Pembuatan PP-g-MA Analisa FT-IR PP-g-MA Kesimpulan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembuatan PP-g-MA

Perbandingan pencampuran polipropilena, benzoil peroksida, maleat anhidrat yang digunakan adalah 95 : 3 : 2. Tabel 4.1.1 Data Hasil Pencampuran Bahan Polimer Polipropilena Maleat Anhidrat Benzoil Peroksida Berat Endapan gr Volume KOH 0,05 N ml Derajat Grafting 95 3 2 1 2,26 5,53 Derajat grafting dari PP-g-MA yang dihasilkan sebesar 5,53. Dimana semakin besar derajat grafting dari suatu bahan polimer menunjukkan semakin banyak persentase monomer yang tergrafting pada rantai utama.

4.2. Analisa FT-IR PP-g-MA

Analisa FT-IR digunakan untuk melihat perubahan gugus fungsi dari polipropilena, dan polipropilena yang telah tergrafting dengan maleat anhidrat. Dimana bilangan gelombang polipropilena yaitu : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2.1 Bilangan Gelombang FT-IR Polipropilena Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi Polipropilena 2924,09 CH 1373,32 CH 3 1458,18 CH 2 Bilangan gelombang PP-g-MA setelah pemurnian yaitu Tabel 4.2.2. Bilangan Gelombang PP-g-MA setelah pemurnian Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi PP-g-MA 2954,95 CH 1712,79 C=O 1458,18 CH 2 1373,32 CH 3 1165,00 C-O Dari spektra FT-IR menunjukkan telah terjadi reaksi grafting antara maleat anhidrat dengan polipropilena. Hal ini ditunjukkan dengan adanya serapan khas pada bilangan gelombang 1712,79 cm -1 yang merupakan serapan C=O dari maleat anhidrat dan adanya serapan gugus C-O pada bilangan gelombang 1165,00 cm -1 .

4.3. Analisa Kekuatan Tarik dan Kemuluran Komposit PPPP-g-MASerat Nenas

Pengujian kekuatan tarik dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik dari papan komposit seperti kekuatan tarik dan regangannya. Pada penelitian ini pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan PP, PP-g-MA dan serat terhadap kekuatan tarik papan komposit yang dihasilkan. Dimana serat yang Universitas Sumatera Utara digunakan adalah serat pendek dan penyusunan serat dilakukan searah dengan panjang cetakan.

4.3.1. Uji Tarik dengan Variasi Berat PP dan PP-g-MA

Variasi perbandingan komposit yang digunakan adalah : 1. Polipropilena murni 10 g 2. Polipropilena : serat 9 : 1 g 3. Polipropilena : PP-g-MA : serat 8 : 1 : 1 g 4. Polipropilena : PP-g-MA : serat 7 : 2 : 1 g 5. Polipropilena : PP-g-MA : serat 6 : 3 : 1 g 6. Polipropilena : PP-g-MA : serat 5 : 4 : 1 g 7. Polipropilena : PP-g-MA : serat 4 : 5 : 1 g Dengan variasi PP : PP-g-MA : serat tersebut kekuatan tarik dan kemuluran yang dihasilkan sebagai berikut : Tabel 4.3.1.1. Hasil Perhitungan Kekuatan Tarik dan Kemuluran Komposit PPPP-g-MASerat Nenas No. Sampel Load Stroke Uji Tarik Mpa Kemuluran 1. Propilena murni 10 g 39,98 2,69 32,65 5,40 2. PP:Serat 9:1 g 41,41 2,023 33,85 4,00 3. PP:PP-g-MA:serat 8:1:1 g 42,29 2,071 34,57 4,15 4. PP:PP-g-MA:serat 7:2:1 g 36,71 1,359 30,01 2,70 5. PP:PP-g-MA:serat 6:3:1 g 33,59 1,485 27,46 2,96 6. PP:PP-g-MA:serat 5:4:1 g 32,91 1,277 26,90 2,60 7. PP:PP-g-MA:serat 4:5:1 g 20,75 1,039 16,95 2,10 Universitas Sumatera Utara Grafik hubungan antara variasi PPPP-g-MAserat nenas dengan kekuatan tarik ditunjukkan oleh grafik berikut : Gambar 4.3.1.1. Grafik KekuatanTarik Mpa dari Komposit PPPP-g-MASerat nenas Keterangan : 1. Propilena 10 2. PP : serat 9:1 3. PP : PP-g-MA : Serat 8:1:1 4. PP : PP-g-MA : Serat 7:2:1 5. PP : PP-g-MA : Serat 6:3:1 6. PP : PP-g-MA : Serat 5:4:1 7. PP : PP-g-MA : Serat 4:5:1 Dari grafik 4.3.1 terlihat bahwa perbandingan PPPP-g-MASerat nenas 8:1:1 memiliki kekuatan tarik yang paling besar yaitu sebesar 34,57 Mpa dan kekuatan tarik yang paling rendah dengan perbandingan 4:5:1 yaitu sebesar 16,95 Mpa. Dari hasil kekuatan tarik tersebut terlihat bahwa semakin sedikit penambahan PP menurunkan kekuatan tarik dari papan komposit tersebut. 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 5 6 7 32.65 33.85 34.57 30.01 27.46 26.9 16.95 Uj i Tar ik M p a variasi Komposisi Universitas Sumatera Utara Penurunan kekuatan tarik ini disebabkan volume PP yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dibandingkan PP-g-MA semakin berkurang dan penambahan volume PP-g-MA yang semakin banyak tidak meningkatkan ikatan antara PP dan serat nenas. Hal ini disebabkan karena PP-g-MA tidak dapat bercampur sempurna atau tidak homogen karena proses pencampuran PP dan PP- g-MA yang dilakukan secara manual. Faktor lain yang menyebabkan menurunnya kekuatan tarik komposit disebabkan karena penyebaran serat yang tidak merata di dalam komposit yang menyebabkan adanya daerah kosong pada komposit. Daerah kosong tersebut menyebabkan kekuatan tarik dari komposit semakin menurun. Dibawah ini grafik hubungan antara variasi PPPP-g-MAserat terhadap kemuluran dari komposit : Gambar 4.3.1.2. Grafik Kemuluran dari Komposit PPPP-g-MASerat nenas Keterangan : 1. Propilena 10 2. PP : serat 9:1 3. PP : PP-g-MA : Serat 8:1:1 4. PP : PP-g-MA : Serat 7:2:1 5. PP : PP-g-MA : Serat 6:3:1 6. PP : PP-g-MA : Serat 5:4:1 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 5.4 4 4.15 2.7 2.96 2.6 2.1 K e m u lu ran Variasi Komposisi Universitas Sumatera Utara 7. PP : PP-g-MA : Serat 4:5:1 Dari grafik 4.3.2 terlihat bahwa kemuluran yang paling besar diperoleh dengan perbandingan PPPP-g-MASerat nenas 8:1:1 yaitu sebesar 4,15 dan kemuluran yang paling rendah diperoleh dengan perbandingan 4:1:1 yaitu sebesar 2,1 .

4.3.2. Uji Tarik dengan Variasi Panjang Serat

Pada variasi panjang serat berat PP dan PP-g-MA yang digunakan adalah variasi yang memiliki kekuatan tarik maksimum dari variasi berat PP dan PP-g-MA yang pertama. Kekuatan tarik yang paling maksimum dihasilkan dengan variasi berat 8:1:1. Kemudian dengan perbandingan 8:1:1 akan dilanjutkan dengan variasi panjang serat ± 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm, dan 5 cm. Dimana cara penyusunan letak serat dilakukan searah cetakan. Data kekuatan tarik yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Tabel 4.3.2.1. Hasil Perhitungan Kekuatan Tarik dan Kemuluran Dengan Variasi Panjang Serat No. Panjang Serat cm Load Stroke Uji Tarik Mpa Kemuluran 1. 1 42,29 2,071 34,55 4,15 2. 2 42,81 1,92 35,00 3,85 3. 3 45,23 2,58 36,98 5,15 4. 4 26,23 3,65 29,7 7,2 5. 5 29,73 1,75 24,3 3,5 Universitas Sumatera Utara Dibawah ini grafik hubungan variasi panjang serat dengan kekuatan tariknya: Gambar 4.3.2.1. Grafik Hubungan Panjang Serat Dengan Kekuatan Tarik Dari grafik 4.3.2.1 terlihat bahwa kekuatan tarik yang paling besar dimiliki dengan panjang serat 3 cm yaitu sebesar 36,98 Mpa dan kekuatan tarik yang paling rendah dimiliki dengan panjang serat 5 cm yaitu sebesar 24,3 Mpa. Dari hasil kekuatan tarik tersebut terlihat bahwa semakin panjang seratnya maka kekuatan tariknya semakin menurun. Hal ini berbanding terbalik dimana seharusnya semakin panjang ukuran serat maka kekuatan tarik semakin besar karena tegangan dari beban akan dialirkan ke serat tersebut. Hal ini disebabkan oleh penyusunan serat yang dilakukan searah dengan cetakan, selain itu ukuran serat yang semakin panjang menyebabkan serat semakin sulit untuk disusun dan serat tidak menyebar merata didalam cetakan. Karena serat distribusi serat yang tidak merata maka pada komposit akan terdapat kekosongan. Kekosongan ini yang menyebabkan komposit akan lebih cepat patah, karena pada daerah yang kosong tidak diisi oleh matrik. Sehingga pada saat 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 5 34.55 35 36.98 29.7 24.3 K u at Tar ik M p a Panjang Serat cm Universitas Sumatera Utara komposit diberikan beban maka daerah kosong tersebut tidak dapat menahan beban yang diberikan sehingga terjadi patahan yang lebih cepat. Dibawah ini grafik hubungan antara variasi panjang serat dan kemuluran: Gambar 4.3.2.2. Grafik Hubungan Panjang Serat dengan Kemuluran Dari garik 4.3.2.2. terlihat bahwa kemuluran yang paling tinggi dimiliki dengan panjang serat 4 cm yaitu sebesar 7,2 dan kemuluran yang paling rendah dimiliki dnegan panjang serat 5 cm yaitu sebesar 3,5.

4.4. Analisa Kerapatan dan Daya Serap Air Komposit PPPP-g-MASerat Nenas

4.4.1. Kerapatan

Kerapatan komposit menunjukkan sifat ringan pada komposit. Sifat ringan merupakan sifat yang mutlak diperlukan untuk beberapa bahan komposit yang digunakan dalam industri. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 4.15 3.85 5.15 7.2 3.5 K e m u lu ran Panjang serat cm Universitas Sumatera Utara

4.4.1.1. Kerapatan dengan Variasi Berat PP dan PP-g-MA

Pada penelitian ini kerapatan pada komposit yang dihasilkan berkisar antara 0,77 grcm 3 -0,95 grcm 3 . Hasil kerapatan ditunjukkan oleh data berikut : Tabel 4.4.1.1. Kerapatan Komposit Variasi Berat PP dan PP-g-MA No. Sampel M 1 gr M 2 gr M 3 gr M gr Kerapatan grcm 3 1. Polipropilena 10g 0,75 0,76 0,76 0,76 0,95 2. PP : serat 9:1 g 0,79 0,79 0,79 0,79 0,99 3. PP:PP-g- MA:serat8:1:1 g 0,76 0,76 0,76 0,76 0,95 4. PP:PP-g- MA:serat7:2:1 g 0,77 0,75 0,76 0,76 0,95 5. PP:PP-g- MA:serat6:3:1 g 0,67 0,70 0,70 0,69 0,86 6. PP:PP-g- MA:serat5:4:1 g 0,64 0,63 0,58 0,62 0,77 7. PP:PP-g- MA:serat4:5:1 g 0,68 0,67 0,57 0,64 0,8 Universitas Sumatera Utara Dibawah ini tampilan grafik dari kerapatan komposit : Gambar 4.4.1.1. Grafik Hubungan Antara Variasi Komposisi Dengan Densitas Drai grafik tersebut terlihat bahwa komposit yang memiliki kerapatan yang paling besar yaitu dengan perbandingan 8:1:1 sebesar 0,95 grcm 3 dan yang kerapatan yang paling rendah yaitu dengan perbandingan 5:4:1 sebesar 0,77 grcm 3 .

4.4.1.2. Kerapatan dengan Variasi Panjang Serat

Pada penelitian ini kerapatan yang dihasilkan dengan variasi panjang serat yaitu berkisar antara 0,83 grcm 3 - 0,95 grcm 3 . Hasil kerapatan ditunjukkan oleh data sebagai berikut : Tabel 4.4.1.2.1 Kerapatan Komposit dengan Variasi Panjang Serat No. Panjang serat cm M 1 gr M 2 gr M 3 gr M Densitas grcm 3 1. 1 0,76 0,76 0,76 0,76 0,95 2. 2 0,77 0,76 0,77 0,77 0,96 3. 3 0,76 0,78 0,78 0,77 0,96 4. 4 0,64 0,68 0,78 0,7 0,87 5. 5 0,64 0,78 0,59 0,67 0,83 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1 2 3 4 5 6 7 0.95 0.99 0.95 0.95 0.86 0.77 0.8 D e n si tas gr c m 3 Variasi Komposisi Universitas Sumatera Utara Grafik hubungan antara panjang serat dengan densitasnya adalah sebagai berikut : Gambar 4.4.1.2. Grafik Hubungan Antara Densitas dan Panjang Serat Dari grafik tersebut terlihat bahwa komposit memiliki kerapatan yang cukup berbeda dengan panjang serat yang lain, terlihat dengan panjang serat 2 cm dan 3 cm memiliki kerapatan yang sama yaitu sebesar 0,96 gcm 3 , diikuti dengan panjang serat 1 cm yaitu sebesar 0,95 gcm 3 , panjang serat 4 dan 5 cm memiliki kerapatan sebesar 0,87 gcm 3 dan 0,83 gcm 3 . Menurut Dina 2006, bahwa kerapatan papan kompsit diupayakan seseragam mungkin agar perbedaan sifat komposit yang dianalisis tidak disebabkan karena perbedaan kerapatan. Namun dari data yang didapatkan kerapatan dengan variasi berat PP dan PP-g-MA dan variasi panjang serat terlihat bahwa semua komposit tidak memiliki kerapatan yang seragam. Hal ini disebabkan karena penyusunan serat yang dilakukan secara manual dan peletakan serat yang diletakkan searah dengan cetakan sehingga distribusi serat tidak merata yang menyebabkan kerapatan komposit yang dihasilkan tidak seragam karena serat nenas yang ditambahkan memiliki nilai kerapatan juga namun jumlah serat yang yang terjerat didalam matrik tidak sama sehingga kerapatan yang dihasilkan memiliki perbedaan yang cukup jauh. 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1 1 2 3 4 5 0.95 0.96 0.96 0.87 0.83 d en si tas g rc m 3 Panjang Serat cm Universitas Sumatera Utara

4.4.2 Daya Serap Air

Daya serap air dari komposit dilakukan dengan cara merendam komposit dengan air dengan waktu selama 2 jam dan 24 jam yang menunjukkan kemampuan papan komposit setelah direndam. Data daya serap air setelah perendaman 2 jam dan 24 jam sebagai berikut :

4.4.2.1. Daya Serap Air dengan Variasi Berat PP dan PP-g-MA

Tabel 4.4.2.1.1 Daya Serap Air Dengan Waktu Perendaman 2 Jam No. Sampel Massa awal gr Massa Akhir gr DSA 1. Polipropilena 10 g 0,76 0,77 1,31 2. PP:Serat 9:1 g 0,79 0,80 1,27 3. PP:PP-g-MA:serat 8:1:1 g 0,76 0,77 1,32 4. PP:PP-g-MA:serat 7:2:1 g 0,81 0,82 1,23 5. PP:PP-g-MA:serat 6:3:1 g 0,62 0,63 1,61 6. PP:PP-g-MA:serat 5:4:1 g 0,64 0,65 1,56 7. PP:PP-g-MA:serat 4:5:1 g 0,67 0,68 1,49 Universitas Sumatera Utara Tabel.4.4.2.1.2 Daya Serap Air Dengan Waktu Perendaman 24 Jam No. Sampel Massa Awal gr Massa Akhir gr DSA 1. Polipropilena 10 g 0,76 0,77 1,32 2. PP:PP-g-MA:serat 9:1 g 0,79 0,80 1,27 3. PP:PP-g-MA:serat 8:1:1 g 0,75 0,76 1,33 4. PP:PP-g-MA:serat 7:2:1 g 0,76 0,78 2,63 5. PP:PP-g-MA:serat 6:3:1 g 0,67 0,69 2,99 6. PP:PP-g-MA:serat 5:4:1 g 0,64 0,66 3,125 7. PP:PP-g-MA:serat 4:5:1 g 0,68 0,70 2,94 Grafik perbandingan DSA dengan waktu perendaman 2 jam dan 24 jam : Gambar 4.4.2.1. Grafik Daya Serap Air Waktu Perendaman 2 dan 24 jam Dari grafik tersebut dapat dilihat nilai rata-rata daya serap air komposit yang direndam selama 2 jam antara 1,27 - 1,61. Sedangkan nilai rata-rata daya serap air komposit dalam waktu perendaman 24 jam antara 1,27 - 3,125. Nilai daya serap air akan semakin meningkat dengan bertambahnya waktu perendaman. 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 DSA Variasi komposisi DSA 2 jam DSA 24 jam Universitas Sumatera Utara Pada waktu perendaman 2 jam daya serap air yang paling tinggi diperoleh dengan perbandingan 6:3:1 yaitu 1,61 dan daya serap air yang paling rendah diperoleh dengan perbandingan 7:2:1 yaitu sebesar 1,23. Pada waktu perendaman 24 jam daya serap air yang paling tinggi diperoleh dengan perbandingan 5:4:1 yaitu 3,125 dan yang paling rendah dengan perbandingan 1,33. Dari data tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah plastik maka daya serap airnya akan semakin kecil, hal ini disebabkan karena serat yang dapat menyerap air telah tertutupi atau dilapisi oleh polipropilena sehingga menurunkan daya serap airnya.

4.4.2.2. Daya Serap Air dengan Variasi Panjang Serat

Tabel 4.4.2.2.1. Daya Serap Air Dengan Waktu Perendaman 2 Jam No. Panjang Serat cm Massa Awal gr Massa Akhir gr DSA 1. 1 0,76 0,77 1,32 2. 2 0,77 0,78 1,29 3. 3 0,78 0,79 1,28 4. 4 0,68 0,69 1,47 5. 5 0,64 0,65 1,56 Tabel 4.4.2.2.2. Daya Serap Air Dengan Waktu Perendaman 24 Jam No. Panjang Serat cm Massa Awal gr Massa Akhir gr DSA 1. 1 0,75 0,76 1,33 2. 2 0,76 0,78 2,63 3. 3 0,76 0,78 2,63 4. 4 0,64 0,66 3,125 5. 5 0,59 0,61 3,39 Universitas Sumatera Utara Dibawah ini merupakan grafik hubungan antara panjang serat dengan daya serap air : Gambar 4.4.2.2.1. Grafik Daya Serap Air Waktu Perendaman 2 dan 24 Jam Dari grafik diatas terlihat bahwa nilai rata-rata daya serap air selama 2 jam yaitu sebesar 1,28-1,56. Dimana daya serap yang paling besar diperoleh dengan variasi panjang serat 5 cm yaitu sebesar 1,56 . Pada waktu perendaman 24 jam nilai rata-rata daya serap air yang diperoleh antara 1,33-3,39. Dimana daya serap air yang paling tinggi diperoleh dengan variasi panjang serat 5 cm yaitu sebesar 3,39. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu perendaman maka akan semakin tinggi nilai daya serap airnya, dan semakin panjang seratnya maka nilai daya serap airnya juga semakin tinggi. 1 2 3 4 1 2 3 4 5 D S A Panjang serat cm DSA 2 jam DSA 24 jam Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Dengan penambahan variasi berat PP dan PP-g-MA kekuatan tarik yang paling tinggi didapatkan dengan perbandingan 8:1:1 yaitu sebesar 34,57 Mpa dengan kemuluran sebesar 4,15. Dan uji kerapatan yang paling besar dengan perbandingan 8:1:1 sebesar 0,95 grcm 3 namun, DSA yang paling tinggi dihasilkan dengan perbandingan 5:4:1 yaitu dalam waktu 2 jam 1,56 dan dalam waktu 24 jam 3,125. Dari ketiga uji tersebut terlihat bahwa perbandingan yang memiliki kekuatan tarik yang paling tinggi akan memiliki kerapatan yang paling besar dan DSA yang paling rendah. 2. Dari variasi panjang serat kekuatan tarik yang paling tinggi didapatkan dengan panjang serat 3 cm yaitu sebesar 36,98Mpa dengan kemuluran sebesar 5,15. Dan uji kerapatan yang paling tinggi didapatkan dengan panjang serat 2 cm dan 3 cm yaitu sebesar 0,96 grcm 3 , DSA yang paling tinggi didapatkan dengan panjang serat 5 cm yaitu dalam waktu 2 jam 1,56 dan dalam waktu 24 jam 3,39. Dari ketiga uji tersebut terlihat bahwa panjang serat 3 cm dengan kekuatan tarik yang paling tinggi memlikikeraptan yang paling tinggi dan DSA yang paling rendah. Universitas Sumatera Utara

5.2. Saran

Dokumen yang terkait

Pembuatan Komposit Terbiodegradasikan Dari Polipropilena, Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida Dan Pati Biji Cempedak

2 67 64

Pembuatan Komposit Polipropilena Dengan Penguat Serat Polipropilena Terorientasi Dan Bahan Pengikat Anhidrida Maleat

0 36 90

Karakterisasi Komposit Terbiodegradasikan Dari Polipropilena, Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida Dan Tepung Biji Durian

1 6 71

PENGARUH BENTONIT KOMERSIAL DAN SERAT DAUN NANAS PADA SIFAT MEKANIK DAN KECEPATAN PEMBAKARAN DARI KOMPOSIT LIMBAH POLIPROPILENA.

0 0 17

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 0 13

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 0 2

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 0 7

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 0 18

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 1 3

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Polipropilena-Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrat-Serat Daun Nenas Yang Telah Dialkalisasi

0 0 11