Spektroskopi Inframerah Fourier Transform FTIR Uji Tarik

maksimum pada arah axiz serat, yang kedua two dimensional reinforcement planar mempunyai kekuatan pada dua arah atau masing-masing orientasi arah serat, yang ketiga three dimensional reinforcement mempunyai sifat isotropik kekuatannya lebih tinggi 3. Panjang serat, serat panjang akan lebih kuat dibandingkan serat pendek. Serat panjang continous fiber lebih efisien dalam peletakannya daripada serat pendek akan tetapi serat pendek lebih mudah peletakannya 4. Bentuk serat, bentuk serat tidak terlalu berpengaruh yang mempengaruhinya adalah diameter seratnya. Pada umumnya, semakin kecil diamter serat akan menghasilkan kekuatan komposit yang lebih tinggi 5. Faktor matrik, pembuatan komposit serat membutuhkan ikatan permukaan yang kuat antar serat dan matrik, selain itu matrik juga harus mempunyai kecocokan secara kimia 6. Faktor ikatan fiber-matrik, komposit serat yang baik harus mampu untuk menyerap matrik yang memudahkan terjadi antara dua fase 7. Katalis, banyak sedikitnya katalis yang diguankan juga berpengaruh pada sifat mekanik komposit yang dihasilkan 8. Void atau gelembung udara merupakan akibat yang tidak bisa dihindari pada saat proses pembuatan Schwartz,1984.

2.11. Karakterisasi Campuran Polimer

Mengkarakterisasi polimer jauh lebih rumit daripada mengkarakterisasi senyawa- senyawa dengan berat molekul rendah. Metode yang paling sering digunakan untuk analisis polimer yaitu metode spektroskopik dan termik. Metode kimia bermanfaat mencakup identifiaksi poliester dan poliamida, atau polimer-polimer lainnya yang mengandung gugus-gugus fungsi dan pengujian rutin untuk polimer bahan tambahan.

2.11.1. Spektroskopi Inframerah Fourier Transform FTIR

Universitas Sumatera Utara Karakterisasi bahan polimer dengan menggunakan spekttroskopi inframerah merupakan salah satu pemeriksaan yang spesifik, meskipun yang paling penting adalah konsep frekuensi gugusnya Bark, 1982.Teknik FTIR sama dengan spektroskopi inframerah biasa, dimana pada spektroskopi infra merah serapan radiasi inframerah oleh suatu molekul terjadi karena interaksi vibrasi ikatan kimia yang menyebabkan perubahan polaribilitas dengan gelombang listrik elektromagnetik. Dalam teknik spektroskopi inframerah sampel molekul disinari dengan radiasi inframerah dengan bilangan gelombang antara 200-4000cm -1 Wirjosentono, 1995. Sistem optik sekarang yang kebanyakan digunakan adalah sistem sinar ganda. Radiasi dari sumbernya akan berpisah menjadi dua sinar, salah satunya akan melewati sampel. Panjang gelombang yang diserap akan dibandingkan dengan sinar yang kedua, dan referensi yang lain Bark, 1992 Beda spektroskopi inframerah dengan FTIR, pada FTIR dilengkapi dengan cara penghitungan Fourier Transform dan pengolahan data untuk mendapatkan resolusi dan kepekaan yang lebih tinggi. Kelebihan dari FTIR mencakup ukuran sampel partikel yang kecil, perkembangan spektrum yang cepat, dan karena instrumen ini memiliki komputer yang terdedikasi kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi spektrum Steven, 2001.

2.11.2. Uji Tarik

Kekuatan tarik diartikan sebagi besarnya beban maksimum F maks yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan, dibagi dengan luas penampang bahan. Karena selama dibawah pengaruh tegangan, spesimen mengalami perubahan bentuk maka defenisi kekuatan tarik dinyatakan dengan luas penampang semula A o : Universitas Sumatera Utara 2 Keterangan : σ = kekuatan tarik Mpa F = beban tarik N A = luas penampang m 2 Wirjosentono,1995. Pada uji tarik benda diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah besar secara kontinu,bersamaan dengan bertambahnnya besar diamati perpanjangan yang dialami benda yang diuji. Hasil dari suatu uji tarik yang berupa nilai merupakan tegangan tarik Dieter,1986. Berdasarkan ASTM D-638, bentuk spesimen dumbbell tipe 1 dibutuhkan untuk uji kekuatan komposit. Detail bentuk ditunjukkan gambar berikut : Wo Wc T G L R D Lo W Gambar 2.11.2.1. Bentuk Spesimen Dumbbell Tipe I ASTM D-638 Tabel 2.11.2.1 Ukuran Spesimen Bentuk Dumbbell Tipe I ASTM D-638 Ukuran Nilai mm Tebal, T 1,00 ± 0,4 Lebar pada daerah berbatas, W 13 Panjang pada daerah berbatas, L 57 Lebar seluruhnya, WO 19 Panjang seluruhnya, LO 165 Panjang pada daerah cekung, G 50 A F   Universitas Sumatera Utara Sumber: American Standart of Testing and Material, 2003

2.11.3. Kerapatan Papan Komposit

Dokumen yang terkait

Pembuatan Komposit Terbiodegradasikan Dari Polipropilena, Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida Dan Pati Biji Cempedak

2 67 64

Pembuatan Komposit Polipropilena Dengan Penguat Serat Polipropilena Terorientasi Dan Bahan Pengikat Anhidrida Maleat

0 36 90

Karakterisasi Komposit Terbiodegradasikan Dari Polipropilena, Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida Dan Tepung Biji Durian

1 6 71

PENGARUH BENTONIT KOMERSIAL DAN SERAT DAUN NANAS PADA SIFAT MEKANIK DAN KECEPATAN PEMBAKARAN DARI KOMPOSIT LIMBAH POLIPROPILENA.

0 0 17

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 0 13

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 0 2

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 0 7

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 0 18

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 1 3

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 0 11