

dikategorikan sedang dengan nilai 254,19 dan 255,87 sedangkan pada stasiun 3 dikategorikan rendah dengan nilai 230,3. Tinggi rendahnya akumulasi logam di dalam tubuh organisme tergantung konsentrasi logam di mediumnya dan keadaan lingkungannya. Sesuai yang dikemukakan oleh Connel dan Miller 1995 dalam Zainuri et al 2011 bahwa akumulasi logam berat dalam tubuh organisme tergantung konsentrasi logam berat di lingkunganair, suhu, keadaan spesies dan akifitas fisiologis. Menurut Indrasti et al 2011 , bahwa kemampuan tanaman melokalisasi logam menjadi hal yang sangat penting karena menggambarkan kemampuan tanaman untuk dapat mentoleransi dan melakukan detoksifikasi terhadap daya racun logam berat. Semakin terhambatnya translokasi logam dari akar ke jarring tanaman, maka semakin mudah tanaman melakukan detoksifikasi. Dilanjutkan dengan menurut Hall 2002 dalam Indrasti et al 2011 bahwa vakuola merupakan tempat yang aman untuk mengakumulasi logam karena vakuola merupakan tempat yang jauh dari metabolisme.

4.4 faktor Fisik- Kimia Perairan

Nilai hasil pengukuran faktor fisik-kimia perairan pada masing-masing stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut Tabel 4.4.Nilai Faktor Fisik-Kimia Perairan pada Masing-masing Stasiun Penelitian Parameter Fisik-Kimia Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Baku Mutu Temperatur C 26 27 26 pH - 6,7 6,6 6,2 6-9 DO mgl 6 5,4 6,8 6 BOD mgl 0,3 1,4 0,6 2 Kadar Nitrat mgl 0,354 0,372 0,381 10 Kadar Posfat mgl 0,128 0,142 0,136 0,2 Keterangan: Stasiun 1 : Daerah Pemukiman Penduduk dan Pertanian Stasiun 2 : Daerah Pembuangan Limbah Pabrik Stasiun 3 : Daerah Bendungan Peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001

4.4.1 Suhu

Dari penelitian yang telah dilakukan nilai rata-rata suhu yang diperoleh berkisar antara 26 C-27 C.Suhu yang lebih tinggi terdapat pada stasiun dua. Hal ini Universitas Sumatera Utara disebabkan vegetasi yang menutupi badan perairan kondisinya hampir sama pada setiap stasiun, sehingga penetrasi cahaya yang masuk juga hampir sama. Bila mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2011 masih di bawah kriteria baku mutu. Menurut Barus 2004, pola suhu ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Menurut Hutagalung 1991 dalam Arisandy et al 2012, penurunan pH serta naiknya suhumenyebabkan tingkat bioakumulasi semakin besar karena ketersediaan logam berattersebut semakin meningkat .

4.4.2 pH Derajat Keasaman

Dari pengukuran yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata pH berkisar antara 6,2-6,7. Bila mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2011, kondisi tersebut masih di bawah baku mutu. Nilai pH tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 6,7, hal ini disebabkan oleh adanya aktifitas masyarakat yaitu pertanian dan pemukiman penduduk yang menghasilkan senyawa organik maupun anorganik. Menurut Kristanto 2002, nilai pH air normal adalah sekitar 6-8, sedangkan pH air yang tercemar misalnya air limbah buangan, berbeda-beda tergantung pada jenis limbahnya. air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi. Semakin lama pH air akan menurun menuju kondisi asam. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya bahan-bahan organik yang membebaskan CO 2 jika mengalami proses penguraian. Menurut Fostner dan Prosi 1979 dalam Widiyanti et al 2005,Kenaikan pH pada badan perairan akan menyebabkan turunnya kelarutanlogam berat, sehingga logam berat akan cenderungmengendap dan daya larut logam menjadi rendah. pH juga berpengaruh terhadap pertumbuhan E. crassipes sesuai dengan Madkar dan Kurniadie 2003 dalam Pujawati 2006,pH optimum untuk pertumbuhan tanaman eceng gondok adalah pada kisaran 5 – 8. Universitas Sumatera Utara

4.4.3 DO Dissolved Oxygen

Nilai DO Dissolved Oxygen yang diperoleh dari ketiga stasiun penelitian berkisar antara 5,4 mgl-6,8 mgl. Bila mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2011, kondisi tersebut masih di bawah baku mutu. Nilai DO tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu sebesar 6,8 mgl, hal ini disebabkan pada stasiun tersebut terdapat limbah organik yang tidak terlalu tinggi. Sedangkan terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar 5,4 mgl, hal ini disebabkan adanya pembuangan limbah dari industri sehingga menyebabkan kandungan organiknya tinggi pada stasiun tersebut. Menurut Barus 2004, sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya air kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organism air. Menurut Hutagalung 1994 dalam Syakti et al 2012, pada kondisi perairan anaerobik dapat meningkatkan proses dekomposisi materi organologam oleh oraganisme dekomposer, sehingga meningkatkan kandungan logam berat dalam perairan. Pada kondisi oksigen terlarut dalam perairan tinggi, ion-ion logam bebas yang terlarut dalam air akan lebih banyak terbentuk.

4.4.4 BOD Biologycal Oxygen Deman

Nilai BOD pada ketiga stasiun berkisar antara 0,3 mgl –1,4 mgl.Bila mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2011, kondisi tersebut masih di bawah baku mutu. Adanya perbedaan nilai BOD pada masing-masing stasiun disebabkan oleh perbedaan kandungan organik yang berbeda-beda, sehingga jumlah oksigen yang dibutuhan untuk menguraikan senyawa organik tersebut juga berbeda. Nilai BOD tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan nilai 1,4 mgl, hal ini disebabkan kandungan organik pada stasiun tersebut tinggi akibat adanya pembuangan limbah pabrik. Menurut Barus 2004, faktor-faktor yang dapat mempengruhi pengukuran BOD adalah jumlah senyawa organik yang akan diuraikan, tersedianya Universitas Sumatera Utara mikroorganisme aerob yang mampu menguraikan senyawa organik tersebut dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian itu.

4.4.5 Kadar Nitrat

Nilai kandungan kadar nitrat yang didapatkan pada ketiga stasiun berkisar antara 0,354 mgl-0,381 mgl. Bila mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2011, kondisi tersebut masih dibawah baku mutu. Nilai kadar fosfat tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 0,381 mgl, hal ini disebabkan pembusukan dari hulu sungai terbawa arus air dan tergenang pada stasiun tersebut, karena tersebut terdapat bendungan. Menurut Barus 2004, nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan nitrit. Selanjutnya menurut Effendi 2003 untuk kadar nitrat dan amonium adalah sumberutama nitrogen di perairan alami dan merupakannutrien utama bagi pertumbuhan tumbuhan air danalgae.

4.4.5 Kadar Fosfat

Nilai kandungan fosfat yang didapatkam pada keiga stasiun berkisar 0,128 mgl- 0,142 mgl. Bila mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2011, kondisi tersebut masih dibawah baku mutu. Nilai fosfat tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan nilai 0,142 mgl. Menurut Dugan 1972 dalam Effendi 2003, kadar fosfat sangat penting bagi tumbuhan airkarena merupakan bentuk fosfor yang dapatdimanfaatkan oleh tumbuhan air. Fosfor jugamerupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkattinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktorpembatas bagi tumbuhan dan algae akuatik serta sangatmempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Universitas Sumatera Utara

4.5 Analisi Varians

Dokumen yang terkait

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Uji aktivitas sitotoksik tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart.) Solms) terhadap sel HeLa.

0 2 61

Analisis Logam Berat (Pb dan Cd) yang Terakumulasi pada Eceng Gondok (Eichornia Crassipes Solms.) di Sungai Asahan, Kabupaten Toba Samosir

1 3 12

Analisis Logam Berat (Pb dan Cd) yang Terakumulasi pada Eceng Gondok (Eichornia Crassipes Solms.) di Sungai Asahan, Kabupaten Toba Samosir

0 0 2

Analisis Logam Berat (Pb dan Cd) yang Terakumulasi pada Eceng Gondok (Eichornia Crassipes Solms.) di Sungai Asahan, Kabupaten Toba Samosir

0 1 3

Analisis Logam Berat (Pb dan Cd) yang Terakumulasi pada Eceng Gondok (Eichornia Crassipes Solms.) di Sungai Asahan, Kabupaten Toba Samosir

0 2 8

Analisis Logam Berat (Pb dan Cd) yang Terakumulasi pada Eceng Gondok (Eichornia Crassipes Solms.) di Sungai Asahan, Kabupaten Toba Samosir

0 2 4

Analisis Logam Berat (Pb dan Cd) yang Terakumulasi pada Eceng Gondok (Eichornia Crassipes Solms.) di Sungai Asahan, Kabupaten Toba Samosir

1 1 8

LAJU PENURUNAN LOGAM BERAT PLUMBUM (PB) DAN CADMIUM (CD) OLEH EICHORNIA CRASSIPES DAN CYPERUS PAPYRUS (The Diminution Rate Of Heavy Metals, Plumbum And Cadmium By Eichornia Crassipes And Cyperus) | Tosepu | Jurnal Manusia dan Lingkungan 18450 37063 1 PB

0 0 9

PENAMBAHAN JENIS STARTER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KOMPOS DARI ECENG GONDOK (Eichornia crassipes Solms)”

0 0 5